Selamat malam duhai pembaca
Gak berasa ya puasa tinggal hitungan jari aja. Perasaan baru kemaren sirup marjan menghiasi iklan di tv.Wes, balik ke wattpad, yuhuu update lagi yuhuu
Warning!!
Ku tunggu vote dan commentnya🌻
Sammy Yiroko
"Silahkan duduk Pak Remmy, Nak Sammy" Ujar Tante Sarah yang mempersilahkan gw dan bokap duduk.
Di sofa panjang, gw duduk di sebelah bokap. Tante Sarah beserta Zia, kelihatan sudah siap untuk menyambut kedatangan gw dan bokap. Aneka makanan ada di atas meja yang berada tepat depan gw.
"Pak Remmy sama Nak Sammy mau minum apa?" tanya Tante Sarah
"Sepertinya kalau lagi hujan gini, pasnya minum teh hangat" Ujar bokap gw
"Ok, berarti Pak Remmy teh hangat. Kalau Nak Sammy apa??"
"Saya, samain aja kayak ayah" Jawab gw
"Berarti teh hangat dua ya, Zia tolong bikinin teh hangat dua" Pintanya pada Zia yang sedari tadi berdiri di samping dirinya.
"Ok mam" Jawab Zia yang kemudian langsung pergi ke dapur.
Tante Sarah lalu ngobrolin obrolan ringan dengan bokap gw, obrolan yang gw rasa agak gak penting, lebih kayak obrolan ghibah gitu, astaga ayah gw kang ghibah, itu yang gw rasa saat ayah dan mamahnya Zia mulai mengobrol. Gw mengamati sekitar ruangan ini, tadi kalau gak salah lihat, gw lihat pintu belakang, kalau sampai benar penglihatan gw itu, itu berarti gw bisa pergi dari sini dan bertemu Lusi.
"Hemm, Tante Sarah aku izin ke kamar mandi boleh?" tanya gw di tengah pembicaraan diantara bokap dan Tante Sarah.
"Oh boleh, nanti kamu lurus aja, belok kiri dikit dekat dapur, disana kamar mandinya" Ujar Tante Sarah
Gw mengangguk mengerti, langsung aja gw berjalan ke arah kamar mandi, sambil mencari pintu belakang dari rumah Zia. Gw berjalam mendekati dapur, tepat banget sebelah kamar mandi, disebelahnya ada pintu belakang. Gw menengok ke kanan dan kiri, takut ada orang yang akan melihat gw kabur. Saat gw rasa gak ada satupun orang di ruangan ini, gw mulai memutar ke kiri gagang pintu.
"Kak Sammy mau kabur ya?" tanya Zia mengagetkan gw.
Panik. Gw sempat diam sebentar sewaktu ditanya. Kemudian gw berbalik dan menggaruk bagian atas kepala, yang sebenarnya tidak gatal, dan hanya menghilangkan kepanikan saja, "Kabur, ya gak lah. Ini kan kamar mandi" Ucap gw bohong.
"Udahlah, gak usah bohong. Gw tau kok, lo pasti mau kabur buat nemuin tante itu kan"
"Tante??, maksud lo??" tanya gw yang gak paham maksud ucapan Zia.
"Gila ya, ternyata status lo sebagai jomblo akut cuma kedok semata. Ternyata lo cuma pembohong kelas kakap, yang kerjaannya pacaran sama tante muda" Ujar Zia dengan gelagat nyolotnya.
"Stop ya zi, lo tuh sebenernya lagi ngomong apa, gw gak ngerti arah lo kemana"
Zia, orang satu ini makin hari kok malah makin jadi.
"Udahlah, gak usah pura-pura bego. Denger ya, lo tuh kaya, lo punya banyak uang, terus buat apa lo pacaran sama tante muda sih. Duit jajan lo kurang dari Om Remmy?"
Disini ucapan Zia makin menjadi, dia berucap seolah dia tahu akan semuanya."Stop, gw gak suka ya, lo ngomong gitu" Tatapan tajam gw langsung gw berikan pada Zia
"Kenapa?!, lo gak suka, gw ngomong kayak gini. Ohh, gw tau, atau jangan-jangan lo cinta buta sama tuh tante ya, jangan-jangan dia ngeretin elo, tapi lo gak sadar karena cinta"
"Berhenti gak lo zi"
"Gak, asal lo tau ya, ini udah jadi urusan gw sekarang, karena lo calon suami gw. Gw gak akan biarin tante ganjen itu menggangu hidup gw, dan buat gw menderita nanti" Oceh Zia
"Oh, menurut lo pacar gw akan membuat lo menderita gitu. Lo salah zi, justru lo yang buat diri lo sendiri menderita. Lo pikir, gw gak tahu, kalau sebenarnya lo gak sakit?"
Udah terlalu muak gw dengar ucapan Zia, langsung aja gw melontarkan hal yang selama ini mengganjal di hati gw.Zia diam, sekarang gantian dia yang kelihatan panik. Skakmat kan lo, jujur gw gak tau apakah yang gw omongin itu fakta atau sekedar perasaan gw aja. Yang jelas, gelagatnya Zia sekarang makin membuat gw yakin, bahwa kenyataannya Zia tidaklah sakit.
"Denger ya, gw gak peduli tentang tanggapan lo mengenai gw, yang jelas, sekarang adalah, kalau lo berani menemui tante muda itu lagi, gw akan buat hidup pacar lo itu sengsara. Gw bakalan bikin dia putusin lo, dan membuat lo jatuh ke tangan gw. Ngerti?!"
Shit!, Kok jadi gw yang dia ancam.
Belum sempat gw menjawab ucapan Zia, dia lebih dulu melenggang pergi, sambil membawa teh hangat yang dia buat untuk gw dan bokap.
Gw kemudian kembali ke ruang tamu dan duduk di tempat yang tadi. Zia duduk berhadapan dengan gw, sungguh dia tersenyum lebar, seperti kejadian tadi, tidak terjadi. Dia wanita bermuka dua, dengan mudahnya berbagi canda tawa dengan bokap gw.
"Sebenarnya saya agak gak enak ngomongnya, karena ayahnya Zia tidak ada disini, tapi ya mau bagaimana lagi, beliau kan sangat sibuk. Jadi saya akan menyampaikannya ke Bu Sarah, saya ingin secepatnya anak-anak kita ini segera bertunangan" Ucap bokap gw setelah menyeruput teh hangatnya.
"Iya Pak Remmy, saya dan papihnya anak-anak juga berkeinginan seperti itu. Apalagi, baik saya dan Zia sudah mengenal anak Pak Remmy, jadi tak perlu lagi ada pendekatan, langsung saja kita adakan pertunangannya" Sahut Tante Sarah.
"Tunggu yah, tante. Bukan maksud Sammy memotong percakapan ayah dan tante. Tapi apa pernikahan ini gak kita pikir dulu baik-baik. Apa tante gak takut nantinya pernikahan ini malah merugikan Zia, karena kan Zia ini baru banget masuk sma. Saya rasa ini terlalu merugikan Zia dan saya, Zia bahkan belum memulai masa abu-abunya, banyak hal yang bisa Zia capai jika tidak ada pernikahan ini" Ujar gw, bukan niat gw memotong percakapan ini, tapi asumsi gw, terlalu banyak hal yang merugikan jika pernikahan ini terjadi.
"Betul, memang sangat merugikan. Akan tetapi, pihak keluarga kamu sudah meyakinkan saya. Lagipula selama Zia belum lulus, dia akan tetap tinggal di rumah kami, begitu pun dengan kamu, jadi pernikahan ini hanya akan mengikat janji saja, untuk selebihnya, nanti di mulai setelah Zia lulus" Jawab Tante Sarah
Gak anak, gak ibunya, ternyata mereka sama saja. Ada aja alasannya.
Tbc
Thanks for reading...
luv u.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Boo | Sanha
FanfictionIni bocah, bukan sembarang bocah. Langkahnya yang sat set sat set, membuat seorang wanita dewasa terpincut akan sikapnya. Lusi, wanita cantik yang umurnya dua tahun diatas pacarnya itu, tak ada yang aneh dengan hubungan mereka. Hanya saja kini merek...