Malam minggu penuh liku🎤
eh salah lirik kayaknya,
Hai, Sammy dan Lusi balik lagi.
Maaf ya readers, kalau agak telat update, maklumi ya karena sehabis lebaran banyak banget yang harus dilakuin. Penulisnya jadi super syibuk hehe
Warning!!
Vote&Comment guys
🌻
Lusi Areyna
"Makasih ya do"
Ucapan terimakasih gw lontarkan, setelah diri ini tertolong, dari kejadian maut yang hampir saja menimpa.
Raldo, mencoba membersihkan luka pada tangan gw, "Iya, sama-sama" Ujar Raldo
Dia fokus sekali terhadap luka gw, dia bahkan membalas ucapan gw tanpa menoleh.
"Lus, gw ke warung sebentar ya. Gw mau beli air, betadine, hansaplast buat luka lo" Ujar Raldo
"Ga usah mas, ini saya udah beli semuanya kok" Sahut Sammy yang datang entah dari mana.
Di tangan Sammy, dia membawa plastik berisikan segala barang yang dibutuhkan untuk memberi pertolongan pertama pada tangan gw ini.
"Maaf, boleh saya bantu bersihkan lukanya kak?" tanya Sammy dengan logat tak mengenali gw.
Pintar, dia sepertinya tahu, jika Raldo ini teman gw. Maka dari itu lah dia bersikap layaknya orang asing yang tak saling mengenal.
"Boleh, boleh"
Sammy mulai membersihkan luka gw, dia mengalirkan air yang dibelinya. Lalu mengoleskan obat merah disana, dan sesi terakhir dia menempelkan hansaplast. Raldo tak berkutik sewaktu Sammy membantu gw.
"Udah selesai, kakak tenang saja ya, lukanya akan cepat sembuh" Ucap Sammy
"Iya makasih ya dek" Sahut gw sambil mengangguk
"Oh iya kak, kalau boleh, aku mau antar kakak pulang" Ujar Sammy
"Gak perlu" Cegah Raldo.
Raldo terlihat agak marah sewaktu Sammy berniat mengantarkan gw pulang. Dari wajahnya dia kelihatan gak suka, tapi jika Raldo marah, apa alasannya, masa iya dia cemburu, gak mungkin kan.
"Saya temannya dia, jadi kamu gak perlu anterin dia pulang. Karena saya yang akan antar dia" Ujar Raldo kepada Sammy.
Saat Raldo mencegahnya, Sammy melirik ke arah gw, dia meminta jawaban apa yang perlu dia lakukan. Lalu gw memberikan kode kepada Sammy, bahwa gw tak apa jika Raldo yang akan mengantar gw pulang. Karena jika dilihat dari cara pandang Raldo, agak aneh memang jika gw malah menolak permintaan dia, dan membiarkan orang asing yang mengantar gw.
"Yaudah kalau gitu, saya langsung balik aja ya kak, mas" Ujar Sammy pamit.
Setelah Sammy pergi, Raldo mulai membantu gw berdiri.
"Lo tunggu sini dulu ya, gw mau ambil motor" Ucap Raldo
"Iya do"
Dia mengambil motornya yang terparkir di sebrang jalan, dan lalu mengendarainya ke arah gw.
"Ayo naik" Ujar Raldo
"Iya" Sahut gw.
Gw akhirnya naik ke atas motor milik Raldo, Raldo pun mulai melaju saat gw bilang 'sudah' ke dia. Sejujurnya Raldo ini baik sih, tapi kok gw ngerasa aneh ya di boncengin sama dia. Raldo emang teman kantor gw, tapi kita ini baru kenal sehari, dan Raldo belum pernah anterin gw pulang ke rumah. Gw heran, dia sepanjang jalan gak nanyain, dimana gw tinggal, atau arah mana dia harus anter gw.
"Raldo, kok lo gak nanya sih, rumah gw ada dimana?" celetuk gw
"Mh, ini lus, gw sering lihat lo ke arah sini. Jadi gw jalan dulu sampai ujung jalan ini. Baru nanti gw tanya rumah lo dimana" Ucap Raldo menjelaskan.
Aneh, apa iya begitu. Kok bisa ada orang yang berpikir kayak gitu, harusnya kan dia tetap bertanya. Bisa aja kan, dugaan dia salah mengenai arah rumah gw.
Belum sampai di pertigaan jalan, dari arah depan, ada pengemudi motor yang tiba-tiba saja menghentikan kita.
Apalagi ini.
"Berhenti gak lo" Teriak pengemudi motor.
Amsyong, mengapa itu orang harus berteriak. Kita saja sudah berhenti sebelum dia minta.
Pengemudi itu lalu membuka helmnya, dan turun dari motor miliknya. Dan ternyata yang menghentikan kami, adalah Defan. Bocah gede, yang songongnya sudah over.
"Turun lo Raldo" Bentak Defan.
Raldo menuruti ucapan Defan.
"Lo kenapa lagi sih def?" tanya gw yang akhirnya turun juga dari motor Raldo.
"Ngapain lo boncengin Lusi" Ujar Defan tanpa menjawab ucapan dari gw.
"Gw mau anterin dia" Ucap Raldo
"Gak perlu. Lo ga perlu anterin dia pulang" Ujar Defan dengan nada yang semakin lantang.
Ada apa ini. Kenapa Defan harus bertingkah di jalan kayak gini. Apa mata dia gak lihat, kalau tangan gw lagi sakit, "Defan cukup!!"
Gw akhirnya marah juga melihat Defan.
"Gapapa lus, Defan benar kok. Sorry ya gw gak bisa anter lo pulang" Ujar Raldo sembari naik ke motornya dan pergi meninggalkan gw.
Sial, mengapa Raldo kelihatan takut sama Defan. Dia kan bisa, menentang ucapan Defan. Padahal tubuhnya tak kalah besar dengan Defan.
"Lo kenapa sih??, kenapa lo selalu aja marahin Raldo. Dia tuh gak salah"
"Lusi, gw harap, lo jangan terlalu dekat sama Raldo. Lo gak pernah tahu, kapan sisi jahat orang datang" Ujar Defan yang kembali naik ke motornya.
"Jawaban lo itu, gak bikin gw paham" Ucap gw.
"Udah cepetan lo naik"
tbc
thanks for reading..
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Boo | Sanha
FanfictionIni bocah, bukan sembarang bocah. Langkahnya yang sat set sat set, membuat seorang wanita dewasa terpincut akan sikapnya. Lusi, wanita cantik yang umurnya dua tahun diatas pacarnya itu, tak ada yang aneh dengan hubungan mereka. Hanya saja kini merek...