Assalamu'alaikum epribadeh, pagi untuk kalian semua yang tengah membaca ini. Alhamdulillah kami hadir kembali, dengan jangka waktu yang bisa di bilang lumayan dekat daripada sebelumnya.
Tolong vote dan comment sis and bro sekalian...
Happy reading.
🌻
Beberapa hari semenjak kejadian itu, kondisi Lusi kian membaik, sama seperti kondisinya, hubungan dia dan Sammy juga kembali seperti dulu. Keduanya kompak menjalin hubungan seperti sedia kala. Tapi ada sedikit perbedaan disini, Lusi tak lagi meminta untuk menyembunyikan hubungan ini, dia sudah tak peduli lagi dengan pemikiran buruk yang dulu menerpanya. Kini dia percaya, jika Sammy untuknya, bahkan badai besar tak dapat memisahkan mereka, begitu kiranya.
"Iya sayangnya akuh, nanti pulang aku jemput ya"
Ujar Sammy sembari mengakhiri panggilan dari kekasihnya. Senyum Sammy terukir lebar. Harinya juga dirasa makin cerah.
Di pojok sebelah kanan tepatnya, suara cekikikan dari suara perempuan, mengitari telinga Sammy. Rupanya itu suara Zia. Diliriklah oleh Sammy, sekalian juga beranjak ke arah sana.
Zia terlihat berbeda, tawanya seperti lepas kendali. Bocah kurang ajar itu berubah setelah bertemu Brian, begitu pikir Sammy. Entah apa yang merasuki Zia, sampai dia mau saja lengket dengan pria gila yang selalu menggangu kemanapun Sammy berada.
"Briann!" Teriak Zia. Saat kalungnya di putar-putarkan oleh Brian.
"Lo berdua makin akrab ya" Ucap Sammy yang membuat keduanya menoleh.
Melihat Brian yang menoleh, Zia tak mau kehilangan kesempatannya, dan dengan sigap mengambil kalung yang dari tadi di putar-putar oleh Brian.
"Itu kan !?!"
Wajah Sammy berubah menjadi serius, saat nampak sebuah cincin yang dijadikan sebagai liontin dari kalung yang Zia pegang sekarang. Mungkin Zia menyadari tindakannya, dengan cepat dia memasukkan kalung itu, ke dalam saku seragam sekolahnya.
"Zia, itu cincin pertunangan kan" Dengan nada yang sedikit keras, Sammy memajukan badannya ke Zia.
"E-enggak" Jawabnya rada terbata-bata.
"Ngaku gak lo" Ujar Sammy lagi.
"I-iya, lagian kenapa sih lo. Biasa aja kali" Jawab Zia sembari mundur selangkah.
Dengan wajah tercengangnya, "Apa lo bilang!, lo dengan mudahnya bilang gitu hah!?!. Gue sampai muter-muter tau gak, nyariin itu barang"
Menghadang tubuh Sammy yang semakin bergerak maju, "Wey, santai bro. Lo bisa gak, baik-baik ngomongnya. Zia ini perempuan bro, dan gak seharusnya lo bersikap kayak tadi"
"Ya lo mikirlah Brian, kalo aja tuh cincin gak dia sembunyiin. Mungkin gue dan dia ... "
"Mungkin apa hah!?, berhenti kan lo, gak bisa lanjut kan lo. Masih untung Zia dengan cepat nyembunyiin itu barang. Kalau gak, mungkin kalian udah jadi tuh bertunangan" Gertak Brian, yang berakhir menyadarkan pemikiran seorang Sammy. Sammy mulai menyadari kesalahannya, tidak seharusnya dia kasar seperti tadi, lagipula bukankah kata terimakasih lebih pantas dia utarakan pada perempuan yang ada di depannya kini.
"Sorry zi, gua udah kelewatan banget tadi"
"Fine, gue gapapa . Dan respon lo itu wajar kok"
"Lagian zi, lo buat apa sih ngumpetin cincin itu?"
"Ya karena ..., gue gak pengen bertunangan sama elo. Apalagi buat jadi istri lo, duh, enggak deh" Zia menanggapi dengan wajah yang penuh enggan.
"Maksud lo?, bukannya lo dari kemarin ngejar-ngejar gue ya??, sampe pacar gue aja lo jadiin korban ke egoisan elo"
"Untuk itu gue minta maaf, dan sejujurnya gue pengen banget ketemu cewe lo dan minta maaf secara langsung ke dia. Karena sejujurnya, gue terpaksa kayak gitu, dan itu karena bokap gue. Bokap mau elo jadi menantunya agar bisnisnya semakin sukses"
"Jadi itu semua karena bokap lo"
"Yes"
———
"Sayaaang" Teriak gue kencang, saat melihat Sammy melambaikan tangannya tepat di lahan parkir kantor ini. Kali ini hati gue udah lega banget, gak takut ataupun kalut kalau ketemu Sammy, semuanya udah gue lepas. Dan mulai seterusnya gak ada lagi tuh 'backstreet' dalam hubungan ini.
Sammy menyambut gue dengan tangan yang mengelus lembut rambut gue. Gue pun semakin merah merona.
Sampai, gue melihat Zia, yang entah mengapa datang kesini, dan sebelahnya berdiri seorang lelaki, yang sepertinya teman Sammy. "Mereka siapa sam?""Ini Zia dan di sebelahnya Brian"
"Hallo" Sapa hangat dari Zia menyelimuti percakapan ini.
"Hai" Sahut gue.
"Hai ka, saya Brian" Ucap lelaki di sebelahnya, yang tak kalah hangatnya seperti Zia tadi. Kalau dilihat sepintas, mereka seperti sepasang kekasih.
"Hai juga, salam kenal ya untuk kalian berdua. Aku Lusi, Ehm-m" Sammy menyenggol lengan gue, nampaknya dia paham kalau gue sedikit ragu membeberkan fakta, bahwa gue adalah pacar dari seorang Sammy, "Ehm-m aku pacarnya Sammy" Lanjut gue dengan sedikit menahan malu.
"Iya, jadi ini Lusi pacar gue" Sahut Sammy.
Hati gue kaya kupu-kupu kali ini. Kenapa serasa ingin terbang ya, apa ini rasanya diakui.
"Lus, Zia datang kesini untuk ketemu kamu" Ujar Sammy
Tanpa ada penjelasan lebih lanjut. Zia langsung memeluk tubuh gue, seraya berkata, "Plis, maafin gue kak. Gue nyesel banget, udah berniat jahat ke lo. Gue, dengan tega menyakiti kalian, yang jelas-jelas saling mencintai dengan tulus. Dan gue harap lo langgeng ya kak, sama Sammy, Sammy sayang banget sama lo. Dia rela lakuin apa aja untuk elo. Sampai-sampai dia rela tabungannya dia pake untuk bayar biaya rumah sakit ibunya kakak"
Gue sebenarnya sudah memaafkan kejadian itu, toh hati gue juga udah baik-baik saja. Tapi ucapan terakhir yang Zia katakan, membuat gua tercengang. Dan melepaskan dekapan yang sedari tadi melingkar di tubuh gue. "Maksud kamu??"
Gue juga langsung menoleh ke arah Sammy, benarkah yang dikatakan perempuan ini. Akankah pria baik hati itu adalah kekasih gue sendiri.
"Apaan sih zi, lo ngawur ya" Cegah Sammy, supaya kebaikannya tetap disamarkan.
"Bro, shut up!. Ini adalah tindakan baik, so buat apa sih elo ngebohongin pacar lo lagi. Emang gitu kan nyatanya sam, elo lari-larian ikutin cewe lo ini, dan ngebayar biaya rumah sakitnya" Zia menarik tangan gue, dan berjalan mendekati Sammy.
"Ka, gue minta lo bahagia ya sama dia" Ucap Zia.
Entah feel ini kerasa aneh, kaya ada suatu hal yang membuat hati gue terkoyak, seperti luka lama yang mulai mereda, tapi ... belum jelas apa artinya.
"Thank you, my little boo" Ujar gue seraya memeluk Sammy.
tbc
lopyuuuuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Boo | Sanha
FanfictionIni bocah, bukan sembarang bocah. Langkahnya yang sat set sat set, membuat seorang wanita dewasa terpincut akan sikapnya. Lusi, wanita cantik yang umurnya dua tahun diatas pacarnya itu, tak ada yang aneh dengan hubungan mereka. Hanya saja kini merek...