29. Rumor

34 3 0
                                    

𝑯𝒆𝒚𝒐 𝒈𝒖𝒚𝒔, 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒋𝒖𝒎'𝒂𝒕 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒏𝒖𝒉 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒉 𝒊𝒏𝒊, 𝒌𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒂𝒌𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒖𝒑𝒅𝒂𝒕𝒆, 𝒍𝒊𝒕𝒕𝒍𝒆 𝒃𝒐𝒐.
𝑴𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒊𝒂𝒑 𝒎𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒖𝒏𝒚𝒖𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒔𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒓𝒊𝒌 𝒌𝒊𝒕𝒂𝒉.

🇼 🇦 🇷 🇳 🇮 🇳 🇬 
𝘋𝘰𝘯'𝘵 𝘣𝘦 𝘢 𝘴𝘪𝘭𝘦𝘯𝘵 𝘳𝘦𝘢𝘥𝘦𝘳𝘴.
𝘓𝘪𝘬𝘦 & 𝘝𝘰𝘵𝘦 𝘱𝘭𝘦𝘢𝘴𝘦

🌻

Sebulan berlalu, membiarkan Lusi terbiasa. Dengan semua yang telah menimpanya, kini bisnis kecil-kecilan yang dia jalani lumayan sukses, sudah ada lumayan pelanggan setia yang setiap hari berjejer rapi di depan rumahnya, menunggu Lusi bersiap meracik minuman coklat buatannya. Dengan gemulai tangan lentiknya itu, meracik setiap bahan yang ada, "Ayo siapa lagi?" tanya Lusi sumringah lengkap dengan senyum cantik yang diperlihatkan.

"Saya, coklatnya tiga ya, kayak biasa" Jawab salah satu pelanggan disana yang dengan antusiasnya segera mengeluarkan uangnya untuk membayar.

Lusi menutup minuman tersebut, dan memberikannya pada pembeli sebelumnya, "Ini ya pak, terimakasih" Ujarnya tersenyum manis, "Iya ka, pesanannya segera saya buat ya" Jawab Lusi menyahuti pesanan yang tadi.

Dengan cepat, Lusi menyiapkan pesanan tadi.

drrrt

Handphone Lusi berbunyi, terlihat jelas ada nama Sammy disana, eh? ayang aku nelpon sepertinya. Batin Lusi yang terus melanjuti kegiatannya tadi.

Dibiarkan begitu saja—hingga ibunya keluar dari dalam rumah, dan ikut membantu Lusi yang kewalahan.

"Udah sana, angkat dulu telponnya" Suruh ibunya.

Tanpa berlama-lama, Lusi langsung mengambil handphone miliknya, yang dia taruh dalam laci meja tempat ia berjualan.

"Halo sam, kenapa?"

"Just listen your voice, babe" Jawab Sammy yang ternyata sedang berjalan  ke depan rumah Lusi. Dan mendadah ria ke arah pacarnya itu.

"Sam!" Ujar Lusi antusias. Segera Lusi mematikan telepon tersebut, dan berlari kecil ke arah Sammy, "Halo cantik, godain aku dong!"

Sammy mencubit kecil, pipi kemerahan Lusi—dunia serasa milik berdua—segerombolan pelanggan pun tak dihiraukannya.

"Lusi" Panggil ibunya, yang mulai kerepotan juga.

Lusi menoleh dan tersadar akan lakunya penjualan dia sekarang, "eh, iya bu, maaf" Langsung mendatangi ibunya itu.

Ada sekitar setengah jam-an mereka halar-hilir sibuk melayani para pembeli, yang terlihat seperti zombie kehausan sekarang ini. Beruntung pasukan Lusi bertambah satu, yaitu kekasih setianya yang tengah menikmati libur panjangnya. Sammy, perasaan baru kemarin ia menjadi siswa sma—tepat beberapa hari yang lalu dirinya dinyatakan lulus, dan siap menjadi mahasiswa baru, jikalau dia mau berkuliah.

Pernah Lusi menanyakan masa depan yang ingin diraih Sammy, entah melanjutkan pendidikannya atau memulai bisnisnya, tetapi jawaban Sammy masih semu—lebih tepatnya tak ingin memberi tahu, 'semua itu biarlah jadi rahasia' begitu kiranya ucapan Sammy kala ditanya, tapi entah apa pilihan Sammy nanti, Lusi akan tetap memberikan support untuk kekasihnya.

"Akhirnya selesai juga" Ujar Lusi, saat minumannya telah terjual habis.

Brak

Baru juga bersantai, Raldo tiba-tiba datang, dengan gaya sok kerennya, dan membuka pagar rumah Lusi begitu kencangnya, "Halo, semuanya. Senang akhirnya, bisa bertemu kalian kembali"

Sammy yang mengingat sosok itu, jelas langsung terbawa emosi, di pegang dengan kuat, kerah baju Raldo. Bukan lebay—hanya wajar hal ini dilakukan untuk orang-orang yang telah menyakiti siapapun yang disayang.

"Mau apa lo!" Bentak Sammy.

Raldo berusaha melepaskan tangan Sammy, dari kerah bajunya, "Wih, santai bro. Gue cuma mau say hello aja kok" Ujarnya, dengan kondisi berhasil melepaskan pegangan kuat Sammy, dan merapihkan kembali kerah bajunya.

"Hai lus, gue gak nyangka lo bakalan baik-baik aja dalam sebulan ini" Dengan begitu santainya, Raldo melangkah maju ke arah Lusi, membuat Lusi terperangah, dan segera melangkah mundur, masih trauma akan kejadian menengangkan saat itu, yang membuat dirinya bisa saja terbunuh, jika Sammy dan Defan tak datang.

"Dijaga ya lo, kalo ngomong. Kenapa emangnya kalo, gue baik-baik aja. Lo nyumpahin gue mati, hah" Ujar Lusi dengan ketakutannya.

"Haha, enggak kok. Cuma heran aja, kenapa mereka, biarin elo seneng-seneng kayak gini, harusnya lo dibikin gak waras aja ... kayaknya itu lebih seru, dan setimpal buat lo" Lagi dan lagi, Raldo terus bergerak maju mendekati Lusi, dalam langkahnya bruk, raganya hampir jatuh karena tonjokan maut dari Sammy.

"JAGA MULUT BRENGSEK LO ITU!" Kini suara Sammy terlampau keras, dia tak tahan lagi, rasanya jika membunuh dibolehkan, dia akan segera membunuh orang itu ditempat.

Mengusap area bibirnya yang berdarah,"BRENGSEK! NYARI MATI YA LO!"

Baku hantam diantara keduanya pun terjadi, Ibu Rosyana memeluk dengan erat putrinya, berusaha melindungi dari bahaya yang bisa saja terjadi. Beberapa tonjokan mengenai wajah tampan Sammy, tapi dia tidak kapok sedikitpun, justru Raldo, yang tidak mendapatkan pukulan tak terlalu banyak, malah terlihat sempoyongan. Mungkin, ini karena Sammy berhasil memukul titik penting, yang walau hanya sedikit pukulan, dapat dengan mudah membuat musuh tersungkur. Beruntung pria bernama lengkap Sammy Yiroko itu, sempat mempelajari teknik beladiri beberapa waktu lalu.

Sembari memegangi perutnya yang sakit,"Masih gak kapok lo?!" tanya Sammy.

"Kali ini gue akuin, gue kalah. Tapi awas, aja lo nanti" Dengan kondisi yang sangat lemah, Raldo berusaha berdiri, semampunya, "Gue abisin lo semua" melanjutkan perkataanya seraya pergi dari tempat itu.

Ingin sekali, Sammy menambah pukulan untuk Raldo, namun sayang, orang itu telah melarikan diri dari hadapannya. Setelah beberapa saat, Sammy menyadari, jika pukulan yang diberikan Raldo juga tak bisa dianggap remeh, buktinya badannya merasa benar-benar sakit. Walau rasa sakit itu baru terasa saat Raldo telah pergi. Sammy duduk di kursi yang diambilkan oleh Lusi.

———

"Lo udah tau belom rumornya?" tanya Yeja pelan. Kali ini suara Yeja sangat kecil, bahkan semut-semut saja tidak mendengarnya. Terlihat sangat sengaja, karena dia takut rumor besar  ini malah mengancam dirinya bekerja disini.


Defan mendekati telinganya, kearah Yeja, berusaha mendengar ucapan Yeja tadi. Tapi seperti yang dijelaskan tadi, suaranya sangat kecil, "Paan sih cil, gue gak denger, lo ngomong apa?"

"RUMOR, R-U-M-O-R" Mulut Yeja mengeja setiap huruf.

Mulut Defan mau tak mau ikut komat-kamit, guna mengetahui, ucapan Yeja, 'O' kini mulutnya membentuk huruf o lebar, "Jadi maksud lo rumor? Gue kirain apaan tadi"

"Sstt, jangan gede-gede dong ngomongnya. Nanti orang lain denger" Gerakan tangan Yeja, sedikit membekap mulut Defan.

Defan menuruni sedikit dekapan tangan Yeja, "Emang rumor apa?" tanyanya pelan, Defan menuruti ucapan Yeja tadi.

Dengan suara kecil, Yeja menjawab,"Rumornya, ceo tempat kita kerja, bakal di ganti"

"Big no! Itu rumor udah fix salah ja. Gak mungkin kalo ..." Tidak melanjutkan ucapannya, Defan seolah termenung.

Yeja menyentuh lengan Defan, "Kenapa gak lo lanjutin?"

𝑡𝑏𝑐

𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔ℎ𝑎𝑒.

Little Boo | SanhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang