Apartemen Nirvana hampir tak punya pajangan berarti. Entah karena baru--Noah bisa mencium bau furnitur kayu yang belum lama tinggal--atau Nirvana memang membawa sifat membuat semuanya sesederhana mungkin.
Apartemen itu lumayan untuk di pusat kota. Ada di lantai lima belas dengan balkon mengarah ke arah area kolam renang dan bangunan-bangunan pencakar lain, mengintip dari balik menara apartemen seberang yang lebih rendah. Begitu masuk, Noah langsung disambut dapur serupa display kamar contoh. Noah ragu Nirvana pernah memasak selain air dan mi instan. Kulkas tinggi itu seakan menyatu dengan dinding, Noah bisa menebak kalau isinya camilan, buah-buahan, dan bahan-bahan instan.
"Gue belum sempet lengkapin furnitur apa-apa di samping yang essential," kata Nirvana begitu keduanya sampai di ruangan cukup besar untuk meja makan bulat sederhana, ruangan menonton televisi, dan menyambung ke balkon yang menjadi sumber cahaya terbesar kala itu. "Gue baru pindah."
"Ini bukan apartemen bokap?"
"Bukan, ini punya gue. Dikasih cowok gue, sih." Nirvana melepas tas dan meletakkannya di meja depan sofa abu-abu minimalis.
"Lo punya pacar?"
"Iya. Yang lain belum tahu."
Noah mendudukkan tubuhnya di sofa, ia masih mudah merasa kelelahan. Di dalam kepalanya masih menerka-nerka mengapa ia pulang ke apartemen Nirvana dan bukan rumah, walau kakaknya itu sudah berkata dia yang akan mengurus Noah dari sekarang. "Sejak kapan?"
"Udah dua tahun. Backstreet, tapi bokap bego sih kalau misalnya nolak Ali."
"Kenapa?"
Noah hanya membawa tubuhnya, pakaian baru dari Nirvana pada tubuhnya, ponsel lama, dan kesakitan-kesakitan yang masih tinggal. Ia menatap Nirvana yang melangkah ke meja makan untuk menuangkan air.
"Dia computer engineer dan bapaknya raja minyak."
"Hah?" Noah mengernyitkan dahi.
"Beneran. Dia dari Dubai."
Mengingat bagaimana dia bisa memberi Nirvana apartemen, Noah perlu mengusir keterkejutannya.
"Kenapa gue nggak pulang ke rumah lama?" tanya Noah, bersamaan dengan uluran gelas dari Nirvana.
"Kan, gue bilang gue yang urus lo mulai sekarang."
"Kenapa mesti begitu?" Noah memainkan jemarinya yang pucat. "Gue dihapus dari kartu keluarga, ya?"
Nirvana memandang adiknya beberapa saat, sebelum meminum air dari gelasnya sendiri. "Menghapus anggota keluarga dari kartu keluarga nggak semudah itu."
"Terus kenapa? Dia ngusir gue dari rumah?"
Nirvana mengembuskan napas perlahan. "Udah, yang penting sekarang lo tahu gue ada di pihak lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boys Darling ✓
Ficção AdolescenteWARNING: ADULT CONTENT (SELESAI, PART LENGKAP) Leandro biasa saja dengan kenyataan bahwa ia anak haram dan tak punya siapa-siapa untuk bergantung. Langit Leandro sudah lama mati sinarnya. Marshal merasa sulit ketika sayapnya dijerat tali kekang. Ma...