Cermin & Cahaya • 45

1.3K 280 15
                                    

Leandro diberitahu untuk menurunkan sedikit berat badan sekaligus memperkuat massa ototnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leandro diberitahu untuk menurunkan sedikit berat badan sekaligus memperkuat massa ototnya.

Dengan waktu yang lebih luang, Leandro akan mempergunakannya untuk berolahraga. Hari ini, ia baru saja menyelesaikan pemotretan bertema flora untuk produk parfum yang wanginya bisa digunakan untuk kedua gender. Rambutnya ditata kaku ke belakang, tanpa poni. Akibat hairspray, rambutnya kaku dan baru bisa ditata lagi jika Leandro membasahinya dengan air biasa.

Di ruang ganti, Leandro memandangi bayangannya sendiri. Tubuhnya masih belum terbentuk seperti yang diminta perusahaan. Perutnya masih rata, garis-garis ototnya masih samar. Begitu pun otot-otot lengannya. Selain itu, pahanya belum terlalu kencang.

Jelas Leandro harus berusaha lebih ekstra. Ia masih dalam masa-masa yang bisa dibilang magang.

Leandro ingin jadi model tetap, tentu saja. Selama ia masih bisa mengusahakannya, tak masalah.

Begitu keluar dari ruang ganti, Leandro menemukan kerumunan model-model perusahaan yang sudah jadi model tetap. Beberapa di antara mereka mungkin sering menganggapnya tidak satu tingkat. Bagaimanapun juga, Leandro tak bisa menyalahkan. Namun, setidaknya mereka masih mau berbasa-basi dengannya.

Di antara mereka, hanya ada empat orang yang hampir seusianya. Nadya, gadis berambut bergelombang dan kulitnya cokelat keemasan. Bulu matanya lentik dan panjang, menyapu bagian atas tulang pipinya setiap kali memejam. Dia yang paling ramah. Dia masih mau menunjukkan letak-letak ruangan yang masih membingungkan bagi Leandro. Dia juga yang mau melanjutkan pemberian staf kepadanya. Tingginya sedikit di bawah Leandro.

Nadya juga yang sempat berkata jika Jonas ataupun Joan menggodanya, Leandro perlu hati-hati.

Jonas dan Joan adalah salah dua dari empat model sebayanya itu. Mereka adalah saudara sepupu. Keduanya memang biasa mengincar laki-laki untuk jadi bahan taruhan mereka.

Joan bisa didefinisikan dengan satu kata. Manis. Rambutnya lurus, membingkai wajahnya yang putih susu. Tubuhnya ramping dan pendek. Matanya yang besar itu cepat berkedip.

Jonas sendiri hampir seperti versi laki-laki dari Joan. Rambut lurus hitam, pesona manis, dan ramping. Tipe tubuhnya serba lurus.

Ada satu lagi yang bernama Char. Tinggi dan rahangnya tegas lagi terpahat sempurna. Rambutnya cokelat dan jatuh sempurna di dahi. Seperti Leandro, Char jelas mencolok akibat warna matanya yang tidak umum di sini. Bedanya, iris Char agak kebiruan.

"Mau bareng?" tawar Nadya, nadanya tidak seperti mengajak Leandro pulang bersama.

"Nope, but thanks."

Jawaban Leandro diterima Nadya dengan cepat. Dia mengangkat bahu dan bermain dengan ponselnya. Jonas sempat melirik Leandro, menatapnya dari bawah sampai atas seperti predator yang lapar.

Leandro tidak peduli.

Di angkutan umum, Leandro menyandarkan kepalanya ke kaca jendela. Matanya menatap kemacetan yang mengurai akibat lampu merah ini. Segala suara silih bersahutan. Di sampingnya, perempuan yang jelas baru pulang kerja memutar musik terlalu kencang sehingga suara dari earphone-nya masih bisa didengar Leandro. Di luar, samar-samar bunyi klakson dan manusia saling berebut mengisi sunyi.

Halte itu penuh dengan orang-orang yang turun. Leandro berdesakkan di sana dan berhasil keluar dari kekacauan itu. Namun, langkahnya terhenti di depan gerbang menuju lapangan besar yang kini ramai akibat adanya pasar malam.

Hari memang belum gelap, tetapi setiap tenda di sana sudah ada pengunjungnya. Kaki Leandro membawanya masuk ke area itu.

Ada stan melempar bola, memancing ikan bermagnet, permen, dan masih banyak lagi. Sewaktu kecil, Leandro sering ke tempat seperti ini. Sendirian saja, mengingat ibunya selalu bekerja pada malam hari. Ia tak membeli apa-apa, tidak naik apa-apa. Hanya berkeliling, menikmati euforia manusia yang sedikit menular padanya. Leandro menonton orang-orang berteriak sewaktu naik wahana, Leandro melihat orang tua dan anak mereka menikmati waktu.

Bukan kenangan yang manis, memang.

Namun, bukan itu yang membuat Leandro mau berjalan-jalan ke sana. Melainkan memori di mana Kayla hampir terpeleset saat agak berlari menuju stan lempar bola.

"Dibilangin nggak usah lari!" Leandro senewen kala itu.

Kayla yang ditahan Leandro agar tidak jatuh hanya cengengesan. "Maaf."

Kayla bukan pelempar yang baik, tidak ada satu pun dari tiga lemparannya yang berhasil. Berbeda dengan Leandro. Leandro berhasil mendapatkan boneka beruang warna ungu pucat yang akhirnya membuat Kayla tertawa senang.

Kayla dan Leandro naik komedi putar. Kayla dan Leandro naik bianglala. Kayla dan Leandro naik bom bom car.

Lalu, malam itu ditutup dengan perginya keduanya ke wahana rumah kaca. Labirin itu membingungkan. Leandro mengikuti langkah Kayla yang serba impulsif. Mereka berputar-putar di sana. Tak kunjung menemukan jalan keluar.

"Ke sin–" Leandro baru akan melangkah saat Kayla menariknya.

"Liat deh, kayaknya bagus buat foto di sini."

Spot itu jalan buntu. Cahaya wahana ini menyilaukan. Kayla tiba-tiba saja menggamit lengan Leandro dengan ponsel di tangan, yang satunya memeluk boneka hasil lemparan cowok itu. Tanpa aba-aba Kayla mengambil gambar beberapa kali.

Leandro sudah terlampau terbiasa dengan Kayla yang kelakuannya suka tidak jelas.

Di pasar malam ini Leandro tidak menemukan rumah kaca seperti yang dulu. Sebagai gantinya, ia bermain lempar bola dan lagi-lagi mendapatkan boneka. Kali ini, gajah yang belalainya terlalu pendek. Warna biru lagi.

Leandro melanjutkan langkahnya, bersama boneka yang sudah dimasukkan ke dalam tas, berdesakkan bersama seragamnya.

Di salah satu tenda, ada yang menjual berbagai perlengkapan rumah tangga. Dari payung, mangkuk-mangkuk plastik, hingga cermin berbagai ukuran. Leandro mematung di depan benda yang memantulkan bayangannya itu.

Leandro bisa membayangkan di sampingnya Kayla memeluk lengannya, mengambil foto tanpa meminta persetujuan seperti dulu. Setelahnya, Kayla akan menarik Leandro ke berbagai tempat tanpa lelah.

Leandro sangat merindukannya, sampai rasanya sesak. Dadanya tak muat menampung semuanya.

Tak akan muat.

***

—Prince Kendic, a writer with crown

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—Prince Kendic, a writer with crown.
Instagram: @princekendic

Bad Boys Darling ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang