Di antara mereka berempat, Noah adalah yang paling tahu soal fashion dan apa saja yang pantas dipakai seseorang. Karenanya, Leandro pergi ke rumah cowok itu yang berada di kawasan mewah--kompleks itu berjarak lumayan antar rumahnya, berupa taman-taman rimbun dan permainan-permainan anak-anak.
Tempat-tempat antara rumah itu terawat, tetapi jarang dipakai karena penghuni rumah kompleks itu lebih sibuk bekerja dan sekadar menggunakan rumah sebagai tempat beristirahat.
Rumah Noah didominasi warna putih dan hitam. Pintu, jendela-jendela, sampai tiang-tiang penyangga rumah besar itu. Yang kontras hanya tanaman hijau di taman sekelilingnya, juga kolam renang biru cerah. Di tengah-tengah area rumah, masih terdapat kolam ikan berbentuk bulat yang memiliki tambahan tiruan air terjun dari lantai tiga di salah satu sisi.
Selain itu, perpustakaan di area belakang terpisah bangunannya dari rumah. Tampak salah dibangun dan terasing dari yang lain akibat didominasi warna merah bata dan cokelat gelap. Di dalamnya, ratusan bahkan ribuan buku tersusun rapi sesuai warna sampul dan ukurannya.
Seperti biasa, suasana rumah Noah selalu tenang dan dingin--baik itu dalam arti sebenarnya, gara-gara pendingin ruangan dan tak ada keharmonisan di sana. Kedua orang tua Noah memiliki latar belakang berbeda, medis dan hukum. Naasnya, Noah tidak tertarik pada keduanya. Membuat mereka semakin keras memaksa.
Dengan keadaan Kayla sekarang, ibunya memanfaatkan keadaan itu sebagai pemilik dari rumah sakit besar. Tak bisa berbuat banyak, Noah menerima. Walau selanjutnya, keputusannya menimbulkan keributan dalam keluarga karena ia memilih akan melanjutkan ke studi hukum.
Lama, setelah perdebatan alot semuanya berjalan tanpa ada kendala lagi.
Itu yang semula dipikirkan Noah, sebelum ia tahu bahwa kedua orang tuanya mempunyai tambatan hati yang lain.
Noah berusaha tidak peduli, walau hatinya nyeri. Lebih baik, ia fokus pada dirinya sendiri dan Kayla. Itu saja. Lebih banyak orang-orang dalam hidupnya, lebih sakit hatilah ia.
"Nggak ada dress code?" Adalah pertanyaan pertama yang terlontar dari mulut Noah usai keduanya berada di ruangan khusus pakaian Noah. Lebih dari lima lemari, rak-rak gelang dan aksesoris, juga rak sepatu.
"Nggak." Leandro melihat sekeliling, mayoritas pakaian yang dilihatnya berwarna hitam dan hijau.
"Celana pendek atau panjang? Kaus atau kemeja? Formal atau santai?"
"Style masing-masing, ketentuannya."
Noah mengerutkan kening dan berkacak pinggang. Matanya memindai tubuh Leandro secara keseluruhan. Tinggi mereka hanya berbeda beberapa senti, jadi peminjaman pakaian adalah hal paling masuk akal yang bisa mereka lakukan sekarang ini.
Pagi itu, Leandro mengenakan celana jeans hitam dan atasan kaus putih polos. Tambahan pada tubuhnya hanyalah jam tangan hitam yang melingkar di tangan kanannya. Leandro tidak kidal, tetapi ia lebih nyaman memakainya dengan cara seperti itu.
"Apa yang lo pakai sekarang ini udah bagus, sebenernya." Noah berkomentar, matanya kembali membalas tatap Leandro. "Paling sepatu. Ukuran kaki lo berapa?"
"Empat puluh tiga."
"Sama." Noah bergerak menuju rak sepatunya dan memilih boots hitam semata kaki, membungkuk dan menarik pegangan rak, mengambil kaus kaki berwarna senada dari sana. "Dengan ini, lo akan lebih kelihatan tinggi lagi."
"Boleh gue pinjam?"
Noah berdecak. "Emang gue pinjemin. Demi kehidupan lo yang lebih baik daripada ada di bawah tekanan Axel terus."
Noah mengerti, Leandro tertegun untuk beberapa saat.
"Jaket kulit atau jas?"
"Jaket kulit," jawab Leandro tanpa pikir panjang. Baginya, jas, atau pakaian sejenisnya terlalu formal dan ia tak nyaman berada dalam suasana seperti itu.
"Oke." Noah menyerahkan jaket kulit dengan ritsleting berwarna emas pada Leandro. "Sentuhan akhir, gue merasa lo perlu pakai kalung."
"Kenapa?" Leandro tak mengerti gaya berpakaian, kalung bukan sesuatu yang penting untuknya. Selain itu, di sekolah, aksesoris tambahan terbatas yang diperbolehkan. Hanya jam tangan saja.
Itu sering jadi pertanyaan Leandro ketika gaya rambut justru tidak dipermasalahkan.
"Tulang selangka lo bagus. Dengan pakai kalung, bagian sana bisa punya fokus sendiri. Sini."
Leandro sudah memakai jaket kulit pinjaman Noah tadi, mendekat pada cowok itu yang menggeser kaca dan menampakkan banyak kalung dan cincin koleksi Noah. Ia tidak pernah memperhatikan Noah memakai satu per satu dari sana.
"Gue bersyukur bokap nyokap nggak mempermasalahkan soal ini." Noah bercerita tanpa diminta.
"Soal semua koleksi pakaian lo?"
"Ya. At least, gue diberi kesempatan untuk tetap memiliki semua ini. Memang lebih tidak puas dibanding keinginan gue membuat pakaian baru, tapi sejauh ini cukup. Kadang-kadang mereka masih mendesak soal pakaian formal, hanya keadaan seperti pertemuan atau acara-acara mereka aja, untungnya."
Penuh batasan, Leandro berkomentar dalam hati.
"Yang ini bagus." Noah menunjuk yang berbandul bulat seperti koin. "Ini juga." Satu lagi, berbandul persegi panjang.
"Yang bulat."
"Good choice." Noah memuji, suaranya kedengaran tulus. "Pakai."
Di hadapan Leandro, cermin tinggi memantulkan bayangannya sendiri. Dalam balutan semua saran Noah itu, Leandro memakai kalung dan memperhatikan dirinya sendiri.
Lebih baik kelihatannya.
"Rambut lo nggak perlu ditata lagi, udah bagus."
"Lo yakin gue bakal lolos?"
"Kenapa nggak? Dengan pengalaman lo jadi model majalah sekolah, ikon sekolah, gue pikir bisa."
"Itu belum cukup."
"Jangan menganggap remeh diri sendiri, Leandro, itu akan mempengaruhi mereka yang menilai lo nanti. Kalau lo sendiri nggak yakin, mereka akan bisa merasakannya dan ikut ragu."
"Wish me luck," kata Leandro parau, terdengar seperti bicara pada diri sendiri dibanding kepada orang lain.
"Yeah, good luck." Noah bersandar pada lemari kayu berisi kemeja-kemejanya. "Ingat satu hal, Leandro, biar lo berusaha semaksimal mungkin."
"Apa?"
"Buat Kayla dan mendiang Ibu lo bangga."
Tersenyum tipis, Leandro menghela napas dalam-dalam. "I wish."
***
Warna apa yang menurut kalian cocok untuk cover buku Bad Boys Darling?
Prince Kendic, a writer with crown.
—Instagram: @PrinceKendic
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boys Darling ✓
Roman pour AdolescentsWARNING: ADULT CONTENT (SELESAI, PART LENGKAP) Leandro biasa saja dengan kenyataan bahwa ia anak haram dan tak punya siapa-siapa untuk bergantung. Langit Leandro sudah lama mati sinarnya. Marshal merasa sulit ketika sayapnya dijerat tali kekang. Ma...