Renjana • 23

3.9K 641 43
                                    

Hari Minggu, dan Leandro belum cukup mampu untuk bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Minggu, dan Leandro belum cukup mampu untuk bekerja.

Dia masih banyak berbaring, mengistirahatkan fisik maupun pikirannya. Perihal pembayaran yang akan datang, tabungannya tidak akan habis hanya karena itu.

Tidak seperti kemarin, Axel tidak datang dengan wajah enggannya. Kemarin pun, Leandro tidak melihat Axel pergi. Ia terlalu lelah untuk sekadar membuka mata. Mungkin, dia sibuk. Menjadi penerus usaha besar pasti membutuhkan banyak latihan dan belajar.

Masa depan Axel cerah.

Begitu juga dengan Marshal. Dia akan jadi penyanyi kebanggaan negeri ini.

Begitu juga dengan Noah. Kalaupun dia menghentikan cita-citanya menjadi model dan desainer, dia masih bisa masuk fakultas hukum atau kedokteran seperti anggota keluarganya yang lain.

Sedangkan Leandro tidak tahu di masa depan ia akan menjadi seperti apa.

Leandro sudah bisa berjalan tanpa sempoyongan. Sebagian cucian ia kerjakan, berhenti begitu perutnya meronta-ronta minta makan. Bulir keringat menetes di pelipis, apalagi saat ia menjemur pakaiannya itu di bawah terik matahari, terasa membakar punggungnya.

Kali ini, Marshal yang datang dengan makanan. Obat pemberian Axel kemarin belum habis. Marshal berpakaian santai, kaus abu lengan pendek, kemeja hitam dililitkan di pinggang, dan celana abu selutut. Dia sudah duduk di kursi dapur sambil menggoyang-goyangkan kedua kaki.

"Makanan," ucapnya.

"Thanks."

"Gue menawarkan diri untuk ngasih makanan, omong-omong." Marshal melanjutkan. Sementara itu, Leandro mengambil mangkuk dan memindahkan makanan yang dibawa Marshal. Nasi hangat dan ayam potong berselimut kecap.

"Gue tahu, lo nggak akan banyak membalas. Gue mau curhat, omong-omong." Seperti biasa, Marshal seringkali sulit menyusun kalimatnya sendiri.

"Lagian lo kan, masih sakit. Jadi makan aja, gue cuma butuh pendengar."

"Oke." Leandro membalas singkat.

"Hari ini gue ribut lagi sama Bokap." Marshal mengembuskan napas lelah. "Ada satu lagu yang akan gue bawakan di beberapa penampilan. Udah ada nada F#5, itu tinggi."

Leandro hampir tersedak kala Marshal mengeluarkan suara yang dia maksud. Ia tahu, Marshal punya kemampuan menguasai suaranya demikian rupa. Dia sangat andal menghasilkan nada tinggi. Namun, bagaimana bisa dia mengeluarkan nadanya secara mendadak di hadapan Leandro yang sedang makan?

Bad Boys Darling ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang