Semua penerangan yang pernah dibeli Axel tak ada lagi harganya, ketika sang cahaya paling terangnya terluka. Meredup sendirian, terbakar sendirian.
Axel tidak punya tenaga untuk terus bertanya dan berbicara seperti yang Marshal lakukan. Ia duduk di lantai, bersandar pada dinding, dan menunduk dalam. Kepalanya diserang jutaan jarum tak kasat mata. Penyesalan-penyesalan itu semakin berkuasa.
Mengapa ia tak pernah berusaha lebih jauh untuk bertanya kala Kayla jauh lebih pendiam dari biasanya? Mengapa ia bisa membiarkan gadisnya terluka? Mengapa ia tidak menyadari Kayla tengah membutuhkan segala perlindungan darinya? Jutaan mengapa lainnya.
Kali pertama membalas tatap gadis itu, Axel tidak tahu ia akan jatuh cinta sedalam ini, terlibat rasa sepelik ini.
Kaylanya terluka begitu banyak.
"Kenapa tidak ada pilihan lain?" Pertanyaan Marshal bergema dalam rumah kecil itu.
Pintu-pintu dan jendela di tutup. Akan tetapi, bila dinding punya telinga, mereka akan pura-pura tuli tentang tangisan-tangisan manusia di atas rahasia bertahun-tahun yang kini telah meledak.
"Korban-korban lain juga melapor dan menuntut, kenapa Kayla nggak bisa?" Mata Marshal yang membengkak masih dikuasai sorot amarah. "Lebih tepatnya, kenapa Anda tidak mau?"
Pertanyaan ini menohok ayah Kayla tanpa perantara. Dia satu-satunya yang tahu. Yang diharapkan jadi pelindung, yang diharapkan merangkul dan berkata semuanya baik-baik saja ketika langit runtuh.
"Kayla sedang koma--"
"Memangnya kenapa kalau dia koma?" Marshal memotong, suaranya serak. "Mungkin dia berpikir untuk apa dia bangun kalau yang bersalah tidak pernah dianggap serius oleh anggota keluarganya sendiri?"
"Posisikan Nak Marshal sebagai saya. Saya tidak tahu harus melakukan apa tanpa akses dan uang seperti yang kalian miliki. Sekarang saja, hidup Kayla bergantung pada kalian. Saya tidak akan sanggup menunjang hidupnya sampai sekarang."
"Korban-korban yang dulu mau menuntut juga tidak semuanya berada, tapi mau bersatu dan menuntut tanggung jawab atas luka mereka."
"Tapi Kayla koma, saya tidak tahu dia ingin itu terjadi atau tidak."
"Bapak." Kamila, ibu Kayla akhirnya bersuara. Matanya sembap, semula dibayang-bayangi derita. "Kayla mau tidak, kesalahan tetap butuh tanggung jawab."
Marshal mengangkat tangan. "See? Apakah Anda tidak mendukung Kayla sampai dia mau mengakhiri hidupnya sendiri? Anda satu-satunya yang tahu soal ini dan bersikap seperti tak terjadi apa-apa. Pernah tidak Anda mempertimbangkan perasaan Kayla?"
Perasaan Kayla. Axel bisa merasakan nyeri di dalam dada yang amat sangat. Pelecehan seksual bukan sesuatu yang bisa dilupakan, bahkan setelah bertahun-tahun. Menganggap hari berlalu begitu saja membuat rasa malu dan ketakutan Kayla jadi tak berarti. Tak ada yang menganggapnya penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boys Darling ✓
Genç KurguWARNING: ADULT CONTENT (SELESAI, PART LENGKAP) Leandro biasa saja dengan kenyataan bahwa ia anak haram dan tak punya siapa-siapa untuk bergantung. Langit Leandro sudah lama mati sinarnya. Marshal merasa sulit ketika sayapnya dijerat tali kekang. Ma...