Hari itu hari ulang tahun kakaknya.
Noah bukanlah seseorang yang manis, yang memiliki inisiatif sendiri untuk memberi hadiah di hari lahir seseorang.
Namun, atas tradisi keluarganya, ia harus repot-repot menyusuri pusat perbelanjaan dengan kepala pusing memikirkan apa yang harus ia beri. Ia berputar-putar, melihat deretan pakaian mahal--yang tak sesuai dengan isi kantungnya. Aksesoris imut, yang tak sesuai dengan image kakak perempuannya yang datar. Hingga boneka, yang sudah dari kemarin Noah coret dari daftar.
Seharusnya ia mengajak Kayla. Cewek itu pasti tahu apa yang bisa ia jadikan sebagai hadiah.
Lelah berkeliling tanpa hasil, Noah dudul di bangku panjang warna putih dekat outlet pakaian. Ia segera mengeluarkan ponsel dari saku celana, lalu menghubungi Kayla tanpa pikir panjang.
Noah dan Kayla memang sedekat itu. Kesukaan mereka, tidur dan mengobrol membuat keduanya dekat. Kayla adalah teman satu-satunya yang mau menemani Noah pergi ke kantin kalau ia lapar. Cewek itu adalah satu-satunya yang menunggunya di selasar saat ia masuk ruangan BK dan mendapat peringatan akibat kebiasaannya tidur di tengah pelajaran.
Kata teman itu tak lagi sama.
Noah ingin mereka lebih dari sekadar teman.
"Halo? Noah, gue lagi jualan kue. Sibuk." Adalah kalimat pertama yang Noah dengar begitu Kayla mengangkat telepon. Atas kalimat itu, Noah berdecak tidak sabar.
"Berapa? Gue borong semua asal lo ke Lotus Mall lantai tiga sekarang."
"BERANGKAT!"
Noah tidak dapat menghitung berapa kali ia menoleh ke arah eskalator. Menunggu cewek bermata bulat itu datang. Dia sampai mondar-mandir seperti setrika, melihat ke lantai bawah dengan tangan meremas-remas ujung jaket.
Ia baru bernapas lega saat sosok Kayla yang mungil itu bergegas dan melambaikan tangan ke arahnya. Noah langsung merangkul Kayla, membuat cewek itu tersentak dan mencubit pinggang Noah.
"Aw!"
"Ngapain pake rangkul-rangkulan sih?!"
"Santai aja kali. Hari ini lo bakal jadi penyelamat gue."
"Maksudnya?"
"Sebelum gue jelasin, mau beli minum dulu?"
Kayla tidak menolak, dia tersenyum lebar dan kali ini tidak berontak saat Noah merangkulnya lagi.
"Nah, apa?" tanya Kayla setelah tegukan pertama. "Eh, bayar kue-kue gue dulu."
Noah tak bisa menahan diri untuk tidak memutar bola mata. "Halah. Nanti gue bayar. Sebelumnya gue mau minta tolong dulu sama lo."
"Iya deh."
"Jadi, hari ini kakak gue ulang tahun."
"Oh, nyari kado? Cewek atau cowok?"
"Cewek. Tapi dia nggak rada-rada tomboi."
"Umurnya berapa?"
"Sekarang dia kuliah semester dua."
Kayla mengangguk-ngangguk. Sebentar, dia sibuk dengan bubble pada minumannya. "Berarti jangan yang neko-neko. Yang bener-bener dipake dan awet."
"Baju?"
"Udah mainstream." Kayla mengibaskan tangan.
Noah dan Kayla bersisian, menatap toko-toko yang sudah dilewati Noah bermenit-menit yang lalu.
"Kakak lo ada kesukaan khusus nggak? Kayak suka hewan tertentu, atau apa gitu?"
"Dia suka astronomi. Planet, bintang, gitu-gitu lah."
"Kenapa nggak bikin sepatu yang corak galaksi? Kan bagus."
"Ribet. Malam ini gue udah harus ngasih kado."
Kayla mendengus. "Makanya, kebiasaan nunda-nunda tuh diperbaiki. Kan susah sendiri sekarang."
Noah diam saja, tidak mau berdebat.
"Kalo case ponsel?"
Salah satu alis Noah terangkat naik. "Ponselnya dia baru sih, dan belum sempet beli. Masih bawaan yang karet bening itu."
"Nah!" Kayla meninju lengan Noah pelan. "Itu aja."
Noah sangat beruntung. Karena ponsel kakaknya termasuk yang paling populer, variasi case-nya pun lebih dari banyak. Ada dua pilihan, bergambar galaksi dengan warna hitam putih, atau warna-warni.
Jelas, Noah segera mengambil yang hitam putih.
"Itu cuma dibungkus pake tote bag aja gitu?" Ekspresi Kayla tampak aneh saat mereka tengah menuju motor Noah yang diparkir di bagian belakang.
"Biasanya juga gini."
"Nggak ada spesial-spesialnya tahu. Minimal pakai kotak terus ditutup pakai kertas kado."
"Lama ah."
"Ih." Kayla merebut tote bag itu. "Gue bungkusin. Ayo, ke toko alat tulis."
Seharian ini, Noah sadar kalau ia begitu mudah menurut pada perkataan Kayla. Cewek itu seakan memiliki magnet agar semua orang menyetujui ucapannya.
Dan Noah salah satunya.
Masih di toko alat tulis itu, Kayla membungkus kado untuk Kakak Noah. Dengan kertas kado hitam legam, tanpa pita. "Nih."
"Oke, thanks."
Tiba-tiba, Kayla mencoleknya. "Bayar kue gue, dan jasa nganter lo. Sama itu, bungkus kado. Hehe."
Awalnya, Noah mengernyit. Kemudian, ia tertawa dan mengacak rambut Kayla dengan hangat yang menjalar di dadanya.
Jangankan membayar jasa Kayla, Noah akan memberikan segalanya untuknya.
***
Noah with his innocent mind.
Tinggalkan komentar di sini untuk yang sudah baca.
—Prince Kendic
Instagram : @princekendic
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boys Darling ✓
Fiksi RemajaWARNING: ADULT CONTENT (SELESAI, PART LENGKAP) Leandro biasa saja dengan kenyataan bahwa ia anak haram dan tak punya siapa-siapa untuk bergantung. Langit Leandro sudah lama mati sinarnya. Marshal merasa sulit ketika sayapnya dijerat tali kekang. Ma...