Axel mematikan ponselnya tergesa saat langkah Kayla semakin dekat dengannya.
Menelan ludah dengan susah payah, Axel melepaskan earphone dari telinga dan menetralkan detak jantungnya yang tidak terkendali.
"Apa?" tanyanya kemudian, dengan suara yang dibuat-dibuat, seakan marah.
Kayla berkacak pinggang seraya menatapnya tanpa berkedip. "Gue nggak masalah ya, kalo lo marathon nonton Mr. Bean kek, anime apa kek, bokep kek. Terserah! Tapi bisa nggak earphone-nya dicolokkin biar suaranya nggak gue denger?"
Axel mengernyit, menunduk dan segera mendapati bahwa kabel earphone-nya tidak tersambung sempurna.
"Sial." Axel mengumpat tertahan.
Warna merah segera menjalari wajahnya.
Tak perlu dijelaskan lagi bagaimana rasa malu yang dirasakan Axel.
"Ini bukan video aneh-aneh, ini trailer film. Kebetulan aja ada adegan anunya."
Axel jujur, tetapi Kayla tidak mau tahu apa-apa.
"Gue serius, Kay."
Kayla mendengus, kembali ke meja kaca, pada buku-buku catatan yang terbuka dan beberapa alat tulis yang tergeletak di sana.
Axel dan Kayla tidak satu sekolah. Hanya saja, mereka satu tingkat dan beberapa pertemuan sebelumnya cukup mendekatkan mereka.
Semuanya berawal dari kejadian di minimarket dekat lampu merah. Kayla yang baru membeli mi instan dalam cup dan menyeduhnya bersenggolan dengan Axel, membuat mi dan kuahnya tumpah.
Kala itu, Axel baru menemukan seorang perempuan yang kasar padanya. Kayla memukul lengannya dan meminta ganti rugi.
Kesan pertama Kayla tidak baik, dalam benak Axel. Meski dia memiliki mata bulat yang indah, meski suaranya enak didengar. Tetap saja, dipukul keras-keras bukan hal yang menyenangkan.
Kayla tengah mengerjakan tugasnya. Tulisan mereka mirip-mirip, kecil-kecil dan miring ke kanan. Tentu saja, Axel memberikan imbalan karena kalau bukan begitu, Kayla tidak akan mau.
"Hei."
"Apa? Gue nggak mau ngomongin yang tadi ya."
"Astaga. Sumpah bukan seperti yang lo pikirkan, nih liat sendiri." Axel menyodorkan ponselnya.
"Nggak mau."
"Ck. Ya udah. Omong-omong, yang halaman 140 nggak usah, udah dijelaskan sama gurunya."
Kayla melihat kalau ia sudah sampai ke halaman 141, dia melempar Axel dengan penghapus karenanya. "Bilang dong dari tadi!"
"Ya udah sih, telanjur." Axel tersenyum mengejek.
Kayla mencebik, mengerjakan sisa halaman. Tinggal sedikit lagi.
Axel memiringkan kepala, tangannya menopang dagu. Ia menatap satu dari segelintir orang yang tahu rahasianya itu tanpa putus.
"Gue mau ke bioskop, nonton film. Lo mau ikut?"
"Ikut kalo dibayarin," balas Kayla datar.
"Iya, gue bayarin. Masa pacar disuruh bayar sendiri padahal diajak jalan."
Kayla menahan bibirnya agar tidak membentuk senyuman.
Ya, Axel adalah pacar Kayla.
Saat itu.
***
Setting waktu chapter ini adalah sewaktu mereka kelas 3 SMP. Sebelum tragedi terjadi.
Masih banyak yang belum kalian ketahui. Enjoy the show.
Instagram : @princekendic
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boys Darling ✓
Novela JuvenilWARNING: ADULT CONTENT (SELESAI, PART LENGKAP) Leandro biasa saja dengan kenyataan bahwa ia anak haram dan tak punya siapa-siapa untuk bergantung. Langit Leandro sudah lama mati sinarnya. Marshal merasa sulit ketika sayapnya dijerat tali kekang. Ma...