Part 19

183 10 1
                                    

Mohon untuk tidak copy paste cerita ini!! Hargai sesama penulis!!

Assalamualaikum...apa kabar semua? Masih adakah yang tetep stay sampai disini? Oho😜terima kasih ya buat yang sudah mampir. Salam sayang😘

Jangan lupa vote dan komennya juga ya😁

Radit berpamitan kepada Monica sebelum keluar dari ruangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Radit berpamitan kepada Monica sebelum keluar dari ruangannya. Ia melangkah keluar dengan Zahira yang tak hentinya menempel padanya. Radit sendiri pun merasa amat terusik dengan kelakuan Zahira yang selalu mengikutinya.

"Lepaskan!" Titah Radit pada akhirnya. Ia merasa kepanasan siang ini, ditempeli Zahira malah membuatnya tambah kepanasan.

"Kamu galak banget sih yang?!" Zahira  cemberut, seketika ia melepaskan diri.

"Aku malu tau! Dari tadi kita diliatin orang kantor, bisakah kamu  tidak menempel kepadaku terus-menerus?" hilang sudah kesabaran Radit.

"Aku gak akan lari kemana kok, gak perlu kamu pegang terus!" Sindir Radit. Zahira tampak tersinggung, wajahnya berubah kesal.

Zahira ngambek, ia lantas memasuki mobil lebih dahulu. Radit hanya terdiam tanpa kata dan ikut memasuki mobil juga. Mereka berdua mulai untuk tidak bicara satu sama lain.

Radit dan Zahira sedang berada di dalam mobil, setelah menghidupkan mesin beberapa saat, mobil pun melaju. Baik Radit dan Zahira jadi irit bicara. Sesekali mereka berdua curi pandang, namun memilih untuk tidak memulai pembicaraan

Suasana terlihat hening, Radit dan Zahira tengah sibuk dengan pikirannya. Entah apa yang mereka pikirkan.

Tidak ada bunyi radio, musik dan lainnya. Radit lebih suka suasana hening seperti ini. Biasanya Zahira akan mengoceh sepanjang hari saat bersamanya, tapi kali ini situasinya sedang berbeda. Mereka berdua sedang tidak ingin menyapa dan berbicara satu sama lain.

Zahira melipat tangannya didada, wajahnya terlihat jengkel karena Radit terlihat abai dengannya. Biasanya, pacarnya itu akan membujuknya dan melakukan berbagai macam cara agar Zahira memaafkannya. Tapi, hari ini laki-laki itu terlihat apatis dan tidak sedikitpun menoleh ke arahnya.

"Kita putus!" Zahira melontarkan kata yang membuat Radit kesal setengah mati. Laki-laki itu mematikan mesin mobilnya, Zahira terlihat bingung karena mobil berhenti melaju. Netranya melirik Radit dengan wajah merengut dan bibir mengerucut sebal. Tak hentinya Zahira mengutuk Radit dalam hati akan perilaku Radit yang tak peka.

"Turun!" Sentak Radit tanpa menoleh, Zahira tersentak. Untuk pertama kalinya ia dibentak oleh laki-laki yang dipacarinya selama tiga tahun itu.

"Apakah kau tidak mendengar suaraku?" sarkas Radit melirik Zahira sinis, membuat nyali Zahira ciut. Sorot mata Zahira tiba-tiba berkaca-kaca. Kata putus itu dilontarkannya hanya untuk menggertak Radit saja. Zahira sesungguhnya tak serius ingin putus dari Radit sebenarnya, ia hanya melontarkan kata itu secara spontan karena kesal dengan perilaku Radit hari ini. Radit sudah mulai tak sabar rupanya, sudah tiga tahun ini ia menahan diri dengan sikap dan kemanjaan Zahira padanya.

"Kamu tidak mau turun?!" Ujar Radit melirik Zahira. Zahira mendadak kaku, tangannya gemetar.  Gadis itu tak bisa menahan air mata yang akan segera keluar dari pelupuk matanya. Zahira tak menjawab, ia malah terisak.

"Cengeng sekali," sindir Radit lalu melajukan mobilnya kembali. Zahira tak merespon, ia malah sibuk memandang keluar jendela. Perasaannya sedang kalut hari ini.

"Tadinya minta putus, sekarang malah nangis," sindir Radit, laki-laki itu terlihat marah. Beberapa kali tangannya meremas setir yang dipegangnya.

"Turunkan aku disini!" Zahira akhirnya bicara disela isak tangisnya. Perempuan cantik itu sudah tidak tahan lagi mendengar perkataan Radit yang tidak hentinya menggerutu.

Radit menoleh dan melihat Zahira yang menangis. Terlihat mata gadis cantik itu merah dengan hidung yang memerah pula.

"Aku tidak akan mengganggumu lagi! Aku tidak akan mengirim pesan padamu apapun yang terjadi. Aku tidak akan hadir dihadapanmu! Puas?!" Zahira terlihat berapi-api. Selama ini Radit terlihat menganggapnya sebagai pengganggu saja.

"Jika kamu punya waktu untuk menemuiku, aku tidak akan datang menemuimu dikantor. Kamu tahu?! Ketika kamu tidak mengirimiku pesan dan memberi kabar, aku sejujurnya sangat khawatir. Tapi kamu tidak sedikitpun menghargaiku!" Radit hanya diam tak menjawab.

"Berhenti!!" Suara parau dan serak Zahira terdengar nyaring ditelinga Radit. Laki-laki itu akhirnya  mematikan mesin mobilnya. Zahira perlahan turun dari mobil, ia melangkah menjauh dan berjalan dengan menangis. Radit terdiam ditempat, ada perasaan bersalah kepada Zahira atas kata yang dilontarkannya barusan.

Radit melirik kanan kiri, ia pun tersadar bahwa mereka berada dikawasan yang sangat sepi. Laki-laki itu tiba-tiba merasa khawatir.

"Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengan Zahira?"  Pikir Radit. Radit segera menghidupkan mesin mobilnya dan mengejar Zahira didepannya.

Laki-laki itu akhirnya menghadang langkah Zahira dengan mobil yang berhenti didepan gadis itu.

Radit pun segera membuka pintu mobilnya, ia melirik Zahira yang terlihat membuang muka ketika tanpa sengaja bersitatap dengan netra hitamnya.

"Aku minta maaf, ayo pulang bersamaku. Disini terlihat sepi, aku takut terjadi sesuatu padamu," ujar Radit berusaha menggenggam tangan Zahira. Zahira dengan cepat menepis tangan Radit.

"Apa pedulimu!" sinis Zahira. Radit tak kehilangan akal dengan sikap Zahira yang keras kepala. Radit pun memaksa Zahira untuk memasuki mobilnya. Tangan kekar Radit menarik tangan Zahira dan mendorongnya ke dalam mobil yang sudah pintunya terbuka. Laki-laki itu dengan cepat mendorong Zahira dan tidak peduli dengan aksi protes Zahira kepadanya. Setelah Zahira memasuki mobil, Radit segera melajukan mobilnya.

"Aku minta maaf, seharusnya aku tidak bersikap kasar padamu," ujar Radit melirik Zahira. Tangis Zahira mereda, namun matanya masih terlihat sembab.

"Aku...aku...mau kamu jangan marah lagi, bisakan kita tidak marahan? Aku akan melakukan apa yang kamu mau. Asal kamu mau memaafkanku," mobil perlahan melaju.

"Maafkan aku, apakah kamu masih marah?" tanya Radit lagi. Laki-laki itu terlihat tidak nyaman karena Zahira tidak menjawabnya.

"Zahira, tolong dengarkan aku," Radit terlihat frustasi.

"Aku mau kita menikah," ujar Zahira kemudian, Radit terlihat berpikir.

"Umurku sudah dua puluh delapan tahun, aku sudah siap untuk menikah. Aku tidak ingin dipermainkan terus menerus begini," lanjut Zahira.

"Oke!" sahut Radit mantap tanpa berpikir.

"Aku akan menikahimu jika itu yang kamu mau," Radit mencoba tersenyum, namun Zahira malah menunjukkan ekpresi biasa saja.

TBC

Akankah Radit serius dengan apa yang dikatakannya? Apakah mereka akan menikah nantinya? Tunggu lanjutannya di cerita selanjutnya ya😍

Dipublikasikan pada tanggal 19 April 2021.

Jodoh Untuk Erina (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang