No copy paste! Hargai sesama penulis!
Halo semua👋 adakah yang masih stay di cerita author yang gaje ini? Maaf lama banget updatenya ya?! Author sibuk sekali...terus ikuti ceritanya, jangan lupa beri vote dan komennya ya...🤗
Terima kasih buat yang sudah mampir...love you all😘
Roki membuka pintu mobil, sedangkan Erina keluar dari pintu sebelahnya. Sejenak, Erina memandang rumah sederhana di depannya, matanya mengedar ke berbagai arah. Sejauh matanya memandang, rumah ini memang tak begitu besar daripada rumah yang dulu pernah di tempati bersama keluarganya. Namun, walaupun terlihat sederhana, rumah ini terlihat bersih serta asri. Dania selaku ibundanya memang hobi bercocok tanam, tak heran ada begitu banyak tanaman hias didepan halaman rumah.
Roki melangkah pelan di ikuti Erina di belakangnya.
Tok....tok....tok....
"Assalamualaikum," ujar Roki mengetuk pintu.
Setelah beberapa menit berdiri, pintu akhirnya di buka. Tampak Dania menyambut suka cita kehadiran anak dan menantunya.
"Waalaikumsalam," sahut Dania tersenyum, Erina dan Roki segera menyalami Dania dengan bergantian.
"Ayo masuk," Dania mempersilahkan anak serta menantunya memasuki rumahnya. Roki melepas sandal yang di kenakannya dan berjalan mengikuti Dania dan Erina menuju ruang tamu.
Roki dan Erina menempatkan bokongnya di sofa empuk, mereka duduk bersebelahan, antara Erina dan Roki terdiam tanpa kata. Menunggu kembalinya Dania.
Dania keluar membawa nampan yang di atasnya tersusun toples-toples serta minuman teh hangat buatannya.
"Diminum nak Roki," ujarnya melirik ke arah menantunya, Roki tersenyum dan mengangguk, tangan kanannya mengambil sepotong nastar kering di dalam toples.
"Ma, papa mana?" tanya Erina yang dari tadi tak melihat kemunculan ayahnya.
"Biasa, sibuk kerja," jawab Dania memandang wajah Erina.
"Gimana keadaan ibumu dan ayahmu nak Roki? Sehat semua ya?" tanya Dania mengalihkan pandangan ke arah Roki.
"Alhamdulillah sehat semua ma," sahut Roki.
"Alhamdulillah kalo gitu," ujar Dania lega.
"Diminum Er, Roki," Dania menunjuk teh yang di hidangkan di meja ruang tamu. Erina dan Roki mengangguk.
"Pasti di minum kok ma," sahut Erina terkekeh.
"Ma, Erina ke kamar dulu ya," ujar Erina berlalu pergi dan masuk ke dalam kamar yang di tempati Dania. Di rumah sederhana ini hanya ada tiga kamar tidur, satu kamar mandi, ruang tamu, serta dapur. Netra Erina menatap sekeliling kamar. Banyak foto masa kecil ia dan Vani yang terpampang di dinding kamar ber cat putih tulang tersebut.
"Vani, gimana kabarnya ia sekarang?" batin Erina mendadak rindu dengan adik perempuannya itu, Vani memang tidak tinggal bersama Dania. Memang sewaktu umur sebelas tahun adik perempuannya itu tinggal di pondok pesantren di kota Tuban. Hanya setiap tahun, saat lebaran saja adiknya itu pulang.
Sementara Roki di ruang tamu tampak grogi, bingung mau ngomong apa dengan Dania. Erina sudah sejak beberapa menit lalu meninggalkannya.
"Nak Roki di minum ya, kalau pengen ngemil ambil di toples itu, anggap rumah sendiri. Mama ke dalam dulu, kalau mau istirahat susul Erina di kamar," ujar Dania berlalu pergi dari hadapan menantunya itu.
Roki melirik teh di atas meja, tangannya terulur dan meraih gelas putih bening. Lalu pelan-pelan Roki menyesap teh buatan Dania.
Setelah puas meminum teh di tas meja, Roki membuka tutup toples yang di dalamnya terdapat kue kering. Mengambil beberapa kue kering lalu di makannya secara perlahan.
Erina kembali, menatap suaminya yang tengah sibuk mengunyah nastar di mulutnya.
Sejenak Roki terpana, Erina kini terlihat sangat cantik di matanya. Dengan rambut tergerai tanpa jilbab Erina melenggang melewati dirinya, tangan kanannya meraih gagang pintu dan menutupnya dari dalam.
Erina tersenyum melihat bibir Roki yang ternganga melihatnya. Tangannya mengibas-ngibas di depan wajah Roki, namun karena laki-laki itu tetap diam. Erina segera menepuk bahu Roki pelan.
"Hei," Roki tersadar, tangannya sibuk menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal. Malu, itu yang di rasakannya. Secara tak langsung ia menunjukkan bahwa ia terpana melihat kecantikan wajah istrinya.
"Kamu kenapa mas?" Erina menyentuh lengan kekar suaminya. Roki terdiam kikuk.
"Eng...gak apa- a...pa kok," Roki tergagap.
"Ngelamunin siapa sih mas?" goda Erina menatap lekat wajah Roki, Roki tak menjawab. Ia segera mengalihkan pandangan ke arah lain.
Erina semakin getol saja menggoda suaminya itu, malah dengan isengnya ia mendekat dan menopang dagu, memperhatikan wajah Roki yang tampak memerah. Laki-laki di hadapannya pura-pura apatis, mengalihkan ke hal lain. Pura-pura sibuk dengan ponselnya, tanpa menghiraukan gurauan Erina yang di tujukan padanya.
"Sampai kapan kamu akan memperhatikanku terus hmm?" ujarnya menahan tawa melihat tingkah istri labilnya itu.
Erina mendengus kesal, lalu segera menoleh ke arah lain. Roki mengulum senyum tipis, melirik Erina sebentar, lalu sibuk dengan ponselnya lagi.
"Ayo kita istirahat di kamar, pasti kamu capek banget. Nanti malam aja kita pulangnya," ujar Erina. Roki segera bangkit dari duduknya dan mengikuti langkah Erina menuju ke dalam kamarnya.
Di dalam kamar yang tak begitu luas inilah tempat ia akan beristirahat, Roki mengedarkan pandangan ke berbagai sudut kamar. Mengamati satu persatu isi di dalam kamar ber cat putih tulang ini. Tatapannya hanya tertuju pada satu titik. Roki berjalan mendekat ke arah potret keluarga Erina, Roki mendongak, menatap potret anak kecil yang manis tengah tersenyum ke arah kamera. Rambut anak kecil itu di ikat dua dengan poni di bagian depan rambutnya. Tak ada yang berubah sama sekali dari wajah istrinya itu. Hanya saja sekarang lebih terlihat dewasa.
Erina menoleh, ia berjalan mendekati Roki yang memperhatikan foto masa kecilnya.
"Kenapa di liat terus sih?! Lucu ya?" perkataan Erina membuyarkan fokus Roki, laki-laki berkulit putih itu terlihat sebal.
"Pede sekali dia ya," batin Roki tak menghiraukan perkataan istrinya, lalu beranjak duduk di sisi kasur.
Erina terlihat kesal, dari tadi laki-laki itu tak menanggapi ucapannya.
TBC.
Tunggu lanjutannya ya😊
Dipublikasikanpada tanggal 14 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Untuk Erina (Complete)
RandomSlow update! Cerita ini akan direvisi!!!! Bagi siapapun yang mengcopy paste isi seluruhnya atau sebagian dari cerita ini. Demi Allah aku gak ikhlas dunia akhirat, jadilah penulis yang hebat dengan mengarang sendiri, bukan dari hasil mencuri! Warnin...