39 (Tamat)

235 10 21
                                    

Mohon untuk tidak copy paste!!! Hargai sesama penulis!!!!

Terima kasih yang sudah mampir ke ceritaku ya....jangan lupa Vote dan comment

jangan lupa Vote dan comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

4 tahun kemudian.

Hari ini tepat hari selasa, semua berkumpul dirumah Dania untuk merayakan kelulusan Vina (adik Erina) dari pesantren tempatnya mengenyam pendidikan.

Semua gembira tentunya, malam ini semua keluarga Erina terasa lengkap dengan hadirnya Vina kembali ke tengah-tengah keluarga mereka.

"Selamat ya adikku, kakak bangga sama kamu," Erina mendekap tubuh ringkih Vina dan mengelus kepala adik satu-satunya dengan sayang.

"Iya, makasih kakak. Selamat juga buat kakak karena sudah punya baby," ucap Vina tulus. Erina tersenyum, semua rencana Allah tanpa ia rencanakan. Diberikan suami yang baik dan shaleh, seorang anak yang telah hadir dirahimnya. Erina tak menyangka, ia diberikan kepercayaan memiliki momongan oleh sang pencipta. Baik Erina dan Roki menerima dengan senang hati tentunya, pasangan muda itu tak berhenti mengucap syukur atas nikmat yang diberikan Sang Maha Kuasa.

"Kok tahu sih?" Erina mengurai pelukannya dan memandang Vina penasaran, darimana Vina tahu perihal kehamilannya. Padahal Dania dan Danu serta Roki saja yang ia beritahu perihal kehamilannya.

"Mama cerita sama aku kak, aku seneng banget bakal punya ponakan," Vina terkekeh dan mengelus perut datar Erina dengan pelan.

"Doain lancar sampai lahiran, ya," Erina menatap ke arah suaminya yang tengah memandangnya.

"Iya, kakak," Vina tersenyum.

"Jangan lama-lama ngomongnya, aku gak ada yang nemenin nih!" canda Roki nyengir.

"Suami kakak posesif ya," celetuk Vina tersenyum geli.

"Ah, enggak kok. Mas Roki itu baik gak posesif orangnya, penyayang dan penyabar," puji Erina setinggi langit, Roki yang mendengarnya sampai tersenyum kaku dengan pujian istrinya. Lebih tepatnya Roki merasa perkataan Erina terlalu jauh, Roki merasa ia tidak seperti apa yang Erina gambarkan. Sangat jauh dari itu.

"Cie...cie..jadi pengen punya suami juga," kelakar Vina yang membuat Erina melotot.

"Hus, sekolah yang bener dulu. Baru setelah lulus SMA mikir kayak gitu," tegur Erina, Roki langsung manggut -manggut sambil memberi tanda jempol.

"iya...iya...bercanda kok, kak," Vina langsung manyun.

-
-
-

Esok harinya

Erina bersiap-siap memakai jilbab instannya, tatapannya mengedar mencari keberadaan suaminya.

"Mas, ayo buruan!" Erina menarik tangan Roki dan menyeretnya dengan tergesa.

Jodoh Untuk Erina (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang