chapter 29

132 11 0
                                    

Mohon untuk tidak copy paste! Hargai sesama penulis!

Sorry telat up guys, belum nemu ide yang pas. Untuk cerita ini akan aku revisi kalau sudah tamat ya. Sorry kalau banyak typo bertebaran serta penyusunan kalimat kurang pas. See you all. I love you all. Trims sudah mampir ya, jangan lupa votenya. Jangan jadi pembaca gelap mulu😢

 Jangan jadi pembaca gelap mulu😢

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Erina sampai didepan halaman rumahnya. Gadis cantik itu mengayunkan kaki dengan santai setelah memarkirkan sepeda motor pada tempatnya.

Erina mendekati pintu, dengan gerakan cepat ia membuka tas untuk mengambil kunci. Namun sebelum mencolokkan kunci pada tempatnya, gadis itu dibuat tersentak dengan kehadiran mama mertuanya.

"Sudah pulang?" tanya Rani berbasa-basi seraya tersenyum lebar.

"Iya ma," sahut Erina segera menyalami ibu mertuanya.

"Gimana kuliahnya? Lancar?" tanya Rani melangkahkan kaki menuju ke dalam lalu duduk disofa single. Erina mengikuti langkah Rani dan menghempaskan  tubuhnya disebelah Rani duduk.

"Iya ma, lancar," sahut Erina menyandarkan punggungnya pada badan sofa.

"Bagus, yang giat belajar biar dapat nilai bagus," nasehat Rani melirik Erina.

"Sip ma," singkat Erina.

Rani menoleh ketika mendengar suara langkah kaki. Rani menatap heran Roki yang tampak sumringah.

"Ada apa dengan anak itu? Dia nggak kesambet kan?" batin Rani bertanya-tanya.

"Mama, kok tumben datang kesini?" Roki segera menghampiri kedua perempuan beda usia itu dan menempati tempat kosong disamping istrinya.

"Kenapa? Gak suka mama dateng kesini?" sewot Rani menatap Roki.

"Bukan begitu ma, mama sensi sekali. Biasanya mama mampir pas hari libur...kok gak biasanya gitu," sahut Roki cengangas cengenges saja. Membuat Erina dan Rani heran.

"Mama kesini karena kangen kamu, dua minggu gak beri kabar sama mama," ucap Rani memandang Roki.

"Maafin Roki ma, Roki sibuk banget dengan tugas kantor yang menumpuk sampai lupa kabarin mama," ujar Roki merasa bersalah.

"Mama kesini siapa yang bukain pintu? Bukannya kunci dipegang Erina sama aku?"

"Kamu lupa kalau yang kamu tempati ini rumah mama! Yang pasti mama punya duplikatnya lah!" jawab Rani ketus.

"Oh iya ya," ujar Roki garuk-garuk kepalanya seraya terkekeh.

"Besok ulang tahun Rasya, kamu dateng ya. Dita mengadakan tasyakuran dirumahnya," ujar Rani melirik Erina dan Roki bergantian. Rasya adalah anak Dita, kakak sulung Roki.

Roki mengangguk lalu bangkit dari duduknya.

"Siap mama, aku dan Erina pasti dateng kok. Iya kan sayang?" Roki melirik seraya mengerling nakal ke arah istrinya membuat wajah Erina tampak merona. Hati Erina berbunga-bunga ketika mendengar kata sayang yang diucapkan Roki.

"Iya, kita pasti dateng kok ma," sahut Erina menunduk malu. Erina tampak menahan senyum.

"Jam berapa ma acaranya?" Tanya Erina mengangkat wajahnya ketika bayangan suaminya telah berlalu.

"Jam empat sore besok," sahut Rani tanpa melirik, ia malah sibuk menscroll sosmed dihandphonenya.

Rani segera mengalihkan pandangannya ke arah Erina setelah dari tadi sibuk memainkan gadget ditangannya.

"Oh ya? Mama mau nanya...," Erina segera menatap Rani penuh tanda tanya.

"Sejak kapan suami kamu itu senyam senyum mulu? Roki gak lagi stres kan?" pertanyaan Rani mmebuat Erina tak bisa menahan tawa. Erina menganggap perkataan Rani sangat lucu karena menganggap anaknya sendiri memiliki kelainan jiwa.

"Enggak kok ma, mama ini ada-ada saja. Anak sendiri kok dibilang stres!" Tiba-tiba Roki datang setelah berganti baju. Pemuda tampan itu menatap ibunya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Abis, kamu kayak orang gila. Senyam senyum gak jelas, padahal gak ada yang lucu!" Balas Rani menatap Roki.

Rani segera mengambil dua paper bag yang dibawanya tadi lalu segera diserahkan kepada Roki.

"Ini buat kalian berdua, jangan lupa datang ya?" ujarnya bangkit dari duduknya dan perlahan keluar rumah diikuti Roki dan Erina yang berjalan beriiringan.

"Mama pulang dulu ya, jaga Erina. Asssalamualaikum," Rani berhenti melangkah dan segera berbalik untuk menatap dua anak manusia berlainan jenis dibelakangnya.

Erina dengan sigap mencium punggung tangan Rani diikuti suaminya.

Perlahan Rani memasuki mobil dan mobil perlahan berbelok menuju jalan  keluar dari rumah dua pasangan suami istri itu.

-
-
-

Menjelang malam, Erina dan Roki tampak terdiam kaku. Meskipun hubungan mereka sudah sampai pada proses yang lebih intim, namun tak membuat kekakuan diantara mereka mencair begitu saja.

"Kamu gak mau tidur?" Perkataan singkat Roki memecah keheningan malam. Dari tadi mereka hanya diam saja diatas ranjang dengan pikiran masing-masing.

"Mas duluan aja," sahut Erina tampak salah tingkah. Gadis cantik itu menatap Roki dengan malu.

"Ayok kita bobok bareng," Roki menarik selimut dan menarik kepala istrinya untuk segera tidur karena waktu menjelang malam.

Erina menurut, tingkah kakunya membuat Roki jadi gemas. Gadis itu berbaring dengan ekor mata menatap langit kamar.

"Eh, kenapa malu-malu begitu?! Sini!" Roki menepuk tempatnya, isyarat Erina mendekat. Namun gadis itu tetap pada posisi semula, netra matanya menatap Roki dengan was-was. Membuat Roki tertawa dengan tingkahnya.

"Aku gak ngapain kamu kok. Tenang aja," ujarnya menarik lengan istrinya dengan paksa. Membuat Erina memberengut kesal.

Roki perlahan mengelus kepala Erina yang ditutupi hijab instan dan dengan spontan mengecup kening gadis labilnya itu. Setelah itu perlahan menjauh.

Erina tampak gugup, gadis itu berulang kali mengerjabkan matanya pelan. Menghalau rasa deg degan yang tengah melanda.

"Muka kamu kalau lagi malu lucu ya?!" Roki menoleh dan melirik sebentar lalu menatap langit kamar dnegan posisi berbaring dan kepala bertumpu pada lengannya

"Lucu gimana sih?" Erina berbalik dengan tidur menyamping, menatap ke arah Roki yang tampak menatap lurus.

"Kayak buah naga kalau malu," jawab Roki melirik Erina sebentar.

"Aku disamain kayak buah naga, gak romantis jadi laki!" ujar Erina tak terima dengan meniru perkataan Rani tempo hari.

"Buah naga itu kan merah, semerah wajah kamu kalau lagi malu-malu," ucap Roki terkekeh dan menyentuh hidung Erina dengan gemas.

"Gombalannya garing! Gak bikin aku melambung tinggi!" sindir Erina seraya mengerucutkan bibir.

"Sorry sayang, aku gak pandai gombalan gombalan gitu, aku harus belajar sama Radit nih kayaknya, dia kan raja gombal," kilah Roki tertawa.

Beberapa menit kemudian, tanpa terencana dan tanpa diduga. Sepasang pengantin baru itu terlelap secara bersamaan. Dengkuran halus terdengar dimalam yang senyap, entah mimpi apa. Baik Roki maupun Erina mengulas senyum tipis dibalik tidurnya.

Tbc
Sorry feelnya kurang dapet guys, akan aku revisi kalau sudah tamat ya. Terima kasih buat yang sudah mampir....

@TansahElingdd
@tansah.elingdd97(ig)

Jodoh Untuk Erina (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang