Bagian 24

227 11 4
                                    

Mohon untuk tidak copy paste! Hargai sesama penulis!

👋Assalamualaikum. Lanjut lagi nih cerita😁siapa yang masih tetep stay sampe disini? Hayo, ngaku😁. Ayolah...😪jangan main gelap-gelapan, main terang-terangan aja😁. Masa sih! Kalian akan terus jadi pembaca gelap, ayo dong vote dan komennya biar aku semangat lanjutinnya.

Salam sayang😍

Malam harinya Erina tampak duduk santai di atas ranjang king  sizenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam harinya Erina tampak duduk santai di atas ranjang king  sizenya. Perempuan cantik itu menselonjorkan kakinya, sedangkan punggungnya bersandar di sudut ranjang.

Roki mengerjakan tugas kantornya, yaitu membuat materi presentasi produk yang akan diluncurkan besok. Laki-laki berparas rupawan itu tampak fokus sekali.

Erina terdiam lama, memperhatikan suaminya yang tengah sibuk.

"Kamu istri kurang ajar!!!! Rasakan ini!!!" Roki mencondongkan bokongnya seraya tertawa keras.

Brhut...brhut....brhut...

Suara kentutnya bahkan seperti suara tembakan yang bising ditelinga. Erina rupanya tak tinggal diam, setelah serangan kentut yang dikeluarkan dari bokong suaminya, Erina seperti mempunyai ide bagaimana ia mengalahkan bau kentut suaminya. Perempuan cantik itu berdiri, tangannya di putar ke kanan, ke kiri. Mengeluarkan kekuatan tenaga dalamnya. Lalu dengan pasti kedua tangannya diarahkan kepada bokong suaminya yang tertawa mengejek.

"Rasakan ini !Hiaaaaaa....hiaaaaa...
ja...ja...!!!" teriakannya sangat menggelegar,  kekuatan dasyat pun hadir ditandai datangnya angin  kencang. Hingga mengenai bokong Roki. Laki-laki itu tak bisa bergerak karena terkena kekuatan dasyat Erina.

"Ha...ha...ha....rasain kamu!!" Erina tertawa keras sekali, membuat Roki jadi hilang fokus karenanya.

"Ssst...," laki-laki tampan itu memberi kode untuk diam dengan tangannya.

Erina terdiam, ia akhirnya tersadar bahwa kejadian tadi hanyalah bayangannya semata.

"Apa yang ada dipikiranmu? Kenapa kamu bertingkah seperti itu?" Roki mengernyitkan dahi seraya memperhatikan istrinya, heran. Erina sejak tadi berteriak dan seperti mengajak duel dengan seseorang. Bahkan yang Roki lihat tadi Erina tampak lincah menggerakkan tangannya seperti akan mengajaknya silat.

"Kamu gak kesambet setan kan?" Roki berkata lagi dengan tatapan terus tertuju kepada istri labilnya itu.

"A...enggak kok, siapa yang kesambet, mas?!" Erina cengangas cengenges aja menyahut.

"Aku kira kamu kerasukan setan komplek," balas Roki ingin tertwa.

"Nggak kok," Erina perlahan mendekat, duduk disofa samping Roki, dengan gerakan cepat gadis itu terus mendekat dan memeluk lengan kekar suaminya, kepalanya disandarkannya pada bahu bidang laki-laki itu. Roki tampak terperangah akan aksi istrinya. Ia terdiam beberapa saat, sejenak ia terbuai dengan perilaku manja istrinya. Netra Roki menatap Erina kian lama, tangannya reflek mengelus-ngelus kepala Erina dengan sayang. Untuk pertama kalinya ia merasa damai, tenang dan bahagia. Pernikahan yang awalnya tanpa didasari rasa cinta, kini berubah menjadi pernikahan yang membuatnya bahagia.

Erina terdiam, matanya tertutup. Perempuan itu tampak nyaman dengan perlakuan lembut suaminya. Erina semakin mengeratkan pelukannya, perempuan cantik itu tersenyum senang.

"Ehem," Roki mencoba mencairkan suasana hening yang tercipta.

"Aku...aku...mau ngetik file penting untuk presentasi besok, bisakah kamu melepaskan pelukanmu?" Roki berkata sangat gugup sekali.

"Gak mau....," Erina berkata dengan sok manja.

"Hei, istriku yang bawel dan usil. Tolong lepaskan!" pinta Roki lagi dengan gemetar.

"Oke suamiku," Erina mencoba tersenyum. Perempuan bermata lentik itu reflek mencubit pipi suaminya karena gemas. Lalu melepaskan pelukannya pada lengan kekar suaminya.

"Manja sekali," cibir Roki memonyongkan bibirnya, laki-laki tampan itu melanjutkan pekerjaannya lagi.

"Kamu kapan yang mau istirahat?" Erina melirik, ia sebenarnya merasa kasihan kepada Roki yang harus mengerjakan tugas sebanyak itu, apalagi yang Erina lihat suaminya tampak kelelahan. Itu bisa dilihat Erina dari sorot mata Roki yang mulai agak meredup. Dengan susah payah Roki menahan kantuk yang semakin berat.

Erina lantas bergegas keluar kamar, ia menuju dapur untuk membuatkan kopi susu instan untuk suaminya.

Dengan lincah, Erina meraih panci untuk memasak air panas di kompor gas. Lalu menyiapkan gelas beling yang diambilnya di rak piring. Setelah beberapa detik menunggu, air yang dimasaknya mendidih. Erina segera mengambil lap kering dan meraih panci panas tersebut lalu menuangkannya ke gelas yang sudah berisi kopi lantas mengambil sendok dan mengaduknya beberapa saat.

Kopi buatannya telah jadi, Erina bergegas menuju kamar. Setelah sampai ia menaruhnya di meja.

"Mas, minum kopinya dulu," ujar Erina, tatapannya tertuju kepada Roki yang tampak sangat terlihat lelah sekali. Beberapa kali Roki menguap lebarkan mulutnya, matanya bahkan berkedip.

"Iya, mana," Roki menengadahkan tangannya, Erina segera mengambil kopi buatannya lalu diserahkan kepada Roki. Roki mengambilnya setelah mengucapkan terima kasih.

"Kamu gak mau tidur?" Roki menyesap kopi panasnya dengan santai, lalu menaruhnya kembali. Tatapannya kini beralih kepada Erina yang tengah sibuk meniup-niup kukunya santai.

"Enggak, aku lagi gak ngantuk," Sahut Erina.

"Gimana besok kalau telat kuliahnya? Mending tidur sana," ucap Roki lagi.

"Emmm....aku pengen nungguin kamu sampai selesai mas," Erina terkekeh meski tidak ada yang lucu.

"Gak usah ditungguin, entar kalau sudah selesai pasti aku akan tidur kok," balas Roki.

Erina menatap jam dinding yang tengah menunjukkan pukul sembilan malam. Kalau dipikir-pikir, perkataan Roki barusan ada benarnya juga.

Erina berdiri, ia melangkah menuju kasur lalu merebahkan tubuhnya. Tangannya meraih selimut, lalu menyelimuti tubuhnya sampai leher.

"Selamat tidur ya," Ucapnya tersenyum sebelum beranjak tidur.

"Iya, selamat malam," balas Roki tersenyum hangat.

Erina membaca doa tidur, ia pun mencoba memejamkan mata.

Selang beberapa menit ia sudah terlelap, menuju ke alam mimpi. Berbanding terbalik dengan Erina, Roki masih belum tertidur. Roki mendongak, menatap jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas malam. Ia pun sebenarnya sudah sangat lelah, namun ada beberapa file penting yang harus ia benahi. Roki pun hanya bisa menahan rasa lelah, laki-laki itu mencoba mengerjakan tugasnya lagi.

TBC

Dipublikasikan pada tanggal 16 juni 2021

Yuk! Mampir ke igku@tansah.elingdd97

Jangan lupa vote dan komennya ya. Terima kasih🙏

Jodoh Untuk Erina (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang