Part 28

154 13 0
                                    

Mohon untuk tidak copy paste cerita ini! Hargai sesama penulis!

Acara makan malam telah usai, baik Radit, Zahira, Roki dan Erina tengah duduk santai digazebo tepat dihalaman rumah Radit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Acara makan malam telah usai, baik Radit, Zahira, Roki dan Erina tengah duduk santai digazebo tepat dihalaman rumah Radit.

"Kapan kalian berencana punya momongan?" tanya Radit menatap Roki yang tampak garuk-garuk kepala. Seperti orang bingung.

"Loe gak punya kutu kan, Roki?" tanya Radit tertawa.

"Gila, mana ada! Ngasal aja loe Dit!" sahut Roki, Radit malah tertawa.

"Abis! Gue tanyain bukan malah jawab malah garuk-garuk kepala!" ujar Radit. Zahira dan Erina malah diam saja melihat perdebatan laki-laki dewasa didepannya.

"Gue belum siap punya anak Dit, istri gue masih muda, dan juga masih kuliah. Gue gak tega bikin dia hamil sekarang," sahut Roki kemudian. Radit manggut-manggut mendengar penuturan Roki.

"Kalau elu, kapan nikahnya sama Zahira?" tanya Roki memandang Radit dan Zahira bergantian.

"Secepatnya," singkat Radit yang membuat Zahira tersipu.

"Cepetan Dit, jangan lama-lama!" ujar Roki melirik Radit.

"Iya dong, lagian pacar cantik gue ini udah kebelet kayaknya," ujar Radit yang malah dapat cubitan diperut oleh Zahira.

"Aw! Sakit sayang," ujar Radit terkekeh memandang Zahira dengan mengerlingkan mata, bersikap mesra seperti kehadiran dua orang didepannya hanya obat nyamuk.

"Bisa-bisanya kalian bermesraan didepan gue!" sindir Roki melirik tajam Radit.

"Iri bilang bos, lagian juga elu udah sah. Mau mesra tiap hari juga udah halal, nah gue? Jadi harap maklum ya," ujar Radit terkekeh, tangannya mengelus-ngelus punggung Zahira dibelakangnya.

Roki mendengkus, menatap Radit garang.

"Loe anggap kita apa? Obat nyamuk?!" sengit Roki.

"Makanya cepat halalin, biar bebas bersentuhan!" sindir Roki.

"Pasti, loe akan gue undang bray," ujar Radit menyodorkan undangan bertinta emas dengan gambar bunga dan juga hiasan pita dibagian depan. Terlihat mewah dan elegan.

Roki meraih undangan Radit dan memasukkannya kedalam tas selempang yang dikenakannya.

"Bagus, gue bakal dateng kok," sahut Roki melirik Erina disampingnya yang hanya diam. Istri labilnya tampak diam saja.

Roki melirik jam dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul setengah sembilan. Roki berdiri diikuti Erina.

"Gue pulang dulu, sampai ketemu dikantor besok, assalamu'alaikum," ujar Roki melangkah keluar gerbang diikuti Erina dibelakangnya.

"Waalaikumsalam, hati-hati dijalan bro. Ada polisi tidur langsung tabrak aja," ujar Radit mengikuti langkah Roki yang berjalan keluar.

"Ya...ok, entar kalau mobil gue peyot elu yang urus ke bengkel ya," sahut Roki asal.

"Hahhaha....masa! Cuma nabrak polisi tidur langsung peyot tuh mobil? Adanya nih nabrak beton yang peyot!" sahut Radit tertawa dengan perkataan Roki.

"Gue pulang dulu bro," Roki tak menanggapi, ia ingin cepat pulang untuk melaksanakan misinya hari ini. Setelah memasuki mobil, Roki segera mentancap gas.

-
-
-

Roki dan Erina sampai dirumah, Erina segera memasuki kamar diikuti Roki dibelakangnya. Erina segera melepas high heelnya dan menghempaskan tubuhnya dikasur, Roki melirik istrinya dengan senyuman jahil.

Roki melepas sepatunya dan dengan cepat melompat ke kasur, dibukanya pakaian atas yang dikenakannya hingga memperlihatkan ototnya yang kekar. Erina melirik dan tiba-tiba melotot, matanya menatap Roki dengan tajam.

"Mas mau ngapain?" Tanya Erina penuh tanda tanya, menatap Roki dengan risih karena suaminya itu tiba-tiba mendekat ke arahnya dengan senyuman licik diwajah tampannya.

"Kamu ingat kan sebelum tadi berangkat ke rumah Radit? Aku bilang apa?" ujar Riki mengingatkan, wajah Erina tampak memerah, ternyata suaminya itu ingat dengan perkataannya.

"Ingat, emang kenapa?" tantang Erina menjauh dari posisi semula, sengaja saja ia menggoda suaminya.

"Waduh, jangan jauh dong. Dosa lho nolak permintaan suami!" ujar Roki merasa tak terima dijauhi Erina, padahal Erina mah cuma iseng doang.

"Biarin!" sahut Erina enteng dan tertawa.

"Sayang, kok jual mahal sih sama aku. Kan kita udah sah," ujar Roki mendekati Erina dan segera memeluk tubuh gadis itu agar tidak kemana mana.

Roki menarik tubuh Erina, sehingga posisi mereka berhadapan. Roki perlahan memejamkan mata dan mendekatkan wajahnya pada wajah istrinya.

Akhirnya mereka melakukan hal yang seharusnya suami istri lakukan. Dimana malam ini hanya diisi dengan gairah dan hasrat. Menikmati malam panjang berdua dimalam yang sunyi.

-
-
-

Erina terbangun, netranya langsung melirik jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi, Erina beringsut menuruni rajang dengan langkah tertatih. Ia hari ini akan memasak menu untuk sarapan mereka sebelum melakukan aktivitas harian mereka, Roki yang berangkat kerja dan Erina yang sibuk kuliah.

Setelah mencuci wajahnya, gadis berhijab itu segera menuju dapur. Hari ini ia rencananya mau memasak dadar telur dan sambal terasi goreng pedas.

Setelah mengocok telur, Erina segera menuangkannya diwajan yang sudah berisi minyak panas. Dengan cekatan gadis itu memasak, setelah matang, gadis itu segara menyisihkan ke atas piring dan selanjutnya membuat sambal terasi dengan cabai yang sudah ia blender sebelumnya.

Beberapa menit berlalu, masakan sederhana yang ia buat telah matang. Erina segara menatanya dimeja makan, menaruh piring pada tempatnya, dan peralatan minum yanng berisi air putih pun telah tersedia.

Erina menoleh cepat setelah mendengar suara derap langkah mendekatinya. Suaminya sudah bangun dengan setelan pakaian formal yang dikenakannya pagi ini. Erina melirik ekpresi suaminya yang tampak sumringah dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.

"Mas, kenapa senyum terus, gak mau sarapan?" ujar Erina. Roki segera menarik kursi dan duduk disamping istrinya.

"Sarapan dong, cape aku tuh!" ujar Roki terkekeh meski tidak ada kelucuan yang tengah tercipta.

"Capek kenapa? Mas kan baru bangun tidur, kerja juga belum mulai udah bilang capek aja," sindir Erina menatap suaminya.

"Capek....yang....mmmm....," Roki tak bisa meneruskan kata-katanya, karena selanjutnya ia malah tertawa dengan pikiran kotornya dipagi hari.

"Ah! Sudah, gak usah dibahas!" ujar Roki tanpa memedulikan tatapan istrinya yang tampak bingung. Roki segera membalik piring dan menyendok beberapa nasi dan lauk pauk sesuai keinginanya. Setelahnya, ia malah sibuk makan setelah mengucap basmalah sebelumnya.

Erina juga memakan makanannya setelah mengucap doa makan. Baik Erina dan Roki hanya diam, hanya terdengar bunyi denting sendok dan piring yang beradu.

-
-
-

Erina segera keluar kelas, jam menunjukkan pukul dua siang. Erina pun sudah selesai melaksanakan mata kuliah hari ini. Ia pun berencana untuk mampir ke rumah

Erina melangkah perlahan menuju parkiram ketika tanpa sengaja ada yang menyenggol lengannya, Erina menoleh dengan cepat dan tampak Valdo menatapnya dengan senyuman manisnya.

"Hati-hati dijalan," ujar Valdo merogoh saku celananya dan meraih kunci lalu mencolokkannya pada tempatnya. Selanjutnya, Valdo menuntun sepedanya keluar parkiran, tapi sebelum benar-benar jauh. Pemuda tampan itu menoleh ke belakang seraya melambaikan tangan ke padanya. Erina hanya membalas lambaian tangan Valdo dengan melambaikan tangannya juga.

Tbc
Dipublikasikan pada tanggal 23 november 2021 oleh TansahElingdd
Untuk lebih dekat dengan penulis kalian bisa mampir ke igny@tansah.elingdd97

Jodoh Untuk Erina (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang