36

84 5 0
                                    

Mohon untuk tidak copy paste!!! Hargai sesama penulis!!!!

Pagi yang cerah, Roki mengerjapkan mata pelan melirik ke samping

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi yang cerah, Roki mengerjapkan mata pelan melirik ke samping. Tempat Erina  kosong. Roki perlahan bangkit dari tidurnya, ia memakai sarung  andalannya. Roki berjalan menuruni tangga dan melihat Jamilah yang bertamu ke rumahnya.

"Ada apa mbak? Kok tumben kesini?" tanya Roki yang melirik ekpresi Jamilah yang mesem-mesem.

"Gak apa-apa, nih titipan dari mama," Jamilah menaruh bungkusan plastik yang entah berisi apa hingga membuat Roki memicingkan mata, curiga.

"Jangan bilang mama mau kasih yang aneh-aneh lagi," ujarnya membuka bungkusan itu dengan tergesa, namun setelah tahu isinya kerupuk laki-laki itu menaruhnya kembali. Jamilah yang melihatnya sampai tertawa.

"Kamu kenapa sih dek? Emang mama pernah kasih apa sama kamu. Kayak trauma aja ngeliat bungkusan!" celetuk Jamilah menahan tawa. Pagi ini Jamilah habis dari pasar, setelah dari pasar Jamilah berniat mampir ke rumah Roki dikarenakan jaraknya sangat dekat dengan pasar. Jadi sekalian aja nih Jamilah ke sini, lumayan mengobati rasa lelahnya setelah berjalan ke sana kemari.

Roki duduk disebelah Jamilah. Tatapannya beralih ke arah Erina yang tengah membawa nampan yang diatasnya tersusun cangkir berisi teh dan beberapa camilan.

"Diminum mbak," ujar Erina ramah, lantas menempatkan bokongnya ditempat kosong disebelah Roki.

"BTW, kalian betah ya tinggal berdua kayak gini? Cepet-cepet punya momongan lah, biar rame ini rumah, sepi kayak kuburan," celetuk Jamilah sambil menyesap tehnya.

"Mas Roki belum siap kayaknya mbak," sahut Erina menatap Roki.

"Lah kenapa?" Jamilah mengerutkan kening menatap ke arah adiknya.

"Bukan belum siap sih mbak, lebih tepatnya masih ingin menikmati moment bersama istri. Sayang-sayangan dulu sampe puas. Kalau udah punya anak kan sibuk sama anak," sahut Roki yang membuat Jamilah tertawa.

"Udah gede, manjaan terus kamu. Kayak bocah tahu, kebalik Roki seharusnya Erina tuh yang manja-manjaan sama kamu," ledek Jamilah tertawa.

"Mbak, mulai lagi nih!" Roki jadi merasa malu karena diledek Jamilah.

"Gini nih, mbak mau kasih tahu. Untuk sekarang gak apa-apa punya anak dulu satu, selebihnya belakangan mau nambah berapa. Gak usah nunda-nunda," ucap Jamilah menaruh cangkir kembali ke tempatnya lantas menatap Roki.

Roki manggut-manggut, dan tersenyum misterius ke arah Erina. Erina menatap ke arah Roki dan curiga dengan ekpresi aneh suaminya.

-
-
-

Erina bersiap untuk berangkat ke kampusnya, ia segera melajukan sepeda motornya.

Setlah beberapa menit perjalanan, akhirnya Erina sampai didepan kampus. Erina segera menuntun sepeda motornya ke parkiran.

Jodoh Untuk Erina (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang