Part 2 (Sudah direvisi)

665 71 18
                                    


No copy paste! Hargai sesama penulis.

Erina terbangun tepat jam pukul tujuh pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erina terbangun tepat jam pukul tujuh pagi. Ia melirik Roki yang masih tertidur pulas. Kakinya turun perlahan dan segera menuju kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan sholat dhuha.

Selesai sudah, Erina melipat mukena yang dikenakannya lalu menaruhnya di rak yang terbuat dari kayu. Langkahnya terhenti menatap suaminya yang masih tertidur pulas.

Erina melipat selimut yang di pakainya semalam dan membuka sebagian gorden jendela, membiarkan matahari menyusup melewati celah kamarnya.

"Hhh," Erina mendesah pelan menatap Roki yang mulutnya sambil menganga. Inara merasa aneh ketika melihat tidur pria itu, bahkan kaki pria itu hampir menyentuh lantai dengan posisi tidak beraturan.

Perlahan Erina keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur untuk memasak sesuatu. Namun sampai di sana, Erina bingung mau memasak apa. Karena sejatinya ia tidak pandai memasak.


Erina dan Roki memang hanya tinggal berdua di rumah besar ini.
Ia bingung juga harus bagaimana.

Tok..tok...!

Erina mendengar ada suara ketukan pintu, ia pun bergegas keluar dapur. Sejenak Erina menatap ke arah jam dinding yg menunjukkan pukul tujuh pagi, terbersit rasa penasaran dihatinya siapa gerangan tamu yg bertandang ke rumahnya pagi ini. Erina membuka pintu, netra Erina langsung tertuju dengan kehadiran mama mertuanya yang datang sepagi ini.

"Mama!" Lirihnya, namun dapat terdengar oleh Rani.

Ketika melihat pintu sudah dibuka, Rani segera memasuki rumah dan menuju ke dalam ruang tamu.

"Gimana semalem?" Tanya Rani to the point seraya menatap Erina. Erina bingung, ia tak mengerti karena ia dan Roki semalam tak melakukan apapun.

"Ehhh.. Anu...," Erina tampak gugup karena ia bingung harus berkata apa. Beberapa kali Erina terlihat gelisah karena tidak tahu harus merespon perkataan Rani seperti apa.

"Ya sudah gak apa-apa. Kamu pasti malu kan cerita sama mama?" Tutur Rani tersenyum melihat ke arah menantunya. Rani segera mengeluarkan satu kilogram tauge yang di bungkus plastik bening dari dalam tas belanjaannya dan menaruhnya dimeja.

"Ini bagus loh buat kamu, biar cepat hamil," Rani tersenyum kecil melirik Erina.

"Biar mama cepat menimang cucu," Lanjut Rani lagi menyodorkan sebungkus tauge yang baru di belinya di pasar. Erina tambah bingung saja. Ia hanya menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.

Jodoh Untuk Erina (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang