"Kau ingin hukuman apa hmm?"
Franz bersmirk di depan Agan."Hiks.. pa..pa.. nggak mau...
Janji nggak nakal lagi hiks...hiks..".Agan terus saja menangis di pangkuan Franz, tolongin Agan dia sungguh takut dengan papa nya saat ini.
Kaela datang, dan heran melihat putranya itu menangis di pangkuan suami nya sementara Franz hanya menatap datar Agan yg menangis di pangkuannya.
"Ada apa dengan Agan pa?" Kaela bertanya karena khawatir melihat putranya yg terus saja menangis.
Franz tidak menjawab melainkan langsung menunjukkan punggung tangan Agan yg terluka. Kaela terkejut melihat goresan di punggung tangan Agan.
"RICO!!!"
Suara Franz menggelegar di mansion besar ini. Rico yg merupakan kepala bodyguard di mansion ini pun datang mendekat.
"Apa yg kau lakukan hah? Apa kau tidak mengurus anggota mu untuk mengawasi setiap keadaan mansion? Bahkan anak nakal ini pergi ke taman, kalian tidak menyadari nya dasar tidak becus"
"Maaf tuan, saya berjanji akan memperketat keamanan dan memastikan keadaan tuan muda Agan tuan" Rico menjawab dengan kepala menunduk. Sebenarnya tadi Rico jugalah yg sudah kelimpungan mencari Agan, dan akhirnya Rico menemui Agan di taman belakang. Namun saat dia menemui Agan, Agan langsung saja mengatakan kalau dia akan kembali kedalam mansion sehingga Rico tidak menyadari kalau tangan tuan muda nya itu terluka.
"Ini bukan salah paman Rico hiks... hiks..."
Agan yg sedari tadi ketakutan akhir nya bersuara di sela sela tangis nya. Ia kasihan melihat orang lain di marahi papa nya, padahal dia yg melakukan kesalahan. Walaupun sebenarnya dia takut papa nya akan menghukum nyaFranz menatap datar kearah putranya yg sedang diobati oleh Kaela, ya Kaela langsung bergerak cepat mengambil kotak P3K ketika melihat luka di tangan putra nya.
Lelaki tampan itu sebenarnya sejak tadi menahan amarah agar tidak menyakiti putra kecil nya ini. Tapi sepertinya memang putra nya ini menginginkan hukuman dari nya.
"Rico, pergi bawa kucing itu ke tempat yg jauh, aku tidak suka kucing itu masih berada di sekitaran mansion ini"
"PAPA! ITU KUCING AGAN, PAPA NGGAK BOLEH BUANG KUCING AGAN!!"
Tanpa sadar Agan berteriak di depan Franz, bahkan Rico dan Kaela terkejut mendengar teriakan dari mulut Agan.
Kaela langsung saja memeluk Agan.
Agan yg tersadar dari kesalahan nya pun memeluk erat pinggang ramping mama nya. "Agan sayang, jangan berteriak seperti itu didepan orangtua. Mama nggak pernah ngajari Agan bersikap tidak sopan seperti itu di depan orangtua.Sret
Franz menarik kasar Agan dari pelukan Kaela, Franz langsung menggendong Agan dan membawa nya kekamar Agan.
"Hiks...hiks... MAU MAMA....
HIKS MAU SAMA MAMA...."
Agan terus memberontak dan berteriak di gendongan Franz. Ia takut bahkan sangat takut jika Papa nya seperti ini.Kaela menghela nafas, dia sebenarnya kasihan melihat putra nya itu selalu kena hukum Abang dan papa nya, tapi apa boleh buat memang putra nya itu juga yg selalu melanggar aturan dari papa nya.
Dia tau kalau Franz sangat menyayangi Agan, Agan itu putra kesayangannya Franz sebab itu segala sesuatu yg berhubungan dengan Agan pasti akan di atur langsung oleh Franz. Pendidikan, jadwal check up, sampai ke waktu bermain nya Agan Franz lah yg mengatur nya.
Kalian bertanya apakah Franz melakukan hal yg sama kepada Marcell dan juga Max? Ya, Franz juga melakukan hal yg sama kepada kedua putra nya itu. Hanya saja kedua putranya itu tidak pernah membangkang dan selalu mengikuti apa yg dikatakan oleh Franz. Beda lagi jika dengan Agan, terkadang Agan berani membangkang pada peraturan yg diberikan Franz beda nya lagi, jika Marcell dan Max tidak pernah mau bersikap manja pada Franz lain hal nya dengan Agan, Agan itu sangat manja terutama kepada Franz.Ceklek
Franz membuka pintu kamar Agan.
"Hari ini kau banyak melakukan kesalahan baby",
"Pertama, kau pergi bermain ke taman belakang, padahal hari ini bukan waktunya kau bermain dengan kucing itu. kedua, kau telah berbohong kepada papa. Ketiga, kau berteriak di depan papa." Hukuman apa yg kau ingin kan hmm?
"Hiks...hiks... Nggak mau papa, Agan nggak mau dihukum."
"Apa kau meminum vitamin mu tadi pagi?"
Agan terdiam, dia bahkan baru teringat kalau tadi pagi dia belum meminum vitamin nya. Agan menggeleng lemah, hari ini dia melakukan terlalu banyak kesalahan.
Franz yg melihat putranya itu menggeleng, terlihat mengeram marah wajah nya bahkan sudah merah padam siap meluapkan amarah nya pada putra kesayangannya ini.
Franz mengambil botol vitamin diatas nakas, dia mengambil butir vitamin itu dan memasukkan nya pada mulut Agan secara paksa dan langsung mendekatkan gelas berisi air yg diatas nakas itu ke mulut Agan.
Agan ingin memuntahkan vitamin yg di mulut nya itu, tapi tangan papa nya langsung membekap mulut nya. Dengan terpaksa butir vitamin itu masuk ke tenggorokannya.
Franz merebahkan tubuh Agan yg telah dirantai itu diatas tempat tidur
"Tidur!"
Perintah mutlak dari papa nya, mau tidak mau Agan langsung memejamkan matanya, walaupun wajah nya masih basah akibat terlalu lama menangis.
Franz yg melihat putra nya telah tertidur itupun tersenyum tipis. Dia mengambil piyama yg nyaman untuk Agan, dengan pelan ia mulai membuka baju Agan dan menggantinya dengan piyama berwarna Navy yg telah diambilnya dari walk in closet. Dia tau putranya itu pasti tidak mengganti pakaiannya setelah bermain kucing tadi, dia hanya takut bulu-bulu kucing yg menempel pada baju putranya itu masuk ke dalam hidung putra nya. Demi apapun Franz sangat menyayangi putra nakal nya ini. Franz membuka jas yg sejak tadi melekat ditubuh nya, kemudian dia melepas dasi yg sejak tadi terasa mencekik dan membuka sedikit kancing atas kemeja dileher nya.
Ia merebahkan tubuhnya disamping putra kecil nya ini, lalu memeluk tubuh putranya, dia masih memandangi wajah putra nya yg terlihat menggemaskan, ia kembali tersenyum sebelum akhir nya ikut menyusul putranya ke alam mimpiSleep well baby...
KAMU SEDANG MEMBACA
REAGAN
Teen FictionREAGAN KENT MANUEL "Papa..... Agan ma.. mau sekolah.." "Katakan sekali" "Katakan sekali lagi, Agan!" "Apa kau tidak mendengarkan Papa?" "Hiks...hiks.... maaf papa, Agan cuma mau sekolah..." "Apa kau mulai nakal hmm?" "Hiks... hiks...ng.. nggak Papa...