Agan menggeliat tak nyaman pada tidur nya. Dia merasa tenggorokannya sangat kering dan terasa sakit. Akhirnya Agan terbangun dan duduk di atas ranjang nya. Dia mengambil gelas berisi air di atas nakas yang berada disamping ranjang nya. Dengan terburu-buru Agan memasukkan air itu ke tenggorokannya. Dan akhirnya Agan pun merasa lega saat merasa tenggorokannya itu sudah basah dan tidak sekering tadi.Lama Agan terduduk dengan kepala yang masih bersandar di atas head bed rest nya. Agan menyerngit bingung, setahu nya tadi dia tertidur di atas sofa, kenapa sekarang jadi di atas ranjang, fikir nya.
Agan melihat ke arah kaca besar di kamar nya itu. Ternyata langit masih gelap gulita, Agan menyimpulkan kalau ini masih tengah malam hari.
Tiba-tiba Agan teringat dengan rencana nya tadi siang. Agan tersenyum, semoga saja rencananya ini berhasil. Dia harus mengambil kesempatan ini. "Agan mau pulang"
Agan bangkit dari king size nya dengan perlahan. Lalu dia mulai berjalan pelan ke arah pintu kamar ini. "Semoga nggak di kunci" Agan berucap lirih, semoga saja ini adalah kesempatan Agan untuk bisa keluar dari mansion ini.
Ceklek
Agan memutar knop pintu itu. Betapa terkejut nya Agan, ternyata pintu itu bisa terbuka. Apa bodyguard-bodyguard itu lupa menguncinya ya, fikir Agan. Namun Agan bersyukur dalam hati. Semoga Saja ini memang kesempatan yang tuhan berikan pada Agan untuk bisa keluar dari mansion ini. Sungguh Agan ingin pulang, dia tidak ingin bersama manusia-manusia jahat yang ada di mansion ini.
Agan mulai berjalan pelan. Keadaan mansion yang sedikit remang-remang karna memang semua lampu di matikan kecuali lampu-lampu kecil yang berada di pilar-pilar mansion ini, membuat Agan harus tetap waspada disetiap langkah nya. Dia tidak boleh membuat sesuatu yang menimbulkan bunyi, jika dia tidak ingin tertangkap.
Keadaan mansion ini sangat sepi. Agan tidak melihat satupun bodyguard dan maid disekitaran mansion ini. 'Apa mereka juga sedang tidur? Pikir Agan.
Agan berjalan pelan menuruni tangga mansion itu. Dia tetap mengamati sekitar, jaga-jaga kalau ada orang yang ngelihat dia.
Tepat di anak tangga terakhir Agan berjalan sedikit cepat menuju ke arah sofa, tempat dia melihat benda yang tadi siang dilihat nya. Ya, itu adalah telefon. Tepat diatas meja yang berada di samping kiri sofa itu.
Air mata nya Mulai berlomba-lomba turun dari pelupuk mata nya, dengan kasar Agan mengusap air mata di pipi nya, terlampau bahagia dengan ekspektasi di fikiran nya. Tangan nya mulai menekan-nekan tombol dengan simbol angka yang ada di hadapan nya,dia tersenyum saat jarinya mulai menekan nomor papa nya yang begitu hapal di memori nya. dengan sesekali terus mengahapus air mata nya, Agan mulai mengangkat gagang telefon itu ke telinga nya. Bibir nya tak henti terus tersenyum, setelah ini dia akan pulang. Papa nya akan datang menjemput nya.
Lama menunggu tidak ada jawaban dari seberang sana. Agan terisak dengan pelan.
"Papa, angkat telefon Agan. Agan mau pulang hiks..hiks.."
Agan berucap pelan. Berusaha agar tidak menimbulkan suara di mansion yang sunyi itu.
Namun jawaban dari seberang sana tak kunjung terdengar. Agan kembali menekan nomor telefon Franz. Karna hanya itu satu-satunya nomor yang di hapal oleh Agan.
"Papa, angkat telfon Agan hiks...hiks.."
Agan masih terisak, tangan nya semakin menggenggam kuat telefon yang di arahkan ke telinga nya itu. Sementara itu sebelah tangan nya lagi meremat kuat ujung baju yang di kenakan nya.
Agan tau ini masih tengah malam, dan mungkin saja papa nya sedang beristirahat. Tapi kalau bukan malam, kapan lagi Agan punya kesempatan menghubungi papa nya. Keluar saja dia tidak bisa dari kamar itu, apalagi terlalu banyak bodyguard yang bahkan tidak segan bermain kasar pada Agan. Agan cuma berharap kalau papa nya akan mengangkat telfon nya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAGAN
Teen FictionREAGAN KENT MANUEL "Papa..... Agan ma.. mau sekolah.." "Katakan sekali" "Katakan sekali lagi, Agan!" "Apa kau tidak mendengarkan Papa?" "Hiks...hiks.... maaf papa, Agan cuma mau sekolah..." "Apa kau mulai nakal hmm?" "Hiks... hiks...ng.. nggak Papa...