3. Mau Belajar Gitar

25.4K 1.7K 70
                                    

Sekarang pukul 6 sore, Franz terbangun dari tidur nya. Ia dapat melihat Agan yg masih tertidur dengan tangan yg masih mencengkram kemeja yg dipakai oleh Franz. Perlahan Franz melepas genggaman tangan Agan dari kemeja nya.

Franz duduk tepat disamping Agan yg masih tertidur. Ia memandangi wajah Agan, Agan itu tidak mirip dengan Franz. Mereka berdua hanya mirip dari segi mata nya saja. Selain itu semua nya berbeda. Agan banyak mewarisi kemiripan dari seseorang yg Franz benci.

"Eunghh"

Lenguhan itu terdengar dari mulut kecil Agan. Agan mengerjabkan mata nya, dan ia melihat papa nya sedang duduk disamping nya menatap diri nya.

"Papa"

Franz tidak langsung menjawab, ia langsung mengangkat Agan ke pangkuannya. "Hm, ada apa?"
Agan hanya menggeleng, ia menyandarkan kepala nya ke dada bidang papa nya.
"Ada apa? Katakan pada papa, apa ada yg kau pikirkan?" Franz bertanya sambil meletakkan dagu nya di pucuk kepala Agan, ia mencium pucuk kepala Agan yg beraroma vanila.
Agan tidak langsung menjawab ia memainkan jari-jari tangan nya,

"Takut Abang Marcell sama bang Max" Agan

Agan menunduk ketika mengatakan hal itu, ya sejak tadi Agan berfikir bagaimana agar ia tidak kena hukum oleh kedua Abang nya.

"Mereka berhak menghukum mu baby, kau banyak melakukan kesalahan hari ini"

Franz menjawab dengan santai, ia sebenarnya tau apa yg difikirkan oleh putra nakal nya ini. Dia hanya menguji apakah Agan akan membohongi nya lagi atau tidak.

Agan yang masih berada di pangkuan papa nya itu hanya menunduk, mata nya mulai berkaca-kaca. Ia takut sungguh sangat takut ia memikirkan hukuman apa yg akan di berikan oleh abang-abang nya itu pada nya.

"Nggak mau dihukum Abang hiks... hiks..."

Akhirnya Agan menangis terisak, dia sudah kena marah papa nya tadi masa iya mau dimarahi Abang nya lagi.

"Kenapa kau melanggar aturan papa hmm?"
Franz menjawab sambil mengubah gendongan Agan menjadi kearah nya. Ia melihat wajah Agan yg kembali basah akibat menangis.

"Agan cuma bosan di mansion" Agan menjawab dengan kepala menunduk, ia sebenarnya ragu untuk mengatakan itu, ia takut membuat emosi papa nya naik kembali. Tapi itu memang benar, Agan bosan berada di mansion, ia terhitung hanya beberapa kali keluar mansion. Agan hanya akan keluar mansion jika ada jadwal check up, kerumah Opa dan Oma nya, dan liburan bersama keluarga nya. Selain itu Agan hanya akan tinggal di mansion bersama mama nya.

Sekolah? Agan itu tidak sekolah umum, dia homeschooling sejak kecil ia tidak pernah merasakan yg nama nya sekolah umum. Teman? Agan hanya akan bergaul dengan Abang dan para sepupu nya.

Kalian bertanya apa Agan mengidap suatu penyakit yg membuat keluarga nya begitu menjaga nya? Tidak! Agan itu terlahir dengan sangat sehat dan sempurna. Ini semua adalah bentuk kasih sayang Franz dan Kaela pada Agan. Mereka tidak akan tenang jika Agan tidak pada pengawasan mereka.

Oke kembali pada cerita

Wajah Franz berubah menjadi datar. ia benci jika Agan mengatakan bosan berada di mansion, secara tidak langsung Agan sebenarnya ingin menyampaikan kalau ia ingin keluar mansion.

"Papa tidak suka kau mengatakan itu baby"

"Ma..maaf" Agan semakin menunduk melihat perubahan nada suara papa nya.

Franz mengangkat Agan ke gendongannya, ia berjalan ke arah kamar mandi di kamar Agan.
"Mandilah dan bersiap siap untuk makan malam, papa akan keluar"

Setelah mengucapkan itu Franz keluar dari kamar Agan, dan Agan pun mulai mandi dan bersiap-siap untuk makan malam.

Setelah selesai berpakaian, Agan keluar dari kamar nya. Ketika ia keluar bertepatan dengan Kaela yg juga baru keluar dari kamar nya untuk menuju meja makan. Ya kamar Agan bersebelahan dengan kamar Franz dan juga Kaela.

REAGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang