*****
Saat ini Agan berada di kamar nya sendirian, ia mengunci pintu kamar nya dari dalam. Ia bahkan mengabaikan pintu yang sejak tadi di ketuk oleh Abang dan mama nya.
Tok
Tok
Tok
"Sayang.... ini mama, buka pintu nya ya"
"Baby, Abang perlu berbicara pada mu, buka pintu nya dulu" Max
Sejak tadi Kaela, Marcell beserta Max tidak henti-hentinya membujuk Agan. Marcell pun tidak bisa bermain kasar, ia paham perasaan adik nya sekarang.
Tidak mungkin ia mengancam adik nya untuk membukakan pintu kamar nya saat ini. Adik nya itu pasti butuh waktu sendiri sekarang.Max menghela nafas nya kasar, ia sudah lelah membujuk Agan sejak tadi, namun sepertinya Agan tidak akan mau membukakan pintu itu.
"Mungkin Agan sedang butuh waktu sendiri, kalian berdua pergilah kekamar, besok pagi kita akan membujuk Agan" Kaela
Akhirnya mereka bertiga kembali kekamar masing-masing.
*****
Sementara Agan masih menangis terisak, badan nya bahkan bergetar hebat karena tangisan nya yang tak kunjung berhenti. Sejak tadi bayang-bayang tangan papa nya yang menampar wajah nya itu terus berulang-ulang di kepala nya.
Karena lelah menangis, akhirnya mata indah itu akhir nya terpejam dengan sisa air mata yang masih membasahi pipi nya.
Sedangkan Franz saat ini berada di ruang kerja nya, ia kecewa dengan diri nya sendiri karna telah melukai Agan, ia bahkan tidak tau kalau bungsu nya itu sedang sakit hari ini. Bagaimana ia bisa lalai dalam menjaga Agan? padahal Agan itu adalah putra kesayangannya. Agan itu adalah prioritas nya.
****
Sekarang tepat pukul 12 malam, Franz keluar dari ruang kerja nya, ia sudah membawa kunci cadangan kamar Agan yang ia minta pada Rico tadi, ajudan pribadi Franz.
Ceklek
Franz membuka pintu kamar Agan perlahan, ia berjalan menuju ranjang Agan. Ia melihat Agan yang tertidur dengan bekas air mata di sudut mata nya.
Franz menempelkan punggung tangan nya di kening Agan, Franz bernafas lega saat merasakan suhu tubuh Agan yang kembali normal. Ya Agan itu kuat, Agan itu putra kesayangan Franz yang kuat.
Perlahan Franz membalutkan tubuh Agan dengan selimut yang dipakai Agan sekarang. Lalu Franz mengangkat tubuh Agan yang di bedong dengan selimut itu ke pangkuannya. Franz menggendong Agan layak nya bayi.
Kriet
Franz membuka pintu kaca yang menghubungkan kamar Agan dengan balkon nya.
Franz kemudian melewati pintu itu dan duduk pada kursi yang ada di balkon kamar Agan itu.
Franz memandangi wajah Agan yang terlelap, ia melihat pipi kanan Agan yang masih memerah akibat tamparannya tadi, Franz membelai lembut pipi Agan yang memerah.
Tes
Air mata Franz mengalir tanpa di undang saat tangan nya menyentuh pipi Agan itu. Ia bahkan mengabaikan hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang nya, ya saat ini Franz hanya memakai kaos hitam pas badan, serta celana traning hitam.
Franz sengaja membedong tubuh Agan dengan selimut tebal, supaya Agan tidak kedinginan.Tes
Air mata Franz kembali jatuh, kini tepat mengenai pipi Agan yang memerah. Agan menggeliat tak nyaman di pangkuan Franz.
Franz dengan cepat menenangkan tubuh Agan kembali.
Mungkin karna Agan yang juga kelelahan, akhirnya Agan kembali nyaman dalam tidur nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAGAN
Teen FictionREAGAN KENT MANUEL "Papa..... Agan ma.. mau sekolah.." "Katakan sekali" "Katakan sekali lagi, Agan!" "Apa kau tidak mendengarkan Papa?" "Hiks...hiks.... maaf papa, Agan cuma mau sekolah..." "Apa kau mulai nakal hmm?" "Hiks... hiks...ng.. nggak Papa...