Disini Agan sekarang, duduk di sofa ruang keluarga nya. Setelah tadi papa dan kedua Abang nya berangkat ke kantor. Agan sudah duduk tenang di atas sofa ruang keluarga. Sejak tadi anak itu sibuk memetik senar gitar yg baru dibelikan papa nya itu. Ya, setelah Franz keluar dari kamar Agan tadi malam, Franz langsung menghubungi bodyguard nya untuk membelikan alat musik gitar terbaik untuk putra nya itu. Saat ini Agan tengah kesal, raut wajah kekesalan terlihat jelas diwajah nya karena ia sudah tidak sabar belajar memainkan gitar baru nya ini, sementara guru les musik nya baru akan datang jam 11, artinya Agan harus menunggu sekitar 1 jam lagi untuk memulai belajar gitar nya, karena ini baru jam 10.
Agan hanya memetik senar nya itu secara asal-asalan. Mana dia tau bagaimana cara memainkan alat musik itu secara benar, alat musik saja baru kali ini ada di mansion besar itu. Franz, Marcell, Max juga termasuk Kaela tidak pernah berminat untuk memainkan alat musik apa pun. Terlebih ketiga pria dewasa itu, mereka bukanlah orang yg mudah berekspresi, wajar saja mereka tidak tertarik untuk memainkan alat musik. Bukankah salah satu fungsi alat musik adalah menyampaikan ekspresi?
Tap
Tap
Tap
Suara sandal rumahan itu terdengar nyaring di mansion besar itu. Kaela datang menghampiri bungsunya itu.
"Sayang, kau ingin puding coklat?"
Kaela datang sambil membawa nampan berisi puding coklat kesukaan Agan. Agan yg melihat mama nya membawa puding itu seketika matanya langsung berbinar.
"Mau mama" Agan menjawab dengan antusias. Kaela terkekeh kecil melihat bagaimana binar mata coklat itu terlihat begitu indah.
Agan sibuk memakan puding coklat itu, hingga ia lupa kekesalan nya tadi.Tap
Tap
Tap
Suara langkah kaki terdengar mendekat kearah ibu dan anak itu.
"Siang nyonya, ini guru les musik untuk tuan muda Agan yg telah dipilihkan oleh tuan besar nyonya"
Ternyata itu adalah Rico, kepala bodyguard sekaligus kepercayaan Franz. Ia datang bersama seorang pria yg ber umuran sekitar 21 tahun.
"Apa benar anda yg akan menjadi, guru les musik yg dipilih oleh suami saya?" Kaela bertanya untuk memastikan.
"Benar nyonya" laki - laki tersebut menjawab sambil membungkuk kan badan nya.
"Baiklah, kalau begitu kamu saya tinggal dengan putra saya ya, putra saya sedikit nakal, harap di maklumi ya" Kaela berucap tersenyum sambil mengelus kepala Agan yg masih sibuk memakan puding coklat nya itu.
"Tidak perlu khawatir nyonya, saya akan memberikan yg terbaik untuk putra anda" lelaki yg bernama Daren itu menjawab sambil tersenyum melihat bagaimana Kaela begitu menyayangi Agan yg merupakan tuan muda keluarga ini.
Daren mendekat kearah Agan setelah Kaela meninggalkan mereka berdua di ruang keluarga itu. Agan lah yg meminta untuk belajar diruang keluarga mereka. Ia hanya merasa nyaman ditempat itu.
"Hai, bagaimana kabar anda tuan muda?" Daren menyapa terlebih dahulu karna sejak tadi seperti nya Agan tidak terganggu sedikit pun atas kedatangan nya.
"Kabar Agan baik, tidak perlu memanggil Agan 'tuan muda' Agan tidak suka dipanggil seperti itu. Agan menjawab. Dan itu memang benar, Agan tidak suka dipanggil dengan tuan muda. Tapi bodyguard dan maid di mansion nya saja yg takut pada tuan besar mereka jika mereka memanggil majikan kecil mereka ini dengan hanya panggilan nama saja.
Daren hanya tersenyum mendengar jawaban Agan. Ia mengakui kalau Agan itu bocah yg tampan sekaligus imut.
"Agan harus memanggil kakak dengan sebutan apa? Kakak atau Abang?
Agan bertanya ketika ia bingung harus memanggil pemuda di hadapan nya ini dengan sebutan apa."Terserah anda saja tuan muda, tidak masalah bagi saya anda akan memanggil saya dengan panggilan apa"
"Iiiihhhh udah Agan bilang, jangan panggil Agan dengan tuan muda" Agan menunjukkan wajah kekesalannya pada Daren. Daren yg melihat itu terkekeh gemas melihat bagaimana wajah Agan sekarang.
"Baiklah - baiklah, saya akan memanggil anda dengan Agan saja kalau begitu" Daren menjawab sambil tersenyum pada Agan.
"Agan akan memanggil kakak, dengan sebutan kakak saja. Kalau Abang, Agan udah punya 2". Agan menjawab sambil mengangguk anggukan kepala nya.
"Baiklah mari kita mulai belajar nya Agan"
Sudah 1 jam lebih Daren mengajari Agan bermain gitar, namun sepertinya Agan kesulitan untuk memahami cara memainkan alat musik itu. Ia dari tadi terus saja marah-marah ketika ia salah dalam memetik senar gitar itu.
"Sudahlah, Agan tidak suka bermain gitar" akhirnya Agan menyerah. Ia merasa terlalu lelah mempelajari itu semua. Dari tadi anak itu memang tidak sabaran dalam mempelajari alat musik itu. Padahal Daren sudah bersabar berulang kali mengajarkan hal yg sama pada Agan, tapi sepertinya memang Agan yg tidak bersabar dalam mempelajari itu.
Kaela datang menghampiri mereka berdua, ia melihat bagaimana wajah Agan yg tampak kesal begitu kentara.
"Sayang, bagaimana belajar nya hmm?"
"Agan tidak suka bermain gitar, Agan tidak mau lagi memegang benda itu. Menyusahkan saja"
Kaela hanya tersenyum melihat putra nya itu. Sebenarnya ia tahu keinginan Agan bermain gitar itu hanya sesaat, putra nya itu hanya terbawa suasana karena menonton kartun yg menampilkan para pemeran nya bermain gitar. Tapi ia tidak akan pernah melarang apa keinginan putra nya itu, selagi tidak membawa bahaya bagi putra nya
"Maaf kan putra saya ya, dia mungkin hanya tidak sabar mempelajari alat musik ini" Kaela berucap sambil tersenyum lembut kearah Daren.
"Tidak apa-apa nyonya, saya memaklumi nya. Lagipula tuan muda Agan masih anak-anak. Dia hanya ingin mencoba sesuatu yg menarik bagi nya." Daren menjawab nya, ia memaklumi bagaimana sikap Agan. Agan itu hanya anak-anak yg ingin mencoba sesuatu yg menurut nya menarik, dan baru bagi diri nya.
"Kalau begitu saya permisi nyonya" Daren
"Terimakasih telah mengajarkan putra saya".
"Sama-sama nyonya"
Setelah nya Daren pergi, meninggalkan Agan yg merebahkan diri nya di karpet berbulu lembut diruang keluarga itu. Sepertinya anak itu benar-benar merasa letih mempelajari alat musik itu.
Kaela yg melihat itu terkekeh dan menggeleng kan kepala nya."Sayang ayo ke meja makan, kau belum makan siang"
Agan berjalan berdampingan dengan mama nya. Mereka menuju meja makan karna Agan belum makan siang hari ini.
Malam hari nya, seperti biasa keluarga kecil Franz berkumpul di ruang keluarga mereka. Saat ini Agan duduk di pangkuan Marcello. Seperti nya Abang dan papa nya sedang tidak sibuk, mungkin karna ini adalah hari Sabtu berarti malam ini adalah malam Minggu. Sebenarnya tidak ada bedanya sih antara malam Minggu dengan malam-malam lainnya di keluarga kecil Manuel ini. Mereka bisa saja mengambil cuti di hari hari yg mereka inginkan, lagi pula kan perusahaan itu milik keluarga mereka. Memang mereka saja tipikal orang yg gila kerja.
Malam ini mereka sama-sama menghabiskan waktu menonton tv bersama, ditemani camilan sehat yg tersedia diatas meja. Sebenarnya hanya Agan yg menonton tv, sementara Kaela, Franz, Marcell dan juga Max mereka sengaja meluangkan waktu untuk bungsu mereka ini.
Akhirnya Tv yg sejak tadi menampilkan kartun yg berjudul 'The Lorax' itu pun berakhir. Tapi Agan masih belum merasa puas menonton nya, ia masih ingin menonton lagi, tapi papa nya sudah mematikan tv layar lebar itu.
"Bagaimana dengan les musik mu baby?" Marcell bertanya pada Agan yg duduk di pangkuannya.
"Agan tidak suka bermain gitar, benda itu sangat menyusahkan saja" Agan berceloteh disertai dengan ekspresi yg menggemaskan dimata mereka.
Sebenarnya Kaela sudah menceritakan kepada mereka bagaiamana tadi Agan yg kesal saat belajar bermain gitar itu. Mereka hanya terkekeh kecil membayangkan bagaimana lucu nya wajah Agan ketika sedang kesal tadi.
"Papa, Agan mengantuk"
Agan memanggil papa nya yg duduk disebelahnya, Franz langsung saja menggendong Agan untuk membawa putra nya itu kekamar.
Jangan lupa vote dan komen ya...😚
KAMU SEDANG MEMBACA
REAGAN
Teen FictionREAGAN KENT MANUEL "Papa..... Agan ma.. mau sekolah.." "Katakan sekali" "Katakan sekali lagi, Agan!" "Apa kau tidak mendengarkan Papa?" "Hiks...hiks.... maaf papa, Agan cuma mau sekolah..." "Apa kau mulai nakal hmm?" "Hiks... hiks...ng.. nggak Papa...