9. Teman?

17.3K 1.1K 18
                                    






Eunghhh

Lenguhan itu terdengar dari mulut Agan. Perlahan mata Agan terbuka, ia menyerngit heran saat melihat keadaan kamar yang ditempati nya, seperti nya ini bukan kamar nya.

Ceklek

Pintu kamar mandi dikamar itu terbuka, Franz keluar dengan baju santai yang pas ditubuh nya, juga handuk kecil yang dia gunakan mengeringkan rambut nya. Ia melihat ke arah putra nya yang juga sedang menatap nya. Sementara Kaela sudah pergi ke dapur untuk mempersiapkan sarapan untuk keluarga nya.
Franz berjalan ke arah ranjang tempat Agan yang masih menatap nya itu. Ia ingin mengendong Agan, tapi Agan dengan cepat berpindah ke arah yang berlawanan, Agan dengan cepat berdiri dan segera berlari keluar kamar papa nya itu, tapi tangan Franz dengan cepat menahan pergerakan Agan.

Franz langsung mengangkat Agan ke gendongan nya, dan berulang kali mengucapkan kata maaf di telinga Agan.

" Maaf, Maaf kan papa"

Sementara Agan terus meronta di gendongan papa nya, dia sebenarnya masih takut dengan papa nya.

"Hiks....hiks.... lepas, lepasin Agan"
Agan terus meronta di gendongan Franz. Ia masih kecewa dengan papa nya itu.

Namun tangan Franz terus menahan Agan di gendongan nya. Ia tidak memperdulikan tubuh Agan yang terus meronta di gendongan nya.

"Hiks....hiks....LEPAS, LEPASIN AGAN"

"AGAN NGGAK MAU SAMA PAPA"

Agan berteriak kencang di gendongan Franz. Namun Franz malah semakin mengeratkan pegangannya.

Akhirnya Agan lelah juga terus berteriak.
akhirnya ia memilih diam dan memeluk erat leher papa nya itu, Agan masih terisak pelan, dan Franz menyadari hal itu, Franz hanya mengelus punggung kecil itu dengan sayang.

"Maaf, maaf kan papa hm..."

"Jangan menangis lagi"

"Kita akan kebawah, kau akan melewatkan waktu sarapan mu"

Agan hanya diam, tidak menjawab omongan papa nya itu. Franz berjalan keluar kamar dengan Agan di gendongan nya.

******

Sesampainya di meja makan. Agan masih diam saja, bahkan saat mama nya mencium nya pun Agan tidak merespon, dia hanya diam.

Saat ini Agan masih duduk di pangkuan papa nya. iya, Franz tidak ingin melepas Agan sejak tadi.

"Agan mau duduk sendiri" Agan berucap dan bergerak akan turun dari pangkuan papa nya. Tapi pergerakan nya ditahan oleh tangan besar papa nya.

"Diam disini, kau tidak perlu berpindah kesitu" Franz menjawab datar omongan Agan.

Akhirnya Agan diam di pangkuan papa nya. Franz mulai menyuapkan sarapan milik Agan ke mulut Agan, Agan menerima nya ia hanya tidak ingin kejadian tadi malam terulang lagi. Kaela tersenyum tipis melihat ayah dan anak itu. Sarapan kali ini hanya ada mereka bertiga, Marcell dan Max sudah berangkat pagi-pagi sekali tadi.

Mereka sudah mengunjungi Agan tadi sebelum berangkat ke kantor, mereka bernafas lega saat melihat Agan yang tertidur nyenyak dan sudah tidak demam lagi.

Sarapan itu berjalan hening, Franz masih dengan sabar menyuapi putra nya itu, sesekali ia juga memakan sarapan nya juga.

******

Disini lah Agan sekarang, di ruang keluarga, tempat favorit Agan.
Sejak tadi Franz tidak mau melepaskan Agan dari dirinya, dia terus menempeli Agan, kemanapun Agan pergi.
Seperti saat ini, Agan hanya diam di pangkuan papa nya. Sejak tadi tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua, hingga akhirnya Franz memulai pembicaraan mereka.

REAGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang