"Aku ingin kau membantuku"
Axel menatap penuh serius ke arah mata Andrew.
"Membantu apa maksud mu?"
Andrew menjawab tak kalah bingung ke arah Axel. Tumben sekali Axel mendatangi nya malam-malam begini, dan juga minta bantuan pada nya?
"Aku akan pergi membawa Agan bersamaku. Aku ingin kau ikut andil dalam membantu rencanaku"
Andrew memandang sinis ke arah Axel
"Aku tidak setuju. Aku tidak mengizinkan mu untuk membawa Agan"
"Aku tidak meminta izin kepada mu. Aku hanya menyuruh mu untuk membantuku"
Jawaban tenang dari Axel mengundang emosi dari Andrew.
"Cih, kau ingin membawa nya?. Apa kau akan terus menambah penderitaan nya?"
"Aku tidak akan menyiksanya. Semua tergantung bagaimana dia bersikap padaku"
"Kau pikir aku bodoh Axel. Aku mengenal mu sejak dulu, kau bahkan tidak lebih dari seorang manusia iblis seperti ayah mu. Aku tidak akan membiarkan Agan hidup dengan manusia iblis sepertimu dan ayah mu itu"
Setelah mengucapkan itu Andrew pergi meninggalkan Axel yang tersenyum miring di tempat nya.
******
Pagi-pagi sekali Agan terbangun dari tidur nya. Tenggorokan nya terasa kering dan sakit, seperti nya dia butuh minum
Mata nya melirik ke arah nakas yang berada disamping ranjang nya, namun kosong, tidak ada apapun disana.
Kemudian ia melirik ke arah pintu. Apa dia harus keluar? Tapi dia bahkan belum tau bagaimana kondisi dan suasana di mansion keluarga Valter ini. Bagaimana jika dia bertemu dengan Alex? Atau mungkin Axel? Andres? Evelyn atau Leon?. Agan menggelengkan kepala nya, bisa-bisa dia malah langsung mati jika bertemu mereka.
Agan menghela nafas nya, tapi tenggorokan nya benar-benar terasa sakit. Kenapa tidak ada Hans atau Andrew di dekat nya? Ngomong-ngomong masalah orang yang bernama Andrew itu, kini Agan percaya, hanya ada dua orang tempat dia bisa percaya dirumah ini. Ya, hanya Hans dan Andrew.
Akhirnya dengan keberanian dan tekad yang bulat, Agan mulai turun dari ranjang nya, dan mulai berjalan pelan menuju arah pintu kamar itu
Ceklek
Pintu itu terbuka, dia membawa langkah nya melewati lorong-lorong mansion besar itu. Hingga tanpa sadar, dia telah sampai ke tempat yang dia yakini berada di dapur. Ya, kamar yang ditempati Agan adalah kamar pelayan yang memang terletak paling belakang bagian mansion.
Agan beruntung, tidak ada satupun orang yang berada di area itu, mungkin karna memang masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas bagi orang-orang di mansion ini pikir nya.
Mata nya langsung tertuju ke arah meja makan, disana telah tersusun gelas-gelas kaca dan juga teko yang juga terbuat dari kaca. Dengan cepat Agan langsung menuang air itu ke gelas dan langsung meneguk nya.
Rasa lega langsung hinggap, saat air didalam gelas itu telah tandas masuk ke tenggorokan Agan, dia akan kembali kekamar, sebelum ada yang melihat nya berkeliaran disini, pikir Agan
Jantung Agan langsung berdegup kencang saat melihat siapa yang ada di balik tubuh nya. Dia refleks mundur saat melihat orang itu berjalan mendekat ke arah Agan
"Si...Siapa?"
Wanita itu sekitar seusia dengan mama Kaela nya. Agan melihat senyum itu, senyum mengerikan dari wanita itu. Siapa perempuan ini, batin Agan bertanya-tanya. Seketika dia teringat dengan ucapan Hans.
KAMU SEDANG MEMBACA
REAGAN
Teen FictionREAGAN KENT MANUEL "Papa..... Agan ma.. mau sekolah.." "Katakan sekali" "Katakan sekali lagi, Agan!" "Apa kau tidak mendengarkan Papa?" "Hiks...hiks.... maaf papa, Agan cuma mau sekolah..." "Apa kau mulai nakal hmm?" "Hiks... hiks...ng.. nggak Papa...