*****
Renata sudah sadar, dan hari ini dirinya sedang terkena siraman rohani oleh kedua orang tua nya. Sudah dari 30 menit yang lalu mama nya terus berbicara tanpa henti. Dia juga tak tau siapa orang yang sudah memberitahu orang tuanya. Tapi sesaat kemudian Renata paham,pasti Mavin kakak nya lah yang sudah memberitahu mereka.
"Mama juga apa?! Kalian itu gak bisa hidup berdua disini! Kamu juga Mavin! "tunjuk Sang mama. Karina Lorentina. Seorang wanita paruh baya ibu dari kedua anak ini. Meskipun usianya sudah tak muda lagi. Tapi wajahnya masih terasa muda. Karina cukup sabar menghadapi kedua anaknya yang keras kepala ini. Karina akui sifat mereka turun dari dirinya sendiri yang memang keras kepala. Tapi menghadapi orang keras kepala ternyata sangat lah tidak mudah.
Mavin yang sedang duduk di samping sang Ayah pun hanya pasrah. Melihat Sang mama berkacak pinggang sembari berjalan kesana kemari serta mulut yang tidak mau berhenti sama sekali.
"Kenapa sampai gak becus jagain adek kamu?! Mana tanggung jawab kamu sama mama dan papa. Yang katanya bakalan jagain Renata seperti nyawa kamu sendiri. Tapi apa? Mama malah lihat adek kamu sakit begini. Bahkan hampir mendekati maut! Kamu juga Renata! Ngapain hujan-hujanan coba. Kalo mau main air, pake air panas dong jangan pake air dingin. Gak baik buat kesehatan"sudah seperti pidato saja. Mavin hanya bisa memasang telinga saja. Tanpa berani memotong ucapan sang Mama.
"Udah ma, udah. Gak cape apa baru nongol udah marah-marah. Awas tambah tua nanti"sahut sang Ayah. Pria paruh baya di sebelah Mavin itu ikut menyahuti sang istri yang tak kunjung berhenti mengomeli kedua anak ini. Daniel Frezzy Amor. Ayah dari kedua anak ini.
"Papa! Diem! Mama udah cape ngasih tau kalian harus gimana lagi" frustasi dan terlihat menghela napas panjang.
"Kali ini mama gak mau denger penolakan ataupun bantahan lagi!" ucap Karina.
"Kalian harus ikut mama sama papa ke Ausi! Kalo bisa pindah sekalian!"putus sang mama.
Renata dan Mavin sama-sama terkejut. Bola mata mereka membesar mendengar keputusan sepihak dari mamanya.
"Kuliah Mavin gimana ma? Bentar lagi aku wisuda, tanggung!"protes Mavin. Dia mengambil kuliah cepat hanya dengan waktu 2 tahun saja. Jangan salah otak Mavin sangat pintar hingga ia sampai mengambil kuliah dengan waktu yang cepat. Menurutnya mengambil waktu yang lama hanya membuang-buang waktu saja.
"Kamu belakangan, beresin dulu wisuanya baru nyusul"
"Dan kamu Renata!"baru Renata ingin berucap bermaksud protes. Mamanya lebih dulu memotong.
"Bentar lagi lulus, jadi kamu tinggal pindah kuliah di sana"
"Tapi ma, aku udah nyaman disini. Sahabat aku juga ada disini semua"ucap Renata dengan wajah semelas mungkin. Meskipun wajahnya sedikit pucat karena habis bangun dari sakit. Tapi jujur, kondisinya jauh lebih membaik dari sebelumnya. Meskipun masih terasa pusing tapi itu tidak berangsur lama. Namun tubuhnya masih lemas.
"Kamu bisa cari temen juga di sana"jawaban sang mama. Membuat Renata tidak bisa berkutik lagi. Mamanya, jika sudah membuat keputusan akan sangat sulit menggoyahkannya.
"T-tapi"
"Renata! Apa yang mama lakuin sekarang ini juga demi kabaikan kamu! Mama khawatir kamu kenapa-napa. Kalian berdua anak mama. Dan mama gak mau terjadi apa-apa sama anak mama"seru Karina.
"Mama mohon,,kali ini aja nurut sama mama ya"mohon Karina. Melihat sang mama memohon, Renata meciut. Hatinya ikut sakit. Mamanya jelas khawatir padanya. Tapi dia malah membantah ucapannya.
"Baiklah ma"ucap Renata tertunduk. Wajah nya memanas membayangkan dia akan pergi meninggalkan tempat kelahirannya. Renata pergi setelah membuat banyak kenangan disini. Bagaimana nasib teman-temannya nanti. Jika tau Renata akan pergi dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA ✓ {END}
Teen Fiction[Belum di Revisi] Cowok itu berkali-kali berhasil membuat Renata bahagia sekaligus sakit secara bersamaan. Akan kah Renata akan terus bertahan dengan perasaannya?? Ayo baca ceritanya kalau mau tau kelanjutannya,Tapi jangan lupa tinggalkan jejak set...