Part 38

16 2 0
                                    

*****

Mavin dengan emosi menggebu-gebu berjalan menyusuri setiap lorong sekolah. Mencari ruangan yang ia incar sejak tadi yaitu kepala sekolah.

Begitu sampai, Mavin langsung membuka knop pintu.
"Assalamualaikum" ucap Mavin tak lupa mengucap salam.

"Masuk"sahut dari dalam ruangan.

Mavin berjalan masuk ke dalam ruangan dimana terdapat seorang pria paruh baya tengah melihat-lihat berkas.

"Ada yang bisa saya bantu? "ujar pria paruh baya itu. Melihat kedatangan seorang pria muda dari cara berpakaiannya mungkin bukan murid sekolah ini.

"langsung saja, saya kesini ingin meminta keadilan"

Pria paruh baya itu tampak mengangkat sebelah alisnya.
"Keadilan seperti apa yang kamu maksud"

"Adik saya sudah berapa kali mendapat bullying di sekolah ini. Saya mau pelaku di drop out!"ucap Mavin tanpa basa-basi.

"Tidak bisa! Apa kamu punya bukti? Sehingga berani sekali memerintah saya mengeluarkannya"cerca pria itu.

Mavin mendengus, kepala sekolah macam apa ini.
"Mereka sudah hampir mencelakai adik saya! Mau bukti apa lagi?!"

"Terkait permasalah di rooftop kami sudah selesaikan dengan mengeluarkan Shela, apalagi yang kamu inginkan"bantahnya.

"Anda hanya mengeluarkan pawangnya tidak dengan pengikutnya! "ucap Mavin hampir tersulut emosi.

"Tidak bisa! Silahkan kamu keluar"ucap nya menunjuk pintu keluar.

"Baiklah, jika itu mau anda" Tidak ada cara lain. Mavin harus membuka kartu. Bahwa dia adalah anak dari donatur sekolah ini. Meskipun Renata sebentar lagi keluar, tapi Mavin tidak bisa membiarkan para bullying itu semakin gencar menjalankan aksinya. Jaman apa ini, kenapa masih saja ada perilakau seperti ini di jaman sekarang.

"Saya akan laporkan hal ini pada donatur sekolah!"

"Silahkan saja, jika kamu bisa"ucap Pria paruh baya itu meremehkan.

"Bisa dong saya kan anaknya"ucap Mavin dibarengi senyum miring.

Mavin segera keluar dari ruangan itu, setelah melihat ekspersi kepala sekolah yang berubah seketika menjadi tegang. Hingga mematung cukup lama.

Ia tidak habis pikir, kenapa ayahnya bisa menjadi donatur sekolah sialan seperti ini. Sepanjang perjalanan, Mavin berusaha mengontrol emosinya yang naik turun. Mengingat wajah kepsek tadi membuat darahnya kembali naik pitam dan mendecih.

Sibuk dengan mengontrol emosinya, Mavin tak sengaja menabrak bahu seseorang hingga jatuh tersungkur ke lantai.

Brak!!

"awshh! "rintih nya.

Mavin tersentak kemudian berseru.
"Maaf gue gak sengaja"ucapnya sambil mengulurkan tangan.

"Lo-"perkataan wanita itu tertahan setelah melihat wajah pria yang sudah menabraknya.

Setelah tertegun cukup lama.
"Owh gapapa kok santai aja. Gue tau kok lo gak sengaja"ujarnya menerima uluran tangan Mavin.

"Btw, lo bukan murid sini ya?" sebab cara berpakaian pria itu yang santai.

"Bukan, gue kesini karena urusan"

Wanita itu tampak menganggukan kepalanya beberapa kali.
"Kenalin gue Desi" setelah itu mengulurkan sebelah tangannya.

"Mavin" jawab Mavin kaku. Gercep juga ni cewek batin Mavin.

RENATA ✓ {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang