part 39

33 1 0
                                    

*****

Disinilah kami sekarang, di sebuah cafe tak jauh dari rumah Renata. Mereka atau lebih tepatnya Dilla. Mengajak kami ber 6 pergi ke suatu tempat katanya sebagai kenangan terakhir.

"Poto kuyy" sahut Anjay.

"Kuyy!!! " seru Dilla tak kalah semangat.

Dilla segera mengeluarkan ponsel miliknya. Kebetulan posisi gadis itu paling ujung sehingga mereka semua bisa masuk frame. Karena posisi duduk yang melingkar, Renata yang berada kedua paling ujung menoleh ke arah kamera. Begitu juga yang lain kecuali, Karin dan Anjay. Mereka duduk di titik tengah. Sedangkan Ryan dan Mavin duduk di seberang kiri dirinya.

Mereka semua tampak tersenyum begitu cahaya kamera bersinar. Berbagai macam pose mereka lakukan. Salah satu nya dimana mereka tertawa lepas karena lawakan yang Anjay lontarkan. Dan berhasil di abadikan oleh Dilla.

"Kirim Dil"ujar Mavin.

"Okee"diangguki Dilla.

"Woy! Kirim ke kita juga atuh masa ke dia doang" seru Anjay.

"Gue bikinin grup deh, males banget harus kirim satu-satu"sahut Dilla.

"Tumben pinter"celetuk Karin.

"Dari lahir" timpal Dilla.

Disisi lain Renata tampak termenung. Memorinya tiba-tiba saja flashback ke masalalu. Tepat dimana ia dan Alex pernah mengunjungi sebuah restoran. Renata yang kala itu masih mengenakan seragam sekolah. Dan Alex yang meminjamkan jaketnya meskipun itu jaket bukan milik dia. Renata diam-diam tersenyum mengingat hal itu. Ada yang lebih lucu lagi, ketika waktu ia dan Ryan belum saling mengenal kemudian pria itu meminta nomernya. Alex lalu datang dengan wajah kesalnya lantas memberikan pria itu nomor pembantunya sendiri.

Gadis itu tampak menyunggingkan bibirnya sekilas. Netranya lalu bergerak menelusuri setiap sudut cafe. Ada yang sedang bernyanyi, mengobrol bersama orang tersayang. Bahkan ada yang sedang me time.

Seketika jantungnya tiba-tiba berdetak sangat kencang. Bibirnya kelu dan tubuhnya bak membeku. Sosok yang ia lihat barusan sama persis dengan seseorang yang telah ia tunggu-tunggu kabarnya hingga saat ini. Yah, pria yang dia lihat persis mirip Alex. Dari bentuk tubuh, gelagat, dan cara berjalan pria itu sangat mirip. Meskipun ia memakai masker tapi dia yakin. Sebab Renata hapal betul setiap inci bentuk muka pria itu.

Sosok itu menghilang tiba-tiba, tadi dia ada di ujung sudut kanan cafe ini sedang duduk tapi sekarang sudah tidak ada. Renata mengedarkan pandangannya, celingak-celinguk kesana kemari. Apakah dirinya berhalusinasi? Tapi barusan terlihat benar-benar nyata.

"Ren lo kenapa? Kayak orang linglung" sahut Dilla.

Renata tersentak. Taklama ia membisikan sesuatu. Takut yang lain dengar. Dan untungnya mereka sedang sibuk cek-cok entah membicarakan apa.
"gue liat Alex"bisik Renata.

"AP--MPHH" Renata dengan cepat menyumpal mulut Dilla. Kebiasaan anak itu tidak mau hilang.

"Mulut lo!! Udah tau ngomong bisik-bisik ini malah tereak! "geram Renata menjitak kepala Dilla.

"Awsh! Ya maap"

"Bentar deh, masa iya sih? Alex ada disini? "ucap Dilla perlahan memelan.

"Lo halu kali! " sergah Dilla.

"Gak mungkin! Tadi itu kek bener-bener nyata dil"kekeh Renata.

"Ya lo mikir lah, dia kan baru aja minggat. Masa iya udah balik aja ke indo. Lagian yah, kalo mau nongol ya nongol aja ngapain ngumpet-ngumpet! "

"Bisa aja kan dia ngerasa bersalah udah ninggalin gue gitu aja" ucap Renata meyakinkan jika dia memang tidak salah lihat.

"Udah Ren, inget yang katanya mau move on! Mana?? Ini dikit-dikit liat orang dikata mirip Alex gimana si" ujar Dilla menekan kata 'move on'

RENATA ✓ {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang