Part 14

224 18 0
                                    

****

Renata sekarang sedang menunggu teman- temannya piket kelas.

"lo pada lama banget sih! Orang cuma di suruh ngepel aja lamanya minta ampun!. " gerutu Renata karena ia sudah lelah ingin pulang.

" Lu dari tadi ngomel mulu bantuin kagak."cibir Dilla.

"ogah! Cape gue." keluh Renata.

"yaudah sutt diem!."

****

Renata sekarang baru sampai rumahnya.

"assalamualaikum! ABANG RENATA PULANG!!."

Tapi tidak ada jawaban sama sekali rumahnya sepi. Kok tumben abangnya belum pulang, biasanya kan dia suka pulang lebih dulu.

Renata berlalu pergi ke kamarnya untuk membersihkan badannya yang lengket.

****

Renata sekarang sedang duduk menonton tv bersama Mavin abangnya. Dengan kepala Renata berada di dada bidang abangnya dan lengan Mavin terlentang pada tepi kursi.

Ting!

Sura notifikasi hp berbunyi. Renata dengan malas mengambil ponsel yang berada di sebelahnya. Lalu mengecek siapa yang mengirim pesan padanya, dengan tidak merubah posisinya.

Renata terperanjat kaget. Ia tidak salah liat kan. Tapi Alex dapet nomornya dari mana?. Ah sabodo teuing.

Renata langsung berlalu pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap karena Alex bakal menjemputnya. Penasaran dia mau ngajak gue kemana. Renata rasa sekarang hatinya kaya ada kupu-kupu.

Mavin yang sedari tadi menatap Renata heran.

Lah napa lagi tu anak-

****

Aneh. Kenapa Alex membawanya ke rumah sakit. Siapa yang sakit?.

Ia berjalan melewati lorong rumah sakit dan berbelok menaiki lift. Lalu setelah sampai di lantai 2, terpampang tulisan kamar rawat No 102 Mawar.

Alex membuka knop pintu kamar tersebut. Renata bisa melihat seorang gadis sedang tertidur di atas brangkar rumah sakit di lengkapi selang infus di hidungnya, dan alat monitor di sampingnya.

Saat jaraknya sudah dekat ia bisa melihat siapa wanitu itu. Alangkah terkejutnya Renata saat ini.

"Clarisa... " gumam Renata.

Alex menatap wajah Clarisa yang pucat.

" yah dia Clarisa. Mantan gue waktu kelas 10 tapi dia keburu pindah ke australia. Dia punya penyakit gagal jantung waktu saat usia dia kelas 3 smp, tapi dbaru menyadari penyakitnya  kelas 10. Ini yang bikin lo salah paham atas kedekatan gue sama Clarisa. Dia hanya ingin gue selalu ada di deketnya di sisa hidupnya yang gak akan lama lagi. " Alex menghela napas panjang.

"gue bukan masih ada rasa sama dia tapi gue cuma mau nolongin dia. "lanjut Alex.

Renata tak menyangka Clarisa yang setiap harinya selalu ceria ternyata mengidap penyakit ganas.

Tiba-tiba Clarisa terbangun karena merasa ada seseorang yang datang.

"Alex..Renata.. "cicit Clarisa setelah meyesuaikan matanya.

"maafin gue Ren... Gue tau lo gak suka liat gue deket sama Alex dan gue juga tau kalo lo sama Alex lagi deket, tapi sekarang gue mau egois disaat kondisi gue begini, gue juga kadang merasa bingung satu sisi gue pingin Alex selalu berada di dekat gue tapi percuma Alex ada bersamanya tapi tidak dengan hatinya, dan gue fikir Alex suka sama lo atau sebaliknya. Makanya gue sempat mikir buat relain lo sama Renata...."lirih Clarisa.

"gak!! seharusnya gue yang minta maaf udah salah nilai lo. "Renata juga ikut bergetar menahan tangis melihat kondisi Clarisa seperti ini.

Alex sedari tadi hanya diam menatap 2 wanita berhati bidadari.

" gak lo berhak berpikir seperti itu, dan satu lagi, kalopun nanti gue udah gak ada gue udah rela sekalipun Alex sama lo."Clarisa sekuat tenaga supaya tangisnya tidak pecah dia bukan cewek lemah dan penyakitan.

Berbeda dengan Renata ia sudah terisak mendengar ucapan Clarisa yang rela Alex dengan dirinya.

Pikirnya dia sudah salah menilai Clarisa ia pikir dia sama seperti Shela. Tetapi nyatanya Clarisa jauh lebih baik dari dirinya sendiri. Lihat lah sekarang disaat kondisi seperti ini ia masih bisa tersenyum dan tidak menangis seolah-olah semuanya baik-baik saja. Orang mungkin putus asa dengan penyakit yang dideritanya.

"gue cape,gue gak kuat lagi, dan gue pingin istirahat sebentar. "ucapan Clarisa berhasil membuat Renata terkejut sekaligus takut.

" lo gak boleh ngomong gitu! Gue tau lo kuat lo pasti bisa ngelawan penyakit lo. " semangatnya supaya Clarisa tidak cepat berputus asa.

"tapi gue lelah gue gak tahan lagi kalo gue hidup dengan obat-obatan terus-menerus... "lirihnya.

" gue boleh kan istirahat sebentar. "Renata mengggigit bibir bawahnya menahan tangisnya.

Tiba-tiba alat monitor berbunyi nyaring. Renata tersentak saat alat itu berbunyi menunjukan garis lurus.

"Lex apa yang terjadi? Kenapa alat itu berbunyi!!!." Renata mengguncang lengan Alex.

"udah biar dokter yang nanganin. " ujar Alex membawa Renata kedalam dekapannya dan membawa nya keluar.

"gimana dok keadaan temen saya."

Dokter hanya menggeleng pasrah.

"maksud dokter apa? Clarisa gak mungkin meninggal.... "lirih Renata. Alex masih terus menenangkan Renata. Tak habis pikir. Padahal Renata baru kenal Clarisa tapi sebegitu sedihnya sperti sudah berteman lama.

"penyakitnya yang memang sudah kronis sehingga susah untuk menyembuhkannya. Saya harap keluarga pasien segera menanganinya. "ucap dokter itu lalu pergi pamit.

****

Renata dkk dan Alex dkk sekarang berada di tempat pemakaman, lebih tepatnya makam Clarisa.

Sehabis Clarisa di nyatakan meninggal orang tua Clarisa langsung datang dan betapa terkejutnya mereka melihat anak nya yang sudah tidak bernyawa lagi. Teman-temannya pun tak menyangka bahwa Clarisa mengidap penyakit itu, termasuk Dilla dan Karin mereka pun sama terkejutnya mengetahui kenyataan pahit bahwa Clarisa tidak seburuk apa yang mereka pikirkan. Setelah mendengar penjelasan dari Renata.

"Clarisa maafin gue udah buruk sangka sama lo selama ini. "kata Dilla.

"iya sama gue juga. "sahut Karin.

Alex, Kai dan Rehan sedari tadi diam. Entah apa yang ada di pikiran mereka masing2.

Renata berdiri di samping sahabat2nya. Lalu kemudian ikut jongkook dan berpesan.

"semoga lo yang tenang di atas sana. Dan disini gue akan selalu doain lo. "ucap Renata.

"gue dan temen2 lainnya pamit. "lanjutnya kemudian melangkah pergi meninggalkan tempat pemakaman.

Clarisa sekarang sudah tidak harus merasakan sakit yang ia derita. Dia juga sudah bahagia di atas sana, tanpa harus meminum obat-obatan pahit yang harus ia telan kadang tanpa minum.

Di atas  Clarisa menyunggingkan senyum nya, itu tandanya Clarisa sudah tenang di atas sana.

End.

****

Enggak deng boong. Awokawok.

Maap ya agak ga jelas alurnya. Author aja gak tau alurnya mau kemana. Kemana nyampenya aja ya.

Okay jangan lupa Voment nya ya guyss:*

Oke sekian dan terimakasih.

RENATA ✓ {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang