part 37

15 1 0
                                    

*****

Setelah menempuh perjalanan selama 10 menit akhirnya merekapun sampai di tempat yang pria itu sebutkan.

Cukup dekat, namun Renata baru menyadari ada tempat seindah ini. Bahkan jarak tempat ini dengan rumahnya tidak terbilang jauh.

Dari sini kita bisa melihat bagaimana bangunan-bangunan kota Jakarta di malam hari. Ditambah adanya lampu-lampu bersinar dari dalam bangunan, semakin menunjukan keindahan kota Jakarta apabila dilihat malam hari. Tempat yang kini ia pinjak juga tidak terlalu tinggi, hanya sebuah bukit saja. Dibelakang terdapat pepohonan asri sepertinya tempat ini terawat. Dan benar saja Renata tak sengaja melihat sebuah bangku terbuat dari kayu.

Gadis itu kemudian bergegas menghampiri bangku itu dan meninggalkan Ryan di belakang.

"Wuah" takjub Renata.

Gadis itu duduk dengan nyaman, sembari menikmati pemandangan di hadapannya. Tanpa di sadari dari arah belakang, Ryan tampak tersenyum kecil.

Tak lama kemudian Ryan berjalan menyusul Renata sehingga duduk di samping gadis itu.

"Cantik ya" sahut Ryan dari arah samping. Renata menoleh sembari tersenyum sesaat kemudian dia mengangguk. Memang benar pemandangan disini sangat cantik. Akan sayang jika dibiarkan begitu saja.

Renata tidak menyadari jika perkataan pria itu bermaksud lain. Dan Ryan dari tadi hanya menopang dagu memperhatikan gadis itu. Seketika angin menghembus menerpa wajah Renata. Tak lupa sinar rembulan yang terang, membuat Ryan tertegun sesaat.

Sungguh indah ciptaanmu

Batin Ryan bersuara.

Dengan cepat ia mengerjapkan matanya beberapa kali setelah itu menggelengkan kepala. Berusaha mengusir syaiton yang ingin menguasai pikirannya.

"Lo kok bisa tau tempat kayak gini?" sahut Renata setelah beberapa saat terdiam. Karena asik memandangi bangunan itu.

"Tau dong, apa si yang gak gue tau"ucap nya.

Renata berdecak, kemudian menatap sekeliling.
"Tempat ini kayaknya terawat , gue lihat pohon-pohon disini masih seger. Rerumputannya juga keliatan rapi. "

"Gue yang rawat ni tempat" sahut Ryan.

"Semenjak gue nemu tempat ini pertama kali. Kayaknya sayang aja kalo di biarin gitu aja tempatnya juga lumayan buat sekedar ngeluarin keluh kesah. Jadi Gue suruh orang buat rawat tempat ini"

Perlahan Renata mengangguk mengerti. Pantas semua yang ada disini begitu asri dan tampak rindang. Rupanya tempat ini memang terawat.

"Lo punya keluh kesah juga? "ucap Renata sedikit tak percaya.

"Yaiyalah, gue juga manusia punya kehidupan punya permsalahan sendiri dan gak semua jalan kehidupan seseorang mulus gitu aja kek ga ada beban" sewot Ryan tak terima.

"Ya santai dong, gue cuma nanya" cibir Renata.

"Lagian dilihat dari tampang lo kek nya ga ada beban sama sekali. Malahan lo kayak bocah prik, gak jelas!" timpalnya. Mengingat jika tingkah Pria itu tempo hari berhasil membuat darahnya naik. Iya kejadian di kantin itu. Dengan tampang watadosnya cowok itu hanya bilang gabut dan ingin memastikan apakah benar Renata bersekolah disini. Detik itu Renata berusaha untuk tidak menelannya.

"Ren apa yang lo lihat belum tentu sama dengan apa yang lo pikirin" ujar Ryan memandang bangunan di depannya. Namun taklama Ryan mengernyit karena tidak mendengar sahutan gadis itu lagi. Ia kemudian menoleh dan mendapati jika Renata sekarang sedang mengantup mulutnya. Seakan sedang melihat hantu.

RENATA ✓ {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang