Terlalu berharap pada pelangi, hingga akhirnya berubah menjadi hujan tanpa henti -
•
•
•
•
•
•
Renata menoleh mendongkak ke arah belakang."Mbak ngapain? "tanya seorang perempuan paruh baya. Sepertinya penghuni salah satu rumah sini.
"Kalo boleh tau, pemilik rumah ini kemana ya"tanya Renata.
"Oh.. denger denger mereka baru aja pindah kemarin"
Deg.
Hati Renata mencelos mendengar kata pindah dari ucapan ibu itu.
Dadanya bergemuruh, sedikit sesak namun bisa ia tahan."P-Pindah? " ulang nya.
"Iya kalo gak salah ke London deh"ucap ibunya sedikit ragu-ragu.
Seketika pertahanan gadis itu roboh, kakinya seakan lemas sehingga terhuyung kebelakang. Jika saja ibu itu tidak sigap memegangi Renata.
"Kamu gapapa?"tanyanya memastikan kondisi gadis itu.
Renata menggeleng cepat. Menahan rasa sesak dari tadi.
"Saya gapapa""Beneran? Kalo kamu pusing bisa kerumah saya, nanti dibuatin teh anget sama obat"ucap ibu itu khawatir.
"Iya bu saya beneran gapapa, terimakasih atas info nya"
Perempuan paruh baya itu mengangguk lalu pergi dari hadapan Renata.
Taklama, Gadis itu melorotkan tubuh nya ke aspal. Air mata yang sejak tadi ia bendung mengalir begitu deras melewati pipinya. Bahu Renata pun tampak bergetar hebat. Suara isakan dan lirihan dari mulut gadis itu perlahan terdengar.
Langit seakan tau jika dirinya sedang bersedih. Buliran air dari atas langit terasa dingin menyetuh kulitnya. Ini mengapa Renata suka hujan. Setiap hujan datang ia selalu dalam keadaan kacau dan dengan begitu dia bisa menangis tanpa semua orang tau.
Gadis itu menatap nanar rumah yang sekarang sudah tidak berpenghuni lagi. Meremas kuat celana nya sambil menggigit bibir bawahnya diberengi isak tangis yang kian mengencang.
"Lo ga boleh tinggalin gue gitu aja... "lirihnya menunduk tidak kuasa menahan tangisannya sendiri yang semakin deras.
Renata mendongkak menatap gerbang pintu yang di gembok itu.
Di sela isak tangisnya Renata bergumam.
"Aku gak mau kehilangan cinta pertamaku"Dia tau cinta pertama katanya sulit sekali untuk di lupakan. Itu mengapa Renata terus bertekad menjaga cinta pertamanya hingga menjadi cinta terkahirnya. Dia takut tidak bisa melupakan laki-laki itu suatu saat nanti.
Dada Renata kembali sesak, mengingat Jika pria itu benar pergi berarti hubungan mereka cukup hanya sampai disini. Sebab dia pernah bilang jika hubungan mereka jarak jauh Renata lebih baik mengakhiri hubungannya. Renata tidak percaya LDR, hanya orang-orang tertentu yang bisa menjalaninya. Dan Ia salah satu yang tidak sanggup jika harus LDR.
Ini membuktikan jika pria itu hanya mempermainkannya. Dia tidak tulus menjalin hubungan bersamanya. Bodoh. Kenapa Renata tidak sadar selama ini. Padahal Karin sering sekali mengingatkannya bahwa tidak baik mencintai seseorang terlalu dalam. Dan ini lah akhirnya.
Matanya mengadah keatas, berharap tangisannya berhenti. Namun justru air matanya tidak mau berhenti.
"Aku pengen liat wajah kamu untuk yang terakhir"lirih Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENATA ✓ {END}
Teen Fiction[Belum di Revisi] Cowok itu berkali-kali berhasil membuat Renata bahagia sekaligus sakit secara bersamaan. Akan kah Renata akan terus bertahan dengan perasaannya?? Ayo baca ceritanya kalau mau tau kelanjutannya,Tapi jangan lupa tinggalkan jejak set...