Part 7 | Balapan

11.9K 762 2
                                    


A

L

_____________________________________________

Alsha merebahkan tubuhnya diranjang kesayangan, benda yang seperti memiliki magnet karna selalu menarik dirinya agar terus rebahan dan rebahan. Hari minggu telah mengambil alih. Tidak ada kegiatan apapun sama sekali, maksudnya kegiatan diluar rumah.

Ia baru saja menyelesaikan tugas beres-beres rumahnya pagi ini. Mencuci pakaian Leo ia kerjakan nanti sore saja. Dirinya masih lelah dan ingin bermanja-manja dulu dengan kasurnya.

Alsha menidurkan tubuhnya telentang, dengan kedua tangan yang direntangkan dan matanya terpejam sambil menikmati sepoi-sepoi angin yang masuk lewat jendela kamar yang terbuka lebar.

Tidak tidur. Ia hanya memejamkan matanya untuk meredam rasa lelah yang berkobar sebelum bunyi panggilan dari ponselnya yang
mau tak mau harus menengok siapa kah si pengganggu itu.

Tertera nama seseorang yang sangat berarti dan sangat berperan dalam kisah hidupnya. Dengan segera, ia menarik logo hijau dan menerima panggilan tersebut.

"Hallo, Tan." sapa Alsha dengan antusias.

"Hai cantik, gimana kabar kamu sama Leo? Baik-baik aja 'kan?" tanya seseorang yang ada disebrang telpon.

"Kita baik-baik aja kok, Tan."

Tidak ada masalah apapun antara Alsha dan Leo. Dan memang-nya masalah apa? Kehabisan uang makan? Oh! Itu tidak mungkin.

"Syukur deh kalo gitu. Leo lagi ngapain Al?"

"Emm... Leo-nya lagi main sama temen, Tan."
Terdengar helaan nafas disebrang sana.

"Tante tadi gak nelpon Leo 'kah?"

"Tadi udah Tante telpon, tapi gak diangkat. Mungkin lagi asik sama temennya," Fiara terkekeh pelan disebrang telpon.

Alsha tau itu hanyalah tawaan palsu untuk menutupi sesuatu yang menghimpit dada dan tidak bisa Fiara ungkapkan.

Alsha menghela nafas singkat. Terjadi lagi. Mana mungkin Leo tidak menjawab telpon karna terlalu asik dengan temannya. Sesibuk apapun Leo pasti akan menjawab telpon saat Alsha menelponnya. Ibunya sendiri yang menelpon malah tidak dijawab. Anak itu pasti sengaja.

"Yaudah, Tante tutup ya, Al."

"Oiya, kira-kira sekitar dua hari lagi Tante bakal pulang."

Alsha menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. Ia sudah rindu. Rindu dengan wanita itu, seseorang yang ia anggap sebagai ibu.

"Beneran, Tan?"

"Iya dong... tunggu ya..."

Panggilan telpon itu berakhir. Alsha mematikan ponselnya dan melempar pelan dikasur. Kembali membaringkan tubuhnya, ia ingin melanjutkan tidur. Dengan hati yang menantikan kedatangan seseorang, ia tertidur dan masuk kedalam alam mimpi.

••

Disuatu tempat yang sangat lapang. Tempat yang ramai oleh orang-orang berdominan lelaki dan berbagai macam peran dari mereka. Ada yang duduk berjejer dipinggir lokasi untuk menonton. Dan juga motor-motor sport yang berbaris dengan sang pemain yang mengendalikan.

Hanya lampu-lampu jalan yang menerangi mereka yang ada ditempat ini. Langit malam nampak kelam karna bulan tertutup awan kelabu. Dengan cahaya yang remang, mata dibalik helm itu menatap tajam kearah depan. Telinga mereka terfokuskan oleh angka-angka yang terus disebutkan, dan mengabaikan sorakan-sorakan penonton yang benar-benar riuh.

AL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang