Part 33 | Basket

5.4K 396 1
                                    


• H A P P Y  R E A D I N G •

Alsha mendudukan tubuhnya dengan rasa tidak semangat. Ia mendengus kesal saat mendengar teriakan-teriakan dari siswi-siswi yang sangat melengking dan tidak sopan masuk kedalam rungunya.

Dirinya sedang berada ditempat yang tidak ia sukai, yaitu lapangan basket. Bukannya membenci olahraga ini, tapi ia hanya tidak suka dengan kebisingan para siswi yang berteriak. Dan seperti biasa, ia berada disini karna paksaan dari Dira.

Alsha menatap horor kearah Dira yang ikut teriak-teriak histeris, dan setelah itu ia memutar bola matanya malas. Kenapa orang-orang disini seperti orang gila.

Ia kembali menghela napas dan menyenderkan punggungnya disenderan bangku penonton. Alsha mengadahkan pandangannya kearah depan, yaitu kearah dimana ada para lelaki yang sedang saling berebut bola berwarna kuning.

Alsha dapat melihat Leo dan juga Adlan yang saling berebut bola. Ia melihat raut dendam diwajah Leo, seperti cowok itu bermain dengan sengit.

Alsha mendengus saat melihat wajah Leo saat menatap Adlan. Tatapan Adlan seperti mengandung rasa dendam. Sebenarnya ada apa dengan cowok itu, bukankah Leo sendiri yang menyuruhnya untuk mencari pacar. Tapi setelah Alsha berhasil mendapat pacar, Leo terlihat sangat tidak suka dengan hubungannya dengan Adlan, ya walaupun itu semua hanya pura-pura.

Alsha tidak bisa membayangkan bagaimana jika Leo mengetahui kalau ia dan Adlan hanya berpura-pura. Apa cowok itu akan marah, atau apa. Tiba-tiba Alsha menjadi kepikiran, padahal sebelumnya ia tidak pernah memikirkan hal besar ini.

Berusaha mengabaikan suara teriakan-teriakan yang berlomba-lomba untuk masuk kedalam pendengarannya, Alsha terus memperhatikan Leo yang bergerak kesana kemari mengikuti lincahnya bola.

Adek-kakak. Sahabat. Ibu-anak. Entahlah, Alsha tidak bisa mengutarakan bagaimana hubungannya dengan Leo. Ia merasa dirinya dan Leo sudah terlanjur masuk kedalam zona saling membutuhkan satu sama lain.

Leo membutuhkannya dan dirinya juga membutuhkan Leo. Jika tidak ada cowok itu, entah bagaimana sepinya hari-harinya. Hidup sendiri tanpa orang tua dan kerabat satupun.

Dan yang Alsha miliki sekarang ini hanyalah Leo dan kedua orang tuanya yang bahkan jarang mengunjungi anak semata wayangnya ini. Cowok yang suaranya, wajahnya, kelakuannya selalu mengisi hari-harinya. Cowok yang selalu datang kepadanya untuk meminta dimasakkan. Cowok bermulut perempuan yang selalu meminta ini itu kepadanya.

Bayangkan betapa ramainya hidup Alsha dengan hanya bersama satu orang bernama Leo. Pagi, siang, sore dan malam selalu ada wujud Leo yang mengisi pandangannya. Selalu ada suara Leo yang mengisi pendengarannya.

Lalu bagaimana jika nanti tidak ada Leo dan juga kedua orangtuanya yang sangat berjasa didalam hidupnya. Alsha tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya saat tidak ada mereka. Seharusnya Alsha selalu bersyukur dan banyak berterima kasih kepada mereka. Karna mereka, hidup Alsha menjadi lebih mudah. Ia tidak sampai merasakan keterpurukan yang lama saat ia ditinggal pergi orangtuanya untuk selamanya.

Alsha tersentak dan tertarik dari lamunannya, saat ada seseorang yang mengguncang bahunya. Dan ternyata orang itu Adlan.

"Bukannya nyemangatin gue, malah asik ngelamun." ucap cowok itu diselingi kekehan.

Alsha tersenyum kikuk dan mengusap tengkuknya. "Maaf." ucapnya yang membuat Adlan kembali terkekeh.

"Iya gakpapa." ucap Adlan setelahnya.

Alsha tidak menjawab ucapan Adlan. Ia membalikan tubuhnya dan mengambil sebotol air mineral, lalu ia memberikannya kepada Adlan.

"Nih buat lo." ucap Alsha sambil menyodorkan sebotol air. Dan Adlan menerimanya dengan senang hati.

Belum sempat Adlan membuka botolnya, tiba-tiba Alsha menarik tangannya dan mengiring dirinya untuk duduk disebelahnya.

"Duduk dulu, nanti capek berdiri terus." ucap Alsha yang membuat bunga-bunga didalam hati Adlan seketika rontok dan berhamburan.

Cowok itu pun duduk dengan kikuk dan berusaha menetralkan ekspresinya dengan sedikit berdehem. Adlan meneguk air minumnya. Ia berusaha menahan bibirnya untuk tidak tersenyum karna perkataan Alsha terus tergiang diotaknya.

Padahal hanya menyuruhnya untuk duduk  tapi Adlan sudah mleyrot tak karuan. Ia merasa diperhatikan oleh Alsha, pacar pura-puranya. Ia berharap semoga cowok bernama Leo tidak datang dan menghancurkan waktunya bersama Alsha.

"Al, minum gue mana?"

Adlan langsung menoleh kearah sumber suara yang tidak ia harapkan keberadaannya. Baru saja ia berharap agar Leo tidak datang kesini, tapi malah--ah sudahlah. Ia memang tidak beruntung. Adlan kembali meneguk minumnya dengan malas.

"Nggak ada, udah gue minum."  Alsha melirik kearah botol minumnya yang sudah berkurang seperempat.

Leo melirik kearah Adlan yang hanya diam dan duduk disebelah Alsha. Lalu cowok itu menyambar botol milik Alsha.

"Ya nggakpapa Al. Kan kita udah biasa minum segelas bareng, makan sepiring berdua, tidur berdua, ma--awh!!"

Alsha mencubit pinggang Leo yang membuat cowok itu memekik dan menghentikan ocehan ngawurnya. Kemudian Alsha menoleh kearah Adlan dengan senyum kikuk.

"Gak usah didengerin, ngawur dia mah." ucapnya yang dibalas anggukkan dan senyuman oleh Adlan.

"Iya, mana mungkin lo mau makan satu tempat sama bocah itu." ucap Adlan sambil melirik kearah Leo, bermaksud untuk memberi kode.

Leo melebarkan matannya dan menatap Adlan dengan tajam. "Heh!! Lo yang bocah!!" ucap Leo menggebu tidak terima.

"Lo tuh kelakuan kek bocah." balas Adlan tak mau kalah.

Leo tidak membalas. Tapi raut dan aura permusuhan sangat kentara diwajahnya. Dan tiba-tiba Leo mencondongkan tubuhnya hendak menyambar tubuh Adlan, karna sekarang Alsha duduk ditengah-tengah kedua cowok itu. Tapi dengan cepat Alsha menyambar tangan Leo yang hampir mengenai Adlan.

"Udah! Jangan berantem. Lo mau dipanggil guru BK?!" ucap Alsha penuh peringatan yang membuat Leo mendengus kesal.

"Dia yang duluan Al!" ucap Leo mengadu.

Adlan berdecih. "Lo emang kayak bocah, umur doang tua." ucapnya yang membuat wajah Leo memerah emosi.

"Lo---"

"UDAH!!!" peringat Alsha yang membuat kedua cowok itu terdiam. Tapi selanjutnya Leo kembali bersuara.

"Usir aja dia Al, ganggu!" ucap Leo yang membuat Adlan melotot kearahnya.

"Udah-udaah... Lo nya diem aja." ucap Alsha agar mulut Leo terdiam. Dan Leo kembali mendengus kesal.

Tangan Alsha terulur dan mengusap sedikit keringat yang tersisa diwajah Leo. Dan Alsha juga merapikan rambut cowok itu yang sedikit berantakan. Dan Leo hanya diam menerima perlakuan Alsha sudah biasa untuknya.

Tapi, perlakuan Alsha terhadap Leo tak lepas dari pandangan Adlan yang tak dapat diartikan. Cowok itu menghela napas pelan.

"Yok kekelas aja, bentar lagi bell." ucap Alsha setelah merapikan rambut Leo.

Leo mengangguk dan langsung menarik tangan Alsha.

"Kita duluan ya." ucap Alsha kepada Adlan yang duduk ditempat sambil menatapnya.

Belum sempat Adlan menjawab, Leo sudah menarik Alsha untuk segera pergi.

Adlan terus memandangi punggung Alsha yang terus menjauh ditarik oleh Leo. Baru saja tadi pagi ia merasakannya, sekarang ia kembali merasakannya lagi.

Ini juga salahnya. Tak seharusnya ia menaruh hati, tak seharusnya ia berharap hubungan kontak ini akan menjadi kenyataan.

Lagi-lagi ia lupa berkaca. Ia lupa sadar diri, sadar posisi.

••

Nah update lagi kan.
Berharap bisa setiap hari update 😌.

Notif dari kalian selalu aku tunggu ya.....

See you !

Amelia 💗


AL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang