Part 28 | Mendidih

5.8K 469 19
                                    

• H A P P Y  R E A D I N G•

"Yang bener aja Al, lo pacaran sama bocah kek dia?! Kayak gak ada yang lain aja!"

Leo masih tidak percaya kalau Alsha akan mendapatkan pacar secepat ini. Dan yang paling membuatnya tidak habis pikir adalah Alsha berpacaran dengan anak kelas 11, adik kelasnya.

Leo menatap sengit kearah Adlan yang sedang merangkul pundak Alsha dengan wajah sombongnya.

"Iyalah, masa bo'ongan."

Alsha menanggapi ucapan Adlan dengan anggukkan. Dan juga wajahnya yang ia buat serius, agar Leo menjadi percaya.

"Iya bener kok. Jadi sekarang lo harus nurut sama gue." Dengan senyum kemenangan, Alsha menatap wajah Leo yang masih menampakan raut tidak terima.

"Mana bisa gitu Al, lo bo'ongan pasti pacarannya!" ucap Leo masih tidak mau kalah.

"Yeuhhh... Ngarang! Ini beneran lah!" jawab Adlan tidak terima. Wajahnya ia buat nyolot dan ia sangat meresapi aktingnya.

"Bo'ong!" Leo masih tetap kekeuh dengan perkataannya, ia benar-benar tidak yakin.
"... Masa iya sehari doang udah jadian." sambungnya lagi dengan nada menyolot.

Iya juga! Alsha tidak memikirkan hal itu. Cukup aneh jika baru sehari langsung jatuh cinta, bahkan dengan tiba-tiba. Leo tidak bisa menerka hal itu akan terjadi.

Dibalik wajah yang tenang, hati dan pikiran Alsha sungguh glagepan. Iya merasa bodoh karna tidak memikirkan hal ini. Ia melirik Adlan yang bergeming ditempat. Alsha tahu jika cowok itu pasti sedang memikirkan sebuah ide untuk menanggapi ucapan dari Leo.

"Siapa bilang seharian doang, gue suka sama kak Alsha udah lama kok. Cuma selama ini deketnya dichattan, baru sekarang gue nembaknya."

Alsha menoleh menatap Adlan dengan hati lega saat cowok itu berhasil mengeluarkan idenya. Kemudian ia mengangguk kearah Leo, mengikuti alur yang Adlan buat.

Dan Leo, ia melongo kesal. Ia masih merasa tidak terima dengan fakta tersebut.

Jadi, selama ini Alsha sudah dekat dengan Adlan. Kenapa ia tidak mengetahui hal itu, bahkan ia juga sering membuka-buka ponsel milik Alsha, dan ia tidak menemukan apapun. Bahkan kontak laki-laki diponsel cewek itu hanya dirinya dan teman-temannya. Dan untuk si Adlan, ia rasa Alsha tidak begitu mengenal bocah itu. Tapi kenapa kedekatan mereka terjadi dibelakangnya dengan begitu mulus sampai-sampai mereka menyalin hubungan hari ini.

Semua ini sungguh terjadi diluar ekspresinya. Ia kira Alsha tidak akan mendapatkan cowok dengan secepat ini. Bayangan Leo tentang membolos, tidak mengerjakan tugas, bermain seharian, semua itu hangus secara tidak terduga. Mungkin sekarang ia harus menerima konsekuesi-nya, seperti hari-hari biasanya. Mungkin sebentar lagi ia akan menjadi anak baik yang penurut, semoga saja.

Leo mendengus kesal tak karuan.

"Yaudah." singkatnya dengan perasaan kesal yang begitu dalam.

Kemudian Leo langsung pergi kedapur rumah Alsha dengan langkah penuh emosi dan tekanan, tangannya pun mengepal ingin sekali menonjok wajah bocah tengik itu.

"Dih ngambekan kayak cewek." cibir Alsha dengan tawanya. Adlan juga ikut tertawa melihat reaksi kesal dari Leo. Ia merasa puas.

Sedangkan Leo, telinganya terasa panas mendengar tawa ejekan yang tertuju kepadanya. Ia terduduk dikursi makan dengan tangan mengepal diatas meja.

"Cepet Aall!!! Gue laper!!" teriaknya seperti orang kesetanan.

Leo menoleh kearah Alsha yang berjalan menuju ruangan dapur yang gabung dengan ruang makan. Dan juga ada Adlan yang berjalan disamping Alsha. Kehadiran bocah itu membuat Leo mendidih.

"Ngapain lo disini!?" tanya Leo dengan sinis kepada Adlan yang ikut duduk dikursi makan. Ia merasa tak selera makan saat ini.

"Gue mau makan sama cewek gue lah." jawabnya memanas-manasi Leo yang wajahnya mulai merah menahan emosi kesal.

"Gaboleh! Pulang aja sana! Makan dipinggir jalan!"

Leo menolak ucapan Adlan, tidak terima jika ia harus makan satu meja dengan Adlan. Jika dirumah, ia hanya makan berdua dengan Alsha, kecuali jika Ayah atau Ibunya datang.

Dan Alsha ia menggelengkan kepalanya dan tertawa diam-diam, melihat reaksi Leo yang sangat tidak terima dengan kekalahannya. Ini menjadi hiburan tersendiri untuknya, melihat Leo yang berapi-api.

"Lah terserah gue dong." jawab Adlan membela diri. Ia mengambil gelas yang sudah berisi air putih, lalu meneguknya.

"Gak bisa! Pul---"

"Udah biarin aja. Cepet makan, teriak-teriak mulu."

Alsha memotong ucapan Leo yang ingin mengusir Adlan. Ia menaruh sepiring makanan didepan Leo, dan juga segelas air putih.

Sedangkan Leo, cowok itu mendengus kesal saat omongannya dipotong oleh Alsha. Ia melirik kearah Adlan yang duduk didepannya, tepatnya disebelah tempat duduk Alsha. Leo dapat melihat senyum miring mengejek dari bocah tengik itu. Ingin sekali Leo melempar wajahnya.

"Sini kak, duduk disebelah gue." ajak Adlan menarik kursi untuk Alsha, tanpa beranjak dari duduknya. Alsha, ia menurut saja dan segera duduk disebelah Adlan.

"Maaf ya, makanannya cuma ini doang." ucap Alsha merasa tidak enak, ia memasak ini semua dengan buru-buru.

"Gakpapa kok kak, yang penting masakanan lo." ucap Adlan menatap Alsha dengan senyumnya.

Alsha tertawa kikuk dengan Adlan yang aktingnya begitu mendalam. Dan Leo, cowok itu mencibir pelan mendengar gombalan garing dari Adlan.

"Yaudah gue ambilin ya." ucap Leo yang langsung menyiapkan piring Adlan berserta isinya.

Leo, ia menyendok makanannya dengan kasar sampai berbunyi keras, lalu menyuapkan makanannya dengan brutal. Sambil mengunyah, Leo menggenggam erat sendok miliknya, menahan dirinya agar tidak menyiram wajah Adlan dengan air segelas, saat melihat Alsha yang menyiapkan makanan untuk Adlan. Bocah itu masih punya tangan sendiri, kenapa harus Alsha yang mengambilkan.

"Makannya kok sore-sore gini kak?" tanya Adlan penasaran, karna biasanya kan ada sarapan, makan siang, dan juga makan malam. Tapi sekarang sore.

Alsha menghentikan suapannya. "Karna biasanya pulang sekolah Leo minta makan."

Adlan mengunyah makanannya sambil mengangguk. "Terus kalo malam, makan lagi gak?"

"Ya gak pasti juga sih."

Jadwal makannya tidak menentu karna Leo. Kadang cowok itu pulang sekolah langsung ingin makan, tapi terkadang juga makan malam jika tidak makan sore. Bisa juga makan sore kemudian makan malam.

"Oooh gitu ya kak."

"Kak kak kak, situ pacaraan apa adek kakak'an." cibir Leo dengan pelan, namun masih dapat didengar oleh Adlan dan Alsha.

"Iri bilang..." pancing Adlan membuat Leo kesal.

"Dih males banget gue iri sama lo!"

Adlan tidak membalas ucapan Leo, ia tertawa mengejek dan lanjut makan.

"Kak, besok berangkat sekolah sama gue ya? Gue jemput."

"Gak usah jemput-jemput Alsha! Dia berangkat sama gue. Kalo lo jemput dia, nanti gue bom motor lo!"

••

Maap kemaleman.
See you next capt...

Amelia

AL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang