Part 9 | Sihir

11.1K 725 6
                                    

Haiii...

Jangan lupa VOTE DULUUUU!

GRATIS KOK ^^

______________________________________________

•AL

Alsha menghembus'kan napas lelah. Menutup buku tulis milik Leo, lalu menyenderkan punggung-nya dikursi. Alsha melirik kearah ranjang dimana Leo tengah tertidur dengan pulas-nya. Tertidur dengan posisi yang tetap, karna jika tidur miring maka luka-nya akan tertimpa oleh tubuh-nya sendiri.

Alsha beranjak dari duduk-nya dan melangkah menuju ranjang tempat Leo berbaring. Duduk ditepi ranjang, Alsha terus mengamati wajah Leo yang damai saat tertidur.

Benar-benar tidak terasa tiga tahun lama-nya. Dari awal mereka masuk SMA, Alsha sudah menjadi pengatur Leo. Jika Leo melakukan kesalahan, pasti Alsha langsung memarahi-nya. Tak segan-segan untuk menyeret cowok itu jika ia membolos.

Alsha akan berkata ini dan itu, saat Leo melakukan sesuatu yang menurut Alsha tidak baik. Tak jarang juga, Alsha menjewer cowok itu, memarahi-nya, marah-marah kepada Leo, dan banyak lagi.

Dan semua itu ia lakukan atas ijin dari Fiara dan Arfin sendiri. Fiara mengatakan, kalau Leo susah diatur, maka dijewer saja dan juga jangan sungkan untuk memarahi Leo jika cowok itu susah dinasehati.

Tapi tidak pernah 'kah mereka berdua berfikir untuk melakukan hal itu sendiri? Melakukan tugas sebagai orang tua? Bukan-nya Alsha tidak mau mengurus Leo, tapi hanya tak habis pikir dengan mereka berdua. Sudahlah, mungkin Alsha hanya butuh menunggu, semoga mereka sadar bahwa kasih sayang dari orang tua itu lebih penting daripada lembaran kertas yang bahkan tidak bisa untuk membeli hal itu.

Masih diposisi duduk ditepi ranjang, Alsha melirik jam yang bertenger didinding kamar Leo. Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam.

Alsha menatap Leo yang sedang tertidur dengan lebam-lebam yang masih kentara diwajah-nya. Bagaimana bisa wajah-nya ikut terkena imbas. Apakah Leo tidak menggunakan helm? Atau mungkin helm-nya terlepas karna jatuh-nya terlalu keras, ah masa iya?

Oh... Atau mungkin setelah Leo terjatuh dari motor, ia langsung ditonjok oleh Arka! Ya... Mungkin begitu! Tapi itu terlalu konyol. Secara, mereka sedang melakukan balapan saat kejadian itu, dan Arka pasti lebih memilih melesat menuju garis finish daripada harus menonjok Leo. Ah sudahlah, itu tidak penting. Yang terpenting adalah Leo tidak meninggal. Alsha tidak siap jika harus diteror arwah Leo yang meminta makan tengah malam.

Alsha mengingat banyak sekali ukiran kenangan yang mereka buat. Bahkan Alsha tidak bisa jika berjauhan dengan Leo dan tidak mendapat kabar dari cowok itu. Ia akan panik dan khawatir, seakan Leo itu adalah sebuah tanggung jawab yang tidak boleh ia lalai 'kan. Padahal, Leo adalah cowok yang sudah besar dan bisa menjaga diri-nya sendiri, tapi tetap saja Alsha merasa harus ada disamping-nya dan mengatur dengan baik apa saja yang Leo lakukan.

Jika dulu, Alsha melakukan itu karna ia membalas budi atas kebaikan dari orang tua Leo. Tapi sekarang rasa-nya berbeda. Seperti memang seharus-nya ia mengurus Leo, seperti ia mengurus diri-nya sendiri.

Alsha teringat saat kejadian beberapa tahun yang lalu, saat kedua orang tua-nya kecelakaan saat akan datang keacara perpisahan-nya diwaktu SMP.

Saat itu Alsha sudah sangat panik karna orang tua-nya tak kunjung datang, padahal nama-nya sudah dipanggil oleh wali kelas untuk segera mengambil report bersama wali murid-nya. Ia terus menelpon Ayah dan ibu-nya bergantian, tapi tidak ada yang menjawab.

Hingga nama-nya diskip oleh guru, tapi orang tua-nya tak juga datang. Alsha hanya terdiam duduk dibangku-nya sambil menangis, bahkan teman-nya pun tak ada yang menemani-nya. Ya karna memang Alsha tidak pernah memiliki teman. Ia terlalu sibuk dengan belajar dan belajar.

AL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang