twenty one

1.7K 95 12
                                    

"Tunggu disini sebentar. Aku akan mengambilkan kotak P3K dan juga air untuk membersihkan lukamu."ucapku yang kemudian keluar dari kamarku sedangkan Dylan duduk menungguku di sudut kasur milikku.

Aku berjalan kearah dapur untuk mengambil kotak P3K  tersebut tak lupa membawa air yang aku isi di sebuah mangkuk untuk membersihkan luka Dylan dan bekas darah yang menempel di kulitnya.

Aku masuk kembali ke dalam kamar dan mendapati Dylan yang tengah berkeliling di dalam kamarku dan menyentuh hiasan hiasan kamarku dengan jarinya

"Duduklah disni Dylan. Aku akan mengobatimu..." ucapku membuat Dylan menatapku dan berjalan kearahku.

Dylan kemudian duduk di sudut kasur bersebelahan denganku dan setelah ia duduk aku langsung meletakan mangkuk berisi air yang aku bawa itu di atas nakas yang ada di sebelah kasurku

"Buka pakaianmu." Ucapku membuatnya menatapku dengan sebelah alis yang terangkat membuatku mengutuk diriku sendiri dengan ucapan bodoh yang aku lontarkan itu.

"Ma-maksudku, buka bajumu aku akan mengobati luka di tubuhmu.  Tak ada maksud lain." Jelasku lagi

"Kau yakin?" Tanyanya membuatku mengangguk

Dylan segera berdiri dan melepaskan kemejanya membuat aku dapat melihat jelas dimana luka luka itu berada sekarang. Dylan kemudian kembali duduk di tempat sebelumnya dan menatapku untuk beberapa detik.

"Aku akan mulai. Kau boleh menangis jika tidak kuat tapi jangan besar besar nanti dadku bisa bangun" ucapku membuatnya terkekeh

"Apa aku terlihat seperti akan menangis Vanilla?" Cibirnya

"Kemungkinan besar ya. Karena ini luka yang cukup besar. Pasti sakit sekali." Ucapku lagi membuatnya membalasnya dengan kekehan

Aku kemudian menyelupkan kain kedalam air dan mulai mengusap luka Dylan satu persatu dengan air agar steril dari darah maupun kotoran lainnya. Aku sama sekali tidak mendengar dengusan atau ringisan dari mulutnya saat aku mengusap beberapa luka yang ia dapat. Aku menatap wajahnya yang kini menatapku tanpa berkata apapun  dan itu membuatku merasa malu karena ia terus menatapku.

Aku kemudian mulai mengelap wajahnya yang ada bekas bercak darah dan sedikit mengopres di bagian memar di wajahnya

"Maaf aku memegang wajahmu" ucapku tanpa ada jawaban dari lelaki ini yang membuatku meneruskan apa yang aku lakukan ini

"Apa ini sakit?" Tanyaku saat mulai mengopres bekas luka di sudut bibirnya yang terlihat sangat dalam itu

"Tidak." Jawabnya membuatku mengangguk mengerti dan melanjutkan mengelap lukannya itu perlahan

"Dylan luka apa yang pernah membuatmu kesakitan?" Tanyaku penasaran pasalnya sejak tadi ia sama sekali tak merasa kesakitan dengan luka separah ini.

"Luka tembakan yang aku dapat di perutku. Itu luka paling dalam yang aku dapatkan bahkan aku hampir mati karena peluru itu hampir menembus organku." ujar Dylan menunjuk pada  bekas luka tembakan itu. Yahh itu sangat menyeramkan aku mengarahkan jariku kearah bekas luka itu dan merasakan masih ada tonjolan bekas jaitannya itu dikulit Dylan. Betapa dalam luka ini sebelumnya.

"Astaga menyeramkan sekali Dylan. Untung kau selamat..." ucapku fokus kearah luka itu

Dylan langsung menahan tanganku dengan wajah yang memerah membuatku memberhentikan aktifitasku itu dan menatapnya bingung

Wound HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang