fourty three

1.3K 93 38
                                    

"Can you be mine?"

Diatas motor?

Ia memang sangat berbeda.

Ia bahkan menembakku diatas motor yang berjalan dalam kecepatan kencang.

Apa yang harus aku jawab?

Motor mulai melambat dan kemudian menepi di samping trotoar jalan yang sudah ada motor motor juga disana

Wow ternyata kincirnya jauh lebih besar dari bayanganku

"Ayoo" ucap Dylan yang langsung merangkul pundakku berjalan kearah kincir raksaksa itu

"Besar sekali ternyata"

"Tentu saja Vanilla, sebentar aku akan membeli tiketnya dulu—"

"Okey" ucapku menunggu sambil mengambil beberapa potret foto london eye

Bagaimana cara membuat kincir sebesar ini?

Apakah pakai manusia atau tangan robot?

Sudahlah jangan di pikirkan nanti aku bisa penasaran sendiri.

"Ayooo" Ucap Dylan sambil membawa dua tiket di tangannya

"Yess" ucapku yang langsung berlari kearah pintu masuk membuat Dylan segera membuntutiku

Kami masuk ke dalam kincir yang di penuhi dengan beberapa orang. Berbeda dengana kincir wahana, kincir ini di naikin dengan berdiri dan full kaca jadi kita bisa melihat pemandangan dari dalam sini

Aku segera melihat kearah jendela full kaca itu pemandangan pemandangan kota London

"Sungai apa itu Dylan?"

"Sungai thames london"

Dylan merangkulku dari belakang dan mengunci tubuhku dengan tubuhnya membuat tubuh kami benar benar dekat

Aroma mints dan juga sedikit Vanilla membuatku benar benar nyaman dengan posisi kita yang seperti ini

"Pemandangannya sangat cantik sekali, apa lagi saat senja seperti ini" ucapku membuka omongan agar tidak canggung

"Ya cantik sekali—" ucapnya membuatku melihat kearahnya yang kini terus menatapku

"Sungainya?" Ucapku membuat Dylan menggeleng

"Kau." Jawabnya sambil membenarkan rambutku

Kupu kupu di perutku berterbangan  kesana kemari saat mendengar ucapannya tadi.

Sial satu kata yang keluar dari mulutnya berhasil membuat jantungku berdetak tak normal

"Kau menyukainya?" Ucap Dylan 

"Ya aku suka. Ternyata pemandangannya jauh lebih indah dari bayanganku" ucapku

Kami turun dari kincir angin dengan Dylan yang berjalan menyamai langkahku.

"Jadi—"

"Jadi apa?" Ucapku bingung

"Can you be mine?"

"Ha?"

"Answer me."

"Uhm aku mau Dylan." Ucapku

"Kau percaya padaku?"

"Ya aku percaya padamu, tolong jangan hancurkan kepercayaanku lagi karena aku tak tau apakah aku bisa memaafkanmu lagi."

"I will try, i will try to be better everyday for you. I love you Vanilla"

"I love you too Dylan—"

Wound HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang