twenty nine

1.6K 92 23
                                    

"Ohhh okey. By the way kini salah satu dari mereka berjalan masuk ke dalam-"

Jangan sampai-,

Apa yang aku fikirkan terjadi.

"Cafe." Ucap Megan melanjutkan kata katanya

Matilah aku.

"Selamat datang di cafe kami. Ada yang bisa di bantu?" Ucap pelayan bersamaan dengan suara pintu yang terbuka

Sial sial. Jangan bilang yang masuk adalah Matthew

Aku makin menundukan kepalaku menyembunyikan diriku hingga aku mendengar langkah kaki yang menghampiri meja kami makin mendekat

"Akhirnya kita bertemu lagi Vanilla Aderson" ucap pemilik suara langkah kaki tadi membuatku dengan terpaksa menegakan tubuhku dan menatapnya balik

"Kau mengenalnya V? By the way dia sangat tampan" bisik Megan sambil menyentuh lenganku dengan jarinya

"Boleh aku duduk di sini?"

"Tida-"

"Tentu boleh silahkan." ucap Megan memotong ucapanku dengan memamerkan deretan giginya pada Matthew

Sial.

"Thanks" ucap Matthew kepada Megan yang membuatnya mengangguk sambil tersenyum

Megan sama sekali tak tau bahwa laki laki yang duduk di depannya sama sama mematikan seperti Dylan. Astaga. mungkin jika ia tau ia akan berteriak dan lari dari hadapan Matthew sekarang.

"Senang bertemu denganmu lagi Vanilla, kini aku makin kesulitan mampir ke rumahmu karena outlaws terus mengawasi rumahmu secara bergantian setiap harinya-, sial. Bagaimana? apakah kau sudah merindukanku?" Ucapnya dengan senyuman yang menyeramkan itu

"Wow-" celetuk Megan tak percaya dengan ucapan si bodoh ini.

"Aku? Merindukanmu? Astaga segeralah bangun dari mimpimu Matthew." ucapku sarkastik membuatnya terkekeh kecil seperti menikmati kata kata kasar dari mulutku

"Hahahaha kau makim menggemaskan, jika menjadi galak seperti itu." ucapnya yang membuatku geli

"Kau ada masalah dengan dia?" Bisik Megan membuatku menggeleng kecil
"Segera selesaikan masalah kalian." Tekannya sambil menepuk pundakku pelan

"Megan-"

"Okey aku ke kamar mandi dulu. Kalian jadi bisa mengobrol berdua hingga aku kembali-, selesaikan masalah kalian dengan baik baik."

"Megan dont-" ucapku menahan tangannya tapi ia malah tersenyum kearahku seperti mengintruksiku untuk mengobrol dengan Matthew dan kemudian ia melesat pergi

"Temanmu cukup pengertian."

"Tak perlu menilai dirinya. Jika ia tau siapa kau, ia takan meninggalkanku bersamamu." Ucapku kesal

"Calm down Vanilla. By the way mengapa tadi bersembunyi saat melihatku? Apa aku setampan itu, hingga mengejutkanmu?"

"Cih! Aku? Bersembunyi? Darimu? Kau salah lihat mungkin. Dan berhenti berkata menjijikan seperti itu. Kau membuatku mual." ucapku berbohong dan bergaya seperti tak takut dengannya padahal kini aku benar benar takut. Untung saja banyak orang di sini jadi aku bisa minta pertolongan mereka jika Matthew melakukan hal jahat padaku.

Wound HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang