fourty two

1.4K 90 44
                                    

Dylan POV*

"Drox berniat menjadikanku mangsanya? Dan berniat untuk menjualku?" Ucap Vanilla dengan mimik wajah kecewanya

Aku telah siap untuk semua ini, dia terlalu baik untukku dan aku sudah sering memanfaatkan kebaikannya itu. Aku tak mau jika ia tau ini dari orang lain dan aku tak mau terus menerus menyembunyikan ini darinya

"Kau membiarkanku mendekatimu karena ingin menjualku?" Ucapnya lagi dan melepaskan tangannya dari kepalaku, ia memberi jarak antara tubuhnya denganku membuatku menahan tubuhnya agar tidak pergi dariku

"Itu ide awalnya, sampai pada akhirnya kau malah mengajakku untuk berpura pura berpacaran. Dan apa yang Drox inginkan tak pernah ia dapatkan karena aku jatuh cinta padamu Vanilla" ucapku sambil mengelus rambutnya lembut ia tak mau menatapku dan membuang muka dariku menahan tangis yang seperti akan pecah. Aku menyakitinya lagi, dan lagi. Aku kembali membuatnya menangis. Aku memang benar benar bodoh

"Apa sekarang kau sedang berbohong lagi? Kini aku sulit membedakannya."

Shit.

Tidak Vanila

"Tidak. Tentu tidak Vanilla." Ia memejamkan matanya sejenak dan kemudian ia kembali menatapku lagi

"You really love me Dylan?" Ucapnya

"Ofcourse yess, i love you Vanilla" ucapku membuatnya bungkam
hingga-

"I forgive you, aku sudah tau ini akan terjadi tapi aku tidak yakin jika kau sendiri yang akan memberi tauku."

"Kau sungguh memaafkanku?"

"Ya Dylan. Tapi berjanjilah padaku, kau tidak akan mengulanginya lagi" ucap Vanilla membuatku menatapnya tak percaya

Apa dia serius?

Dia memaafkanku?

"Ya Vanilla, aku tidak akan pernah melakukanya lagi"

Vanilla POV*

Aku tak bisa kembali marah dan lari dari hadapannya, aku juga berterimakasih karena dia sudah mau jujur padaku

Kecewa dan marah? Yahh memang pada awalnya itu yang aku rasakan. Namun setelah melihat bagaimana ia melindungiku dan hampir mati berkali kali membuatku berfikir untuk tidak egois padanya. Ia terlalu hancur dan kesepian maka dari itu ia sulit untuk peduli dengan orang lain, aku tau ia terus mencobanya, mencoba untuk menghilangkan sifat buruknya dan terkadang saat sifat itu kembali muncul kini ia mulai mengontrolnya dan meminta maaf padaku saat ia salah.

Yahhh karena dia Dylan. Dan menurutku dengan kejujurannya kali ini membuat hatiku sedikit terketuk untuk memaafkannya.

"Dylan if you do it again? I will disappear from your sight." Ucapku membuatnya memasang wajah cemas sambil mengangguk

Yahh kami kembali akur lagi, aku mulai melanjutkan cerita tentang sekolah dan dia terus menerus tersenyum sambil menatapku

"Berkencan seperti apa yang kau inginkan?" Ucapnya random

"Umm- seperti yang ada di dalam novel novel, pergi bersama orang yang kau sayang ketempat tempat yang kita inginkan, bergandengan tangan, berpelukan dan saling bertatapan. Astaga aku terlalu banyak membaca novel ternyata."

Wound HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang