thirty five

1.4K 96 29
                                    

"Pesanan Mss. Vanilla-" teriak barista membuatku segera melepaskan tatapan kami dan mengambil coffeku , mencoba untuk mengalihkan fikiranku dan pergi tanpa memikirkan apa apa

Ia menangkap pergelangan tanganku dan berhasil membuatku berhenti lalu kembali menatapnya

Abaikan dia V

'Lupaka dia Vanilla jika ingin hidup tenang dan terhidar dari rasa sakit'

'Cinta bagi dia hanya sebuah permainan'.

Ingat kau bukan siapa siapanya. Ia yang mengatakan itu padamu. Sadarlah V jangan terbuai olehnya

"Lepas-"

"I am sorry-, aku minta maaf untuk semuanya Vanilla. Aku menyesal. Kumohon maafkan aku." Ucap Dylan berhasil membuatku kembali menatapnya, ia menatapku dengan tatapan penyesalannya. Aku tak tau ini nyata atau hanya aku yang berharap ia melakukan itu.
"Vanilla dengarkan dulu-"

Bersikap biasa saja V. Jangan terbuai

"Okey. Pertama tama lepaskan dulu tanganku." Ucapku melepaskan tangan Dylan yang menggenggam tanganku
"Kau minta maaf padaku? Minta maaf untuk apa Dylan?" Ucapku

"Maaf untuk semuanya, maaf karena di koridor sudah berkata kasar padamu"

"Tidak apa apa lagi pula aku sudah terbiasa dengan sikap kasarmu? Bukankah lazim bagi soarang Dylan Alexander Moore untuk menyakiti sessorang?" Ucapku berusaha menahan emosiku sedangkan dia hanya menatapku dengan tatapan yang tak pernah kulihat

"Aku lepas kontrol saat itu Vanilla-"

"Aku berharap tak pernah bertemu denganmu lagi Dylan. Jadi jangan ganggu aku lagi" Ucapku yang berhasil membuatnya bungkam
"Aku duluan." Ucapku lagi yang langsung mengambil pesanan coffeku dan berjalan dengan secepat mungkin berharap ia tak memanggilku lagi.

Aku tak menyangka aku bisa berkata seperti itu padanya.

Apa itu begitu mengejamkan? Rasanya seperti aku adalah orang paing jahat di dunia ini.

Itu semua tidak penting, yang terpenting aku harus segera pergi menjauh dari sini, karena aku tau sifat Dylan seperti apa. Ia takkan pernah berhenti berusaha untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

Sial.

Mengapa aku malah lewat jalan alternatif yang dulu menjadi tempat dimana aku hampir di perkosa dan saat itu Dylan-

Lupakan soal dia.

Semoga saja tidak ada preman yang menongkrong dan mengangguku.

Aku melihat kearah kerumunan anak anak muda yang sedang menongkrong di pinggir jalan, dua di antaranya memakai baju bebas dan memiliki banyak tatto.

Sial.

Sepertinya mereka tidak baik.

Aku akan putar balik saja. Lebih baik bertemu Dylan dari pada-

"Haii gadis cantik, kau menyakiti hati kami. Mengapa memutar balik sayang?" Ucap salah satu dari mereka membuat mereka semua berjalan mendekatiku

Aku segera berlari ke arah sekolah lagi namun mereka lebih dulu mencegatku dan mengitariku membuatku berada di tengah tengah lingkaran itu.

"Satu kecupan kecil sebagai tiket keluar dari arena ini." Ledek laki laki yang memiliki tatto dengan senyum jahat di bibirnya

"Tidak akan! Kau fikir aku wanita murahan?!"

Wound HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang