thirty

1.8K 85 5
                                    

"Dylan-"

"Uhm?"

"Bolehkah aku merawat wajahmu?"

Save me god :(

Semoga saja ia tak mengamuk dan mencabik cabikku

"Maksudmu?" ucapnya sambil mentapku bingung

"Sudahlah tidak jadi. Jika kau tau, kau pasti akan marah." ucapku lirih sambil kembali merapihkan masker masker yang telah aku pilih tadi untuk Dylan

"No-, do it what you want"

"Wait, what? Benarkah?"

"Ya ya ya, cepatlah sebelum aku berubah pikiran."

"Yess yess yess, aku mencintaimu." Teriaku padanya membuatnya terkekeh sambil menatapku

"Kau benar benar mencintaiku?" Ledeknya

"Tidak. Aku membencimu." Ucapku kesal

Aku mengambil kembali masker, pembersih wajah , kapas, toner, roller wajah dan juga beberapa serum yang aku punya yang langsung aku letakan ke dalam kotak agar mudah untuk aku bawa ke kasur secara bersamaan

Dylan menatapku bingung saat aku datang sambil membawa box lumayan besar keatas kasur

"What? Sebanyak ini? Aku menyesal mengizinkanmu-"

"Berhenti mengeluh. Kau akan menyukainya" ucapku
"Berbaringlah disini" ucapku menepuk bantal yang membuatnya mengikuti intruksiku

"Apa ini akan perih di wajah?"

"Hahaha kau kawatir dengan masker jika itu akan perih di wajahnmu? Tapi kau tak pernah kawatir dengan luka tusukan yang bahkan jauh lebih perih di tubuhmu-"

"Its different Vanilla." Ucapnya dengan mimik wajah serius

"Ya ya ya jangan marah. Ini tidak akan perih, Dylan. Trust me" ucapku sambil mengambil beberapa masker dan menunjukan padanya
"Pilih salah satu yang menurutmu bagus"

"Ini" ucap Dylan menunjuk asal. Lalu aku mengambil masker yang ia pilih dan meletakannya di atas perut Dylan

"Lalu pilih masker bibir yang kau mau-"

"Ini" ucap Dylan lagi membuatku kembali meletakan masker bibir itu di perutnya

Aku melakukan itu berulang kali pada masker bawah mata, serum dan juga toner yang akan aku apply ke wajahnya

"Are you ready?" Ledekku

"Aku mulai tak percaya denganmu. Kau kini terlihat menyeramkan" ucapnya membuatku langsung mencubit pipinya gemas yang membuatnya terkekeh

Aku mulai membersihkan wajahnya dengan pembersih wajah dan setelah itu aku mengoleskan toner ke wajahnya agar wajahnya makin bersih

"Ini cairan apa lagi? Mengapa terasa dingin?"

"Ini toner yang aku simpan di kulkas skincareku" ucapku menunjuk ke kulkas kecil di samping meja riasku

"Toner? Sejenis apa itu?"

"Kau takkan tau juga Dylan jika aku menjelaskannya. Apa kau menikmatinya?" ucapku sambil mengipas wajahnya dengan sebelah tanganku

"Ya. Tanganmu memang yang terbaik dalam hal apapun" ucapnya dengan wajah mesum itu yang takku hiraukan
"Vanilla-"

"Um?" Ucapku kembali menatap kearahnya

"Apa kau masih menyukai Zach?"

"Apa maksud dari pertanyaan itu? Mengapa kau bertanya? Soal Zach-"

Wound HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang