BAGIAN 1

1.5K 61 2
                                    


_JIA_

Jia tersenyum lebar mengulurkan senyuman manis kepada kedua orang tuanya. Begitupun sebaliknya, Nada dan Genan selalu memasang senyuman manis yang akan mereka ulurkan kepada putrinya.

"Pagi ma, pa." Sapa Jia mengambil posisi duduk disalah satu kursi meja makan.

"Pagi juga tuan putri, " sahut Genan memberikan roti lapis yang sudah disiapkan Nada.

Ketiganya saling bertukar sapa, menghabiskan sarapan masing-masing lalu kembali terhening sekejap.

"Gimana sekolah kamu?" Tanya Nada kepada Jia.

Jia yang merasa ditanya, dia langsung menghentikan aktifitas nya yang tengah memainkan ponsel.

Jia tersenyum kecil, "baik ma. Baru dua hari aja Jia udah ngerasa nyaman sama sekolah Jia." Sahut Jia jujur.

Nada dan Genan mengangguk, lega rasanya memberi kenyamanan yang layak untuk Jia.

"Jia, kalau kamu ngerasa nggak nyaman, kamu bilang aja sama papa." Ucap Genan menatap putrinya antusias.

Genan memang seperti itu. Sayangnya kepada Jia begitu besar. Sangat memanjakan sang empu, dan selalu bersikap berlebihan untuk kenyamanan Jia.

Berbeda dengan Nada, dia memang sayang dengan Jia, tapi Nada tidak bisa terlalu memanjakannya. Nada tidak mau kalau Jia akan tumbuh menjadi gadis manja yang tidak ber atittude baik.

"Siap. Pokoknya papa tenang aja, " balas Jia santai.

Meskipun tumbuh dengan sesuatu yang serba ada, bahkan lebih, Jia masih tetap menjadi gadis yang sederhana. Baik, dan sopan.

Hanya saja, gadis itu terlalu polos. Lembut, dan tidak bisa menerima perlakuan kasar.

Mungkin karena efek sedari kecil yang selalu diperlakukan bak Puteri raja.

Jia tersenyum samar ketika mengingat seseorang. Dia.. Vero. Ah entahlah, senang saja kalau mengingat wajah Vero yang sangat tampan.

"Jia kamu dengerin papa nggak sih?" Akhirnya suara Genan itu berhasil membuyarkan lamunan Jia.

Dan spontan Jia refleks menjatuhkan garpu dan pisau makannya dari tangannya karena terkejut.

"Eh iya pa Jia denger. Yaudah, Jia berangkat ya ma pa." Ucap Jia gelagapan pergi.

Jia mencium pipi Nada pelan, begitupun sebaliknya. Setelah perginya Jia, saat itu juga Genan langsung mencium pipi isterinya dan pergi untuk kekantor.

Cup..
"Berangkat dulu ya, " izin Genan.

"Hati-hati mas, " ucap Nada yang mendapat anggukan kepala dari Genan.

Nada tersenyum kecil melihat kepergian anak dan suaminya. Sekarang Jia sudah tumbuh besar dan sangat cantik.

Dia benar benar cantik, mirip sekali dengan Nada. Namun nasib mereka sama. Ketika Jia mendapatkan kasih sayang seorang ayah dan ibu yang begitu tulus, hal itu tidak berlaku kepada Nada.

Ah entahlah, Nada takut kalau Jia akan mengetahui masalalu ibunya yang selalu dipuja-puja.

Sejak kecil, Jia selalu mengira kalau Nada adalah gadis yang terlahir di keluarga kaya berlimpah kasih sayang. Nyatanya, tidak.

JIA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang