BAGIAN 15

330 29 2
                                    


_JIA_

Jia menghela napas perlahan, entahlah semuanya sangat mengesalkan. terlebih kepada mamanya, Jia kesal karena Nada sudah melupakan waktu pulang sekolah Jia.

gadis itu sering berdecak. hari semakin sore, sekolah juga semakin sepi hanya tersisa beberapa motor dan satu mobil terparkir didepan sekolah.

Bagaimana kalau Nada benar-benar tidak menjemput Jia? bagaimana kalau Jia akan tetap ada disekolah sampai pagi lagi?.

kalau saja Jia tahu ini akan terjadi, Jia yakin pasti dia akan menunggu bus halte saja tadi.

"Jia?" panggil seseorang mendekat.

tanpa berpikir panjang, Jia langsung menoleh. ia tersenyum lebar ketika mendapati pak Irfani di belakangnya.

"pak Irfan,"

Irfan terus mendekat, dia mengedarkan pandangan sekitar mencari seseorang yang tengah ditunggu anak muridnya itu.

"kamu ngapain disini?" tanya pak Irfan menatap Jia bingung.

Jia menghela napas pelan, "nunggu mama jemput. tapi nggak dateng-dateng." sahut Jia masih dengan senyuman kecilnya.

"yaudah ayo mau bapak anterin?" tawar Irfan yang berusaha menyudahi masalah Jia.

tentu saja Jia menolak. dia menggelengkan kepala tidak setuju karena arah rumah keduanya sangat berlawanan.

"ah nggak usah pak, Jia yakin bentar lagi mama dateng kok. lagian arah rumah bapak, sama Jia kan berlawanan." ucap Jia menolak halus.

tiba-tiba perhatian Jia teralihkan melihat kedatangan seseorang. dia Vero, yang kedatangannya selalu dinantikan oleh tokoh utama kita.

wait, tapi Vero tidak sendiri. ada seorang gadis yang berjalan disampingnya, dia Bella.

senyuman lebar yang terbingkai di wajah Jia spontan hilang. gadis itu berekspresi datar melihat kedekatan Vero dan Bella.

tumben tidak biasanya kok seperti itu.

Jia berpikir, setelah ide cemerlangnya terlintas, saat itu juga sang empu kembali tersenyum lebar.

"bapak nggak usah mikirin Jia, tapi kalo bapak mau bantu Jia, Jia bolehin deh." ucap Jia memancing.

Lah gimana ini? apa maksud Jia?.

"maksud kamu?" tanya pak Irfan, yang mendapatkan senyuman Jia lebih lebar.

"itu," tunjuk Jia ke arah Vero.

sejenak pak Irfan mengerutkan dahi. tapi hal itu tidak berlangsung lama karena sang empu adalah tipe orang paling peka yang pernah Jia temui.

"Vero, Vero sini." panggil pak Irfan melambaikan tangan kanannya.

tanpa bertanya, Vero langsung berjalan mendekat disusul oleh Bella dari belakang.

"kenapa pak?" tanya Vero setelah sampai didepan Jia dan pak Irfan.

Irfan menepuk pelan bahu Vero, tersenyum tipis. "tolong kamu anterin Jia pulang ya. dia nggak ada yang jemput. lagian arah rumah kalian kan sama." jelas Irfan yang langsung mendapatkan tatapan tidak suka dari Vero.

JIA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang