BAGIAN 19

292 27 0
                                    


_JIA_

"mending juga gue kemana mana daripada lo, yang jelas jelas kedatangannya nggak di arepin, tapi tetep aja kekeh. apa sih kalau bukan murahan namanya?" sinis Bella melipat kedua tangannya kedepan.

Nada menatap Bella tidak suka. bisa bisanya tangan Nada kaku membiarkan Bella terus menrocos tanpa menggamparnya.

"gue bantu ingetin ya, Vero nggak pernah ngarepin kedatangan lo. jadi-"
"heeey!! ngaca braderrr!" sergah Nada yang sudah tidak bisa lagi menahan emosi.

Nada pun berjalan pelan mengelilingi Bella yang sudah terdiam.

"lo nggak punya kaca? lo lupa kalo Vero juga nggak ngarepin lo?!" bentak Nada tersenyum miring.

tidak mau kalah, Bella juga tidak diam sampai disitu. sang empu juga kembali melontarkan ucapan-ucapannya kepada Jia dan Nada.

"gue sadar kok. tapi seenggaknya, gue beda dari sahabat baru lo itu." balas Bella lalu pergi tanpa mengucapkan permisi sedikitpun.

dengan tatapan sendunya, Jia menatap Nada sedih. matanya sudah berkaca kaca siap menerjunkan air mata.

Jia menangis sesenggukan di dalam dekapan Nada. karena ulah seseorang yang sama. lagi lagi Vero berhasil membuat Jia sedih.

"udah Jia, lo nggak usah dengerin omongan cecenguk itu ya." ujar Nada menerima pelukan Jia.

dengan napas yang tidak beraturan, Jia pun kembali menetralkan tangisnya. tidak seharusnya dia menangis karena perbuatannya sendiri.

Vero benar, siapa yang berbuat pasti dia yang akan menuai. apapun hasilnya, baik atau jelek mereka yang sudah berbuatlah pasti akan menuai.

"terus Jia harus gimana Nada? apa Jia harus berhenti sampai sini?" tanya Jia melonggarkan pelukannya.

dengan menatap juga, Nada mengangguk semangat. tentu saja Jia harus berhenti. bukan berhenti karena menyerah, berhenti yang Nada inginkan adalah berhentinya Jia sejenak yang terus mengharapkan Vero.

"jauhin Vero dalam waktu lima hari terakhir ini bisa?" tanya Nada tanpa basa basi.

Jia mengerutkan dahi, "maksud Nada?"

"gini ya Jia, sekarang ini di sekolah lagi panas-panasnya nge-ghibahin lo sama Vero sebagai topik trending. "

"lo tau kan kalau Vero nggak suka di bicarain? nah, dalam waktu beberapa hari ini lo harus jauhin dia. kasih dia waktu untuk nenangin diri dan bisa nerima semuanya kayak biasa." sambung Nada menjelaskan.

Jia berpikir, "harus banget ya gitu?" tanya nya.

"ya iyalah. lima hari doang kok."
"emang Jia harus ngapain aja Nad?"

Nada tersenyum penuh kemenangan, dia yakin pasti rencananya ini akan membantu Jia dalam mengatasi masalahnya.

"jangan ngasih perhatian sedikitpun, lupain roti lapis kesukaan Vero, jangan kontekkan sama dia, jangan manggil, ngajak ngomong, pokoknya jauhi dia untuk lima hari terakhir."

***
Jia menghela napas pelan. saran yang ia dapat dari Nada memang tidak terlalu berat untuk Jia lakukan. tapi, kalau Vero jauh dari pengawasan Jia apa Bella akan membiarkan sang empu dan tidak mendekatinya?.

ketakutan Jia hanya satu, yaitu Bella. Jia takut kalau sewaktu waktu Bella akan berhasil kembali mendapatkan Vero seperti yang dia inginkan.

arrghh.. entahlah, semuanya sangat membingungkan. sayang sekali jika rencana cerdas dari Nada tidak di gunakan. tapi sayang juga kalau gebetan jatuh kedalam pelukan mantan.

tidak lama kemudian, perhatian Jia berhasil teralihkan dengan keramaian di depan kelas IX IPA 1.

lebih tepatnya kelas Vero. saat ini jam sudah menunjukkan jam 4 sore, dan semua murid sudah mulai pulang sedikit demi sedikit yang tersisa beberapa siswa.

tanpa berpikir panjang, Jia langsung mendekat. dan benar dugaannya, ternyata itu adalah gerombolan Vero cs yang tengah bercanda gurau.

"hai Vero, " sapa Jia tiba tiba.

spontan, tawa lepas yang tadi Jia dengar kini langsung terhening sepi. semua orang menatap Jia dengan arti tatapan yang berbeda beda.

"hai juga Jia, " sapa Leon mewakilkan.

Jia tersenyum kecil, dia terdiam karena bingung harus berkata apa.

"cabut. males gue liat dia disini." sinis Vero menatap Jia tidak suka.

Jia hanya tertunduk. dia tidak bisa berkata apa apa karena Jia takut. dia juga tahu pasti Vero tengah marah besar kepada Jia.

"Vero tunggu, "

sebelum Vero pergi bersama cs nya, saat itu juga Jia berhasil menahan tangan sang empu.

"gimana roti lapisnya suka?" tanya Jia tersenyum tipis.

Vero juga tersenyum. senyum nya sangat berbeda dari Jia yang tersenyum manis dan sangat tulus.

tanpa berperasaan, Vero langsung menepis kasar tangan Jia. dia juga tersenyum miring merasa muak dengan sikap Jia.

"maksud lo itu?" tunjuk Vero menunjuk kotak bekal milik Jia didalam tong sampah depan kelas.

mata Jia mengikuti arah tunjuk Vero, dan saat itu entah mengapa kaki Jia tiba tiba melemas.

sungguh, Leon sangat iba. jika saja Jia adalah adik atau kerabatnya, Leon yakin pasti saat ini dia sudah menampar kasar mulut Vero itu.

"sorry nggak kemakan. gue alergi dapet makanan dari perempuan nggak tau diri kayak lo." sambung Vero semakin tersenyum miring.

degg..

Jia memegangi dadanya yang terasa sesak. tidak tahu diri?.

"sebenci itu ya, Vero sama Jia." lagi lagi Jia berhasil menghentikan langkah Vero dan ketiga temannya itu.

dan lagi lagi juga, Vero kembali menoleh dan menatap Jia sinis.

"ya. gue benci sama lo." ucapnya seraya mengepalkan kedua tangan erat.

"apa yang bisa Jia lakuin biar Vero nggak benci sama Jia?"
"menjauh. jauhi hidup gue, dan jangan pernah dekat-dekat lagi!" tegas Vero kali ini pergi melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Edgar dan Ervin menatap Jia kasihan. tapi Jia, dia malah mengulurkan senyuman manis kepada keduanya, se akan tidak terjadi apa apa.

melihat kepergian Vero dan teman temannya, Jia menghela napas berat. ia tersenyum getir menatap kotak makannya yang sudah kotor di dalam tempat sampah.

"kalau itu mau Vero, Jia bisa kok ngabulin semuanya. dan Jia berharap, semoga dengan usaha Jia menjauhi Vero itu Jia bisa perlahan lupain Vero sepenuhnya."

Next Part
.
.
.
.

ig. uv.heart01

Pecalungan, 29 April 2021.

JIA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang