BAGIAN 5

442 34 0
                                    


_JIA_

Hm. Hari ini adalah hari terindah untuk Jia. Tentu hari indah, selain tadi pagi Vero mau menerima bekalnya, tadi sore juga sang empu menawarkan tumpangan Jia untuk pulang bersama.

Arggh.. senangnya. Berkat postingan viral di lambe sekolah itu kini Vero berubah. Dari yang tidak tersentuh, sampai seakan sang empu bisa menerima kedatangan Jia perlahan.

Jia yakin, cepat atau lambat pasti hari itu akan datang. Hari dimana seorang Jia Amaro Lexandra bisa menjalin hubungan lebih dari kata teman dengan Vero.

Ceklek...

Pelan-pelan pintu kamar Jia terbuka, dan saat itu juga Jia langsung diperlihatkan seorang wanita cantik paruh baya yang tengah melempar senyuman manis kepadanya.

"Hai ma, " sapa Jia hangat.

Tak mau kalah, Nada juga membalasnya dengan hangat. "Hai,"

Nada tersenyum kecil, ia mengambil posisi duduk di samping Jia yang tengah membenarkan posisi duduknya.

Saat menyadari anaknya sering tersenyum tipis, Nada langsung mengerutkan dahi bingung di buatnya.

"Kamu kenapa kok senyum-senyum sendiri?" Tanya Nada mengelus pelan surai hitam putrinya.

Jia bukan tipe gadis yang suka menyembunyikan perasaannya dari orang-orang terdekatnya. Tentu saja dia akan menceritakan semua yang terjadi sejak dua hari terakhir.

"Tadi bekal Jia di terima ma sama dia." Sahut Jia tersenyum lebar.

"Dia siapa?"
"Dia yang Jia sukai. Jia suka sama dia, cowok dingin yang anti banget sama cewek."

Keduanya saling menatap, Nada bingung dan Jia merasa senang karena realitanya tidak terlalu jauh dari ekspektasi.

Hm memang sih 'cuma' sekedar bekal diterima, tapi hal itu adalah hal yang luar biasa untuk seorang Jia.

"Cowok siapa? Kamu udah mulai suka sama lawan jenis?" Tanya Nada tidak berekspresi.

Tanpa Jia sadari, raut wajah mamanya itu mulai berubah saat mendengar ucapan Jia tadi.

"Astaga mama, ya suka lah. Wajar juga kali kalo Jia suka, orang dia ganteng banget kok." Sahut Jia masih setia dengan senyuman lebarnya.

Nada menghela napas berat. Perasaannya kacau, dia belum siap mengetahui putri semata wayangnya sudah suka dengan lawan jenis.

Bukan karena terlalu mengekang, Nada hanya tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi kepada Jia. Seperti dia di masalalu, Nada tidak mau putrinya itu juga merasakan sakit hati setelah menjalin hubungan dengan lawan jenisnya.

Nada menggelengkan kepala berkali kali. Dia menyentuh tangan Jia, yang langsung dijadikan pusat perhatian oleh sang empu.

"Nggak Jia, kamu nggak boleh pacaran. Mama nggak ngizinin kamu pacaran." Ucap Nada mendapatkan tatapan bingung dari Jia.

Sejenak Jia menatap Nada antusias, berusaha mencari jawaban apa yang namanya maksud dengan berkata demikian.

"Ma, Jia suka sama dia. Cuma sekedar suka kok, kita nggak pacaran-"
"Belum Jia. Tidak ada yang tau tentang hari esok. Mungkin aja kalian bakal pacaran kan?."

Jia menghela napas pelan, di terima bekalnya saja sudah membuatnya senang. Apalagi kalau ucapan Nada itu benar, Jia yakin dia pasti akan serangan jantung dadakan.

"Maunya sih gitu, tapi kayaknya itu halusinasi Jia yang paling tinggi deh ma. " Ucap Jia sedih menekuk wajahnya malas.

Nada mengerutkan dahi, "kenapa?"

JIA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang