BAGIAN 2

666 50 0
                                    


_JIA_


Setelah perginya Vero cs, saat itu Arbela langsung mendekati Jia. Ia tersenyum kecil, menahan tawa nya yang sebentar lagi akan meledak.

"Jadi gimana, masih ada niatan untuk ngincer Abang tembok?" Tanya Arbela menggoda.

Jia menatap sahabatnya itu dengan tatapan tidak terima. Ternyata Arbela belum tahu siapa Jia.

"Niatnya masih numpuk. Jia nggak bakal nyerah gitu aja cuma gara-gara hal kecil ini." Ucap Jia pergi meninggalkan kantin dan Arbel.

***
Hari ini sepulang sekolah Jia memutuskan untuk mampir ke rumah Arbela.

Sebenarnya Jia tahu kalau keputusannya ini sangat salah. Terlebih dia tidak memberi tahukan kepada orang tuanya kalau akan pulang terlambat.

Baru saja Jia akan mengetikan pesan untuk Nada, saat itu juga Arbela datang dengan mobilnya. Dia tersenyum lebar di kursi pengemudi dengan kacamata hitamnya.

"Kuylah berangkat." Ucap Arbela yang diangguki kepala oleh Jia.

Tanpa berpikir panjang, saat itu juga Jia langsung mematikan ponselnya. Dia langsung berjalan mendekat dan masuk kedalam mobil Arbela.

"Kayaknya Jia ganggu nggak kalau mampir ke rumah Bela?" Tanya Jia menyimpan ponselnya kedalam tas.

Pertanyaan Jia itu berhasil membuat Arbela tertawa kecil. "Tenang aja. Nggak bakal ganggu kok." Sahutnya membenarkan kacamata.

***
Di rumah, Nada tengah dirundung bingung. Hari semakin larut, sebentar lagi Genan pulang dan Jia belum ada dirumah.

Pasti sang empu akan memarahinya. Dan apa ini? Satu pesan pun tidak Nada dapatkan dari Jia.

"Gimana sih nih anak. " Gerutu Nada menatap layar ponselnya yang masih belum menerima pesan Jia.

Dugaan Nada benar, Nada yakin kalau Jia pasti berubah. Seharusnya mereka tidak pindah ke sini, dan memindahkan sekolah Jia.

Nada tahu kehidupan lama nya jauh lebih aman, nyaman dan berbeda dengan kehidupan barunya yang selalu dirundung rasa takut.

Entah apa yang Jia lakukan, hari ini dia sudah berani pulang terlambat. Nada takut kalau besok atau hari-hari selanjutnya Jia akan memutuskan untuk tidak pulang.

Nada menghela napas berat. Tidak menyerah, dia kembali menghubungi ponsel Jia yang sama sekali tidak ada pertanda sambungan.

Dan sampai akhirnya, pintu utama rumah terbuka. Menampakan seseorang yang tengah tersenyum lebar ke arah Nada.

"Hai ma, " sapa Genan menyerahkan tas kerjanya kepada Nada.

Nada tersenyum berat, dia menerima tas suaminya, menerima ciuman suaminya lalu mengambil posisi duduk disamping suaminya.

"Jia kemana?" Tanya Genan mengedarkan pandangan sekitar.

Entahlah mendengar pertanyaan itu saja Nada langsung berhasil ditambah bingung mau merespon seperti apa.

"Ji-jia belum pulang mas." Sahut Nada pelan.

Nada menatap Genan bingung. Kenapa ini? Dia tidak terkejut? Genan hanya mengangguk. Tidak beraksi kaget ataupun marah mendengar sahutan Nada.

"Kamu nggak nanya kenapa?" Kali ini Nada yang bertanya. Genan tersenyum hangat menatap isterinya. Dia menyentuh tangan Nada pelan, lalu mendekatkan posisi duduknya disamping sang empu.

"Tadi Jia udah ngasih tahu aku kalau dia lagi ada di rumah temannya. Katanya ada kerja kelompok dari sekolah yang harus diselesaikan malam ini juga." Jelas Genan santai.

JIA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang