BAGIAN 8

313 29 0
                                    


_JIA_

Sesampainya di rumah Jia, Vero langsung menyuruh sang empu untuk turun dari motornya.

Sedari tadi Jia terus mencari kesempatan dalam kesempitan dengan memeluk meluk Vero. Enak saja.

"Turun!" Perintah Vero berdesis.

Jia menghela napas pelan. Tidak bisa kah Vero memberinya amal waktu sedikit agar Jia bisa puas memeluknya?.

"Jia turun-"
"Iya ih. Cerewet banget sih " gerutu Jia kesal.

Dengan rasa malas, Jia langsung turun dari motor Vero.

Baru saja Vero akan menancapkan gas pergi, saat itu juga Jia langsung menahan tangan sang empu.

"Besok bawa dua helem ya," ujar Jia tersenyum lebar.

Sungguh, ingin sekali Vero memusnahkan spesies cewek seperti Jia. Berani sekali dia memerintahnya ini itu seenak jidat.

"Lo siapa gue nyuruh-nyuruh?"

Jia memutar bola matanya malas. Tangannya terulur menepuk pelan bahu Vero, "Jia kan calon pacarnya Vero, ya seharusnya Vero peka lah bawa dua helm buat kita berdua." Sahut Jia enteng.

Sang empu tersenyum penuh kemenangan. Tapi ucapannya itu, tidak dihiraukan sedikitpun oleh Vero. Vero hanya menganggapnya sebagai angin lalu.

"Gue pulang." Ucap Vero kali ini mengegaskan motornya pergi dari area rumah Jia.

"Tuhkan sekarang aja udah pamitan. Jia sih yakin aja kalau Vero bakal luluh." Pikir Jia yakin dengan dugaannya.

Tanpa Jia sadari, dari dalam rumah lantai dua disana ada mamanya. Sedari tadi Nada memperhatikan gerak-gerik Jia dengan teman barunya itu. Maybe teman.

Meskipun Nada tidak tahu apa yang di bicarakan oleh Jia dan Vero, Nada yakin dan sangat paham kalau Jia memiliki perasaan khusus untuk Vero.

***
Sore ini Jia sudah menghabiskan sedikit waktunya untuk meminum teh hangat bersama papanya.

Dan setelah itu, Jia kembali ke kamarnya dan langsung menutup pintu kamar dengan rapat.

Ah iya, hampir saja lupa. Jia akan mencari sumber terpercaya di google tentang ciri-ciri wanita sempurna Dimata seorang pria.

Sebenarnya sudah lama juga Jia ingin mencarinya. Tapi apalah daya sang empu yang pelupa itu.

Jia mengambil posisi duduk di kursi belajarnya. Ia membuka laptop lalu mengetikkan sesuatu untuk di search.

Tidak lama kemudian, hasil yang Jia cari akhirnya keluar. Segera Jia membaca satu persatu poin demi poin yang disebutkan.

"Satu, dia tetap tertawa meski guyonan anda tak lucu. " Gumam Jia membaca poin pertama.

Wait, Jia menupangkan dagu sambil berpikir. "Apa Jia harus terus ketawa ketiwi didepan Vero? Vero kan nggak pernah ngelawak."

Jia kembali membaca poin dua, "suka tertawa. Wah ini sih Jia banget."

Next poin tiga, poin ini berhasil membuat Jia membulatkan matanya sempurna. "Berdada besar. What?! Gila. Punya Jia kecil,"

Jia menatap buah dadanya sedih. Nasib cewek tepos memang seperti ini. Tapi Jia yakin, ini hanya pandangan pria dewasa bukan remaja.

"Tapi kan Jia bakal sama Vero bakal jadi orang dewasa."

Jia menghela napas berat. Ah entahlah Jia bukan kriteria cewek Vero. Terlebih Vero pernah berkata, "tipe cewek gue yang sempurna. Nggak boleh nyaris apalagi kurang."

Dengan tangannya yang terasa berat, Jia langsung mematikan laptopnya. Dia tidak sanggup lagi membaca poin poin berikutnya. Tiga poin sudah membekap Jia dengan estetik. Jia akan mengambil saran dari poin dua, dan melupakan poin satu dan tiga.

Tiba-tiba uluran tangan seseorang terasa pelan dibahu Jia. Sangat pelan, hampir tak terasa.

Saat itu Jia langsung menoleh. Dan, sang empu yang menyentuh bahunya adalah mamanya.

Nada tersenyum kecil, ia mendekati Jia lalu mencium kening putri nya pelan.

"Nggak perlu maksain diri buat jadi orang sempurna Jia, kamu bakal terlihat sempurna dimata orang yang tepat." Ucap Nada melonggarkan pelukannya.

Demi apa? Kalian tahu tidak? Ini adalah kali pertama Nada mau berbicara hangat dengan Jia tentang perasaan.

Sebelumnya tidak pernah Nada mau memberi saran atau dukungan untuk Jia masalah perasaan. Sang empu hanya selalu melarangnya ini itu dengan alasan demi kebaikan Jia.

Selama ini papanya yang satu frekuensi dengan Jia, tapi sungguh hari ini Nada membuktikan kalau dia juga bisa satu frekuensi dengan putrinya.

"Kok mama tau?" Tanya Jia mendongakkan kepala menatap Nada.

Ya, sedari Jia pulang sekolah sampai sekarang Nada terus memperhatikan gadis itu. Kecurigaan Nada benar, ternyata hari ini Jia berhasil dibuat jatuh hati oleh lawan jenisnya.

"Mama taulah. Mama kan pintar. Kamu pintar juga keturunan mama kan." Pamer Nada bercanda.

Jia terkekeh mendengarnya, ia kembali memeluk sang mama erat dengan hangat. "Thanks ma," lirih Jia didalam dekapan Nada.

Nada mengangguk. Dia tidak bisa melakukan apapun untuk Jia selain memberinya semangat, dan selalu mewanti-wanti sang empu agar berhati-hati.

Larangan larangan Nada selama ini tidak lebih hanya untuk kebaikan putrinya. Nada tidak mau terjadi sesuatu hal yang buruk kepada Jia.

Nada juga tidak mau, masa lalu nya yang pahit juga dialami oleh Jia.

***
"Hai sahabatnya Jia, " sapa Jia memeluk Bella dari belakang.

Saat Bella tengah sibuk menyapu isi kelas, saat Bella tengah penat, saat itu juga Jia datang dan menghapus semua rasa lelahnya.

Bella membalikkan tubuh, tersenyum lebar menatap Jia. "Hai juga sahabatnya Bella." Balas Bella tidak kalah hangat.

Tanpa berpikir panjang, Jia langsung berlari ke meja paling belakang. Dipojok sana ada sapu-sapu kelas, Jia mengambil benda itu lalu menggunakannya untuk membantu Jia.

"Jia, ini kan bukan jadwal piket Lo." Ucap Bella mengingatkan.

Tanpa diingatkan Jia juga ingat. Jia melakukan itu juga hanya untuk membantu Bella agar cepat selesai.

"Nggak papa Bell. Itung-itung amal," balas Jia tersenyum manis.

Brakk...

Jia dan Bella terlonjak kaget. Pintu kelas dibuka paksa oleh seseorang. Dan orang itu adalah Leon.

Lagi lagi Leon. Cowok itu hampir dimana saja selalu ada. Sungguh membosankan. Untung cakep, coba aja kalo nggak:).

Leon menetralkan deru napasnya yang tidak beraturan. "Jia, bantuin gue." Ucap Leon masih dengan napasnya yang memburu.

Jia meletakkan sapunya. Ia mendekati Leon, dan bertanya "kenapa?"

"Vero pingsan."

Degg..

Bukan hanya Jia yang terkejut, Bella juga.

"Dimana Vero sekarang?" Tanya Jia terlihat sangat panik.

"Di UKS lah pake nanya." Sahut Leon kesal.

Tanpa bertanya lagi, Jia langsung berlari keluar menuju UKS. Dan Bella juga menghentikan aktifitasnya.

Sebelum Bella pergi sepenuhnya, saat itu juga Leon langsung mencegahnya.

"Lebih baik lo disini aja. Gue nggak mau liat Vero kehilangan moodnya setelah liat lo disana."

Next part
.
.
.
.

Ig. uv.heart01

Pecalungan, 19 Maret 2021.

JIA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang