BAGIAN 23

356 30 0
                                    


_JIA_

Jia tersenyum getir menatap kotak bekal di tangannya. ini sudah seperti ujian berat untuk Jia. Jia tidak munafik, dia akui kalau dia tidak bisa berlama lama menjauhi Vero.

terlebih kemarin, Vero habis habisan di marahi mama Jia. Jia kasihan, tapi- tapi tidak mungkin Jia kembali mengemis perhatian.

perhatian Jia tiba tiba teralihkan. Vero cs datang, bersama dengan anggota OSIS dan satu gadis yang sangat mencolok berjalan dekatan dengan Vero.

ya siapa lagi kalau bukan Bella. kedekatan mereka terlihat real dekat, Jia juga tidak melihat kerisihan di wajah Vero saat Bella terus mendekatinya.

apa ini? kenapa Jia sedih?. "nggak. nggak Jia, kamu nggak boleh sedih." gumam Jia tersenyum kecil, sambil membenarkan bando yang dikenakan.

"hai Jia," sapa Leon berhenti jalan. berhentinya sang empu mampu memberhentikan kaki kaki lain. selain Leon, Edgar dan Ervin juga melambaikan tangan kepada Jia.

senyuman di wajah Jia berhasil melebar. tanpa pikir panjang, Jia langsung mendekati Leon dan yang lainnya.

"mau kemana?" tanya Jia menatap orang orang di depannya secara bergantian.

"mau ke ruang OSIS. " Sahut Ervin.

Jia mengangguk paham, dan kini Leon yang bertanya. "lo sendiri mau kemana?"

"mau ke kelas, " sahut Jia.

semuanya mengangguk paham, saat mereka akan melanjutkan langkah, saat itu juga Jia kembali menghentikan dengan refleks menahan tangan Leon.

"ini buat Leon. " ujar Jia menyodorkan kotak bekalnya.

semua orang disana berhasil di buat menganga. terutama orang orang yang tengah berlalu lalang juga sempat berhenti hanya untuk menyaksikan momen langka itu.

"serius?" tanya Leon memastikan.

dengan senyuman lebar, Jia mengangguk.

Bella? dia sudah muak. setiap ada Jia, setiap itu juga orang lain selalu menjadikan sang empu sebagai pusat perhatian.

Jia memang selalu salah di mata Bella.

"selain itu, Leon juga dapet salam dari mama." jelas Jia, kembali berhasil membuat semua orang terkejut sempurna.

bukan karena Jia memberikan kotak bekal untuk Leon, dan bukan karena Leon mendapatkan salam dari mama Jia.

Bukan Jia yang suka mengganggu Vero, mengemis perhatian kepada Vero, dan terus mengatakan kalau Jia suka dengan Vero.

yang mereka permasalahkan adalah, perubahan Jia. i-itu bukan seperti Jia yang mereka kenal. hari ini, Jia sudah membuktikan kalau dia bisa melupakan Vero secara perlahan.

"oh gitu, thanks ya." ucap Leon, mendapatkan anggukan kepala dari Jia.

di balik senyuman Leon dan Jia, ada rasa ketidak sukaan dari lubuk hati seorang Vero.

entah mengapa Vero tidak suka melihat Jia memberikan perhatian lebih kepada cowok lain. egois memang, Vero juga tidak tahu bagaimana bisa dia tidak menyukainya.

"panasss." sindir Edgar yang sudah paham alur pikiran Vero.

***
"parah si. sekarang Jia udah move on dari lo bro." ucap Edgar menepuk pelan bahu Vero.

Vero yang malas menanggapi celoteh Edgar itu hanya memutar bola matanya malas. ia tidak punya niat sedikitpun untuk menyahut, dan lebih memilih terus menyantap makanannya.

saat ini, Vero cs tengah berada di kantin. memperhatikan mereka, yang tengah bercengkerama hangat di meja paling depan. mereka, Jia dan Leon.

"lo nggak takut di tikung temen?" tanya Ervin menyenggol lengan Vero.

kali ini Vero menghela napas berat, menatap kedua temannya itu secara bergantian.

"bagus." singkat, padat tapi tidak jelas.

"maksud lo?" tanya Edgar mengerutkan dahi bingung.

"bagus kalo udah ada cowok lain yang bisa Jia dekati. gue muak sama dia yang ngaku-ngaku pacar gue." sinis Vero tajam.

"bukan gitu bro, gue takut kalo lo kemakan omongan sendiri." ucap Ervin, yang diangguki kepala setuju oleh Edgar.

Edgar mengacak rambutnya frustasi. kalau saja Edgar ada di posisi Vero, sudah dia pastikan pasti setiap malam Edgar akan dihantui oleh nama Jia yang berlarian di otak.

"mau ngajak taruhan, tapi kasin kalo Vero kalah." gumam Edgar yang bisa di dengar jelas oleh Vero dan Ervin.

***
dugaan Edgar benar, malam ini nama Jia berhasil masuk kedalam pikiran Vero.

di loteng kamarnya, Vero menatap samar samar bintang bintang di langit. seakan, bintang itu membentuk satu kata yang bisa dibaca dengan pengucapan 'Jia'.

"argh.. sebenernya apa sih yang terjadi sama gue?!" decak Vero sambil mengacak frustasi rambutnya.

ceklek..

perlahan, pintu kamar Vero terbuka. spontan Vero menoleh, saat itu juga ia berhasil mendapati seorang wanita cantik paruh baya yang tengah tersenyum menatapnya.

"Jeje?" gumam Vero.

Jeje adalah mama Vero. mama yang tidak terlalu Vero sukai karena telah melupakan Vero.

"belum tidur anak mama?" tanya mama Vero mendekati putranya.

"bukan urusan mama." sahut Vero sinis.

"kok gitu sih sama mama,"
"peduli apa mama sama Vero?"

degg..

Jeje tersenyum getir, "maafin mama Vero, mama sibuk juga buat kamu."

"terus kalau buat Vero, ngapain mama lupain Vero. kalau buat Vero, harusnya mama jadiin Vero sebagai prioritas. Vero iri ma sama pekerjaan mama, papa yang selalu memprioritaskan perkejaan."

"Vero!"

tepat di tengah ambang pintu, Seorang pria paruh baya berhasil menyentak Vero.

dia Devan. ayah atau papa dari Vero.

"nggak seharusnya kamu ngomong gitu sama mama kamu." tegur Devan.

"emang kenyataannya gitu." kekeh Vero sinis.

Jeje menghela napas pelan, perlahan ia menyentuh kepala Vero untuk menenangkannya.

"mood kamu lagi nggak bagus. mama tau Vero lagi suka sama cewek kan?"

deg..

refleks Vero membulatkan matanya karena terkejut. suka?.

"mama cuma mau ngasih pesan. lebih baik di ungkapkan menyakitkan, daripada dipendam dan itu lebih menyakitkan." ucap Jeje, lalu keluar bersama Devan meninggalkan kamar Vero.

Vero? dia masih mematung tidak bergeming. ucapan itu seperti mimpi, ini adalah kali pertama dimana orang tuanya perduli dengan isi hati Vero.

"maksud mama apa?" tanya Vero samar menatap pintu kamarnya yang sudah tertutup rapat.

Next Part
.
.
.
.

ig. uv.heart01

Pecalungan, 4 Mei 2021.

JIA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang