BAGIAN 7

328 31 0
                                    


_JIA_

Sesampainya di depan pintu ruang OSIS, saat itu juga Jia langsung meraih knop pintu dan membukanya.

Tiba-tiba dan tidak mengucapkan permisi sama sekali. Terlebih bunyi suara pintu yang tercipta lumayan keras, berhasil mengagetkan orang dalam.

Ckleek..

"Astaghfirullah. " Bukan Jia yang mengucap, melainkan Leon.

Cowok itu memasang wajah kaget mendapati Jia yang tengah memasang tampang tidak berdosa.

"Lah, Leon kok ada disini?" Tanya Jia mendekat.

Leon menghela napas pelan, ia kembali mengambil posisi duduk di kursi panjang dalam ruangan bersama Jia.

"Harusnya gue yang nanya Lo. Ngapain Lo disini?" Tanya Leon balik.

Jia meletakkan berkas-berkas yang dititipkan pak Irfan tadi. "ini titipan dari pak Irfan." Sahut Jia melipat kedua tangannya didepan.

Leon berdiri, ia mengangguk paham dan memeriksa kertas kertas yang dibawa oleh Jia.

Disana sangat sepi. Ruangan yang terbilang besar, namun sepi bak tidak berpenghuni.

Jia mengedarkan pandangan sekitar, ia mendekati foto-foto yang terpasang rapih di tembok ruangan.

Foto yang Jia yakini adalah foto-foto anggota OSIS sekarang. Apa? Disana juga ada foto Leon.

Apakah Leon juga salah satu anggota OSIS?. Wait, selain itu juga ada foto Edgar Ervin dan..

"Gue udah nyari pak Irfan kemana-mana tapi nggak ketemu." Ucap seorang cowok yang suaranya sangat Jia kenal.

Siapa lagi kalau bukan Vero?. Tentu saja sang empu adalah Vero. Foto Vero juga terpasang di posisi paling atas.

Biasanya, yang menduduki foto paling atas adalah foto pemimpin. Mungkinkah Vero adalah ketos yang dimaksud pak Irfan?.

Wah parah sih kalau Jia sampai tidak tahu. Memang sang empu baru tahu.

"Vero? Wah puncuk di cinta ulam pun tiba." Bukan Leon yang mengucap melainkan Jia.

Gadis itu tersenyum lebar mendekati Vero. Tidak takut, dan tidak kapok. Itulah Jia.

Menyadari keberadaan Jia disana, Vero language menatap Leon bingung. Dan Leon yang menjadi sang empu, dia hanya mengedikkan bahu tak mau tahu.

"Tuhkan bener. Kata papa Jia, jodoh itu nggak kemana. Kita sering ketemu ya, jadi kita jodoh dong." Ucap Jia ngawur.

Lagi dan lagi, Jia berhasil membuat Vero naik darah. Mengapa gadis itu hobi mengganggunya? Apakah dunia sangat sempit, hingga membuat Vero menemukan gadis se aneh dan mengedarkan Jia?.

"Ngapain lo disini?! "
"Tau tuh. Datang nggak diundang udah kayak jailangkung aja." Cetus Leon menyela.

Jia tidak terima, enak saja dibilang jailangkung. "Sembarangan. Jia kesini disuruh pak Irfan kok." Bela Jia.

"Udahkan? Sekarang, silahkan lo pergi."

Untuk pertama kalinya, Jia menepis tangan Vero. Ya bagaimana tidak, berani sekali Vero menyentuhnya dengan kasar.

JIA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang